Pages

D 212 - འཕགས་པ་རྟེན་ཅིང་འབྲེལ་པར་འབྱུང་བ་ཞེས་བྱ་བ་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ། [ārya-pratītyasamutpāda-nāma-mahāyāna-sūtra]

བཀའ་འགྱུར།

Kangyur

མདོ་སྡེ།

Sūtra Umum


D 212


འཕགས་པ་རྟེན་ཅིང་འབྲེལ་པར་འབྱུང་བ་ཞེས་བྱ་བ་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ།

आर्य-प्रतीत्यसमुत्पाद-नाम-महायान-सूत्र

ārya-pratītyasamutpāda-nāma-mahāyāna-sūtra

聖緣起大乘經


Sutra Mahayana Mengenai Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan


Nara Sumber dalam Tibetan
Diterjemahkan dari Inggis ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Xenocross


D 211 D 212 D 213

Hormat kepada semua Buddha dan Bodhisattva!

Demikianlah yang telah kudengar. Yang Terberkahi sedang berada di alam Tiga Puluh Tiga Dewa, duduk di atas singasana Indra. Bersama beliau adalah para Siswa Sravaka seperti Yang Mulia Aśvajit; Para Bodhisattva Mahāsattva seperti Yang Mulia Maitreya, Yang Mulia Avalokiteśvara, dan Vajrapāṇi, yang dihiasi oleh kualitas berharga yang tak terukur; dan juga berbagai dewa seperti Brahmā yang agung, tuan dari dunia Sahā, Nārāyaṇa, Sang Īśvara agung, Śakra, raja para dewa, dan Pañcaśikha, raja para gandharva.

Pada saat itu, Sang Bodhisattva Mahāsattva Avalokiteśvara bangkit dari tempat duduknya dan, mengatur jubah atasnya pada satu bahu, berlutut dengan menempatkan lutut kanannya pada puncak Gunung Meru. Dengan kedua tangan dirangkapkan, ia memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan mengatakan kepada beliau kata-kata ini:

“Yang Terberkahi, para dewa ini semua berkeinginan untuk mendirikan sebuah stūpa. Sekarang karena mereka telah hadir di persamuan ini, mohon ajarkanlah mereka Dharma sehingga ‘kebajikan Brahmā’ mereka meningkat, dan semua kebajikan dari bhiksu, bhiksuni, upasaka, dan upasika akan jauh lebih meningkat dibandingkan semua jenis makhluk di dunia ini bersama dengan para dewa, Māra, dan Brahmā, termasuk para petapa dan brahmana.”

Menjawab hal ini, Yang Terberkahi mengucapkan bait-bait dari ‘kemunculan bergantungan’:

ye dharmā hetuprabhavā hetuṃ teṣāṃ tathāgato hy avadat 
teṣāṃ ca yo nirodha evaṃvādī mahāśramaṇaḥ 

“Semua fenomena yang muncul dari sebab,
Sang Tathāgata telah mengajarkan sebabnya,
Begitu juga kelenyapannya;
Demikianlah yang dinyatakan Sang Petapa Agung.

 “Avalokiteśvara, demikianlah adanya. Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan adalah Tubuh Dharma [dharmakāya] dari semua Tathāgata. Seseorang yang melihat ‘kemunculan bergantungan’ melihat Sang Tathāgata. Avalokiteśvara, jika seorang Putra atau Putri dari Keluarga Mulia  yang berkeyakinan mendirikan, di sebuah tempat terpencil, sebuah stūpa seukuran gooseberry, dengan pilar tengah seukuran jarum dan payung seukuran bunga pohon bakula, dan memasukkan bait ‘kemunculan bergantungan’ ini yang adalah dharmadhātu, dia akan menciptakan ‘kebajikan Brahmā’. Ketika orang-orang seperti itu meninggalkan dunia ini dan mati, mereka akan dilahirkan kembali di alam Brahmā. Ketika mereka meninggalkan dunia itu dan mati, mereka akan dilahirkan kembali dengan keberuntungan yang setara dengan para dewa di Alam Murni 

Setelah Yang Terberkahi bersabda, para Sravaka, Bodhisattva, seluruh persamuan, dan seluruh alam bersama dengan para dewa, manusia, asura, dan gandharva bersukacita dan memuji ucapan Sang Bhagavā.

Demikianlah Sutra Mahayana Mengenai Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan telah selesai.


Kolofon 

Diterjemahkan dan disunting oleh cendekiawan India Surendrabodhi dan penyunting utama dan penerjemah Yang Mulia Yeshe Dé.

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Xenocross. 






Karma JIgme

Instagram