[0948b27] Pada suatu waktu, Bhagavān sedang berdiam di hutan bambu Kalanda disekitar wilayah Rājagṛha bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari seribu dua ratus lima puluh bhikṣu dan para bodhisattva mahāsattva.
Pada saat itu Rāja Magadha yang bernama Bimbisāra Magadha yang bernama Bimbisāra , meninggalkan ibu kota kerajaan, berangkat menuju hutan bambu Kalanda dan tiba kediaman dari Bhagavān, kemudian menghadap Bhagavān, memberikan penghormatan , mengelilinginya sebanyak tiga kali dan duduk kembali disalah satu sisi.
[0948c03] Kemudian , Bhagavān memberitahukan kepada Rāja Bimbisāra dan berkata ,
Jika, Māharāja, seseorang melihat dalam mimpi bahwa semua orang beserta dengan para selir sedang melakukan hubungan badan, setelah dia terbangun dari mimpinya, masih selalu mengingat kembali semua orang beserta dengan para selir tersebut, apa pendapat anda , Māharāja, apakah semua orang beserta dengan para wanita mereka dalam mimpi ini eksis atau tidak ?
[0948c06] Rāja Bimbisāra menjawab
Tidak, Bhagavān.
[0948c07] Bhagavān memberitahukan kepada Māharāja dan berkata
Apa pendapat anda , Māharāja, jika seseorang yang melihat dalam mimpi bahwa semua orang beserta dengan para selir sedang melakukan hubungan badan, setelah dia terbangun dari mimpinya, masih selalu mengingat kembali semua orang beserta dengan para selir tersebut,, apakah seseorang ini akan memiliki ketenangan dan kebijaksanaan atau tidak ?
[0948c09] Rāja Bimbisāra menjawab
Tidak , Bhagavān , mengapa demikian ? Bhagavān , karena semua orang beserta dengan para wanita itu tidak eksis pada hakekatnya dan juga tidak dapat dimiliki. Dengan demikian ,bagaimana dapat dikatakan bahwa hubungan badan yang dilakukan oleh mereka itu juga eksis?
[0948c11] Bhagavān memberitahukan kepada Māharāja dan berkata
Demikian juga, para orang awam yang masih terdelusi, dengan mata melihat objek yang indah dan kemudian kemelekatan itu muncul, setelah itu keinginan indriya akan muncul, Selanjutnya karena impuls dari keinginan indriya ini maka dia melakukan aktivitas berdasarkan kekeliruan dan ketidaktahuan, baik melalui aktivitas dari perbuatan, ucapan ataupun pikiran. Setelah semua aktivitas ini selesai dilakukan, atau dikatakan telah berhenti, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada penjuru timur , juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada penjuru selatan , juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada penjuru barat, demikian juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada semua penjuru diantara kempat penjuru tersebut , atas ataupun bawah.
Pada saat rentang kehidupan akan berakhir ataupun arus kesadaran akan berhenti, semua jejak mental juga akan termanifestasi kembali dalam pikiran mereka.Dengan demikian, Māharāja, arus kesadaran membawa semua aktivitas yang pernah dilakukan. Ini akan seperti , Māharāja, seseorang yang terbangun dari mimpinya dimana semua orang beserta dengan para selir tersebut tidak akan terlihat. Pada saat arus kesadaran itu berhenti , kesadaran awal akan terkondisi kembali untuk terlahir dalam ranah eksistensi diantara para deva, manusia , neraka , preta ataupun dalam rahim binatang.
Melalui kesadaran awal, Māharāja, maka rangkaian pikiran yang tidak terhalang ini akan muncul [svacittasantati] dimana kematangan dari hasil [vipaka] juga akan terkondisi. Māharāja, pada saat kita melihat proses dari kelahiran dan kematian, sesungguhnya merupakan satu fenomena yang meninggalkan ranah eksistensi ini untuk menuju ranah eksistensi yang akan datang.
Māharāja, pada saat arus kesadaran ini berakhir disebut sebagai kematian, pada saat awal kesadaran ini muncul disebut sebagai kelahiran . Demikianlah ,Māharāja, arus kesadaran pada saat berhenti tidak akan menuju tempat manapun, kesadaran awal pada saat muncul juga tidak berasal dari tempat manapun , mengapa demikian ? karena arus kesadaran dan intrinsiknya [svabhava] berbeda satu dengan lainnya.
Māharāja, semua aspek ini merupakan kekosongan, yang berhenti juga merupakan kekosongan aktivitas dari penghentian, yang terlahir juga merupakan aktivitas dari kelahiran , tetapi kita harus melihat bahwa hasil dari aktivitas ini tidak akan hilang [vipranas]. Anda harus mengetahui , Māharāja, bahwa melalui kesadaran awal maka rangkaian pikiran yang tidak terhalang ini akan muncul [svacittasantati] dan juga akan mengkondisikan kematangan dari hasil [vipaka].
[0948c29] Kemudian untuk menegaskan kembali makna dari uraian ini , Sugata melantunkan gātha sebagai berikut :
Semua ini hanya merupakan nama dan dimapankan hanya dalam perbedaan dari konseptual , nama hanya merupakan perbedaan dari kata dan kata itu sendiri tidak memiliki eksistensi [1]
Semua fenomena diungkapkan melalui beragam nama, tetapi tidak ada yang demikian dalam fenomena tersebut. Inilah intrinsik realitas [dharmata] dari semua fenomena [dharma] [2]
Nama itu kosong terhadap intrinsik nya sendiri , nama itu terpisah dari nama [ tidak memiliki eksistensi dalam nama] dan fenomena itu tidak memiliki nama, tetapi diungkapkan dengan nama [3]
Semua fenonema tidak memiliki eksistensi , tetapi dimapankan oleh perbedaan dari konseptual itu sendiri , hanya merupakan kekosongan yang diungkapkan melalui perbedaan. [4]
Pada saat semua orang awam yang masih terdelusi mengatakan bahwa mata mampu melihat objek, ruang lingkup dari imajinasi keliru ini telah dianggap sebagai realitas [5]
Segala sesuatu yang diuraikan oleh para Buddha sebagai fenomena merupakan persepsi [darsana] yang muncul dari hubungan penyebab dan kondisi , merupakan jalan untuk menjelaskan realitas tertinggi [paramartha] [6]
Mata tidak melihat objek , kesadaran tidak mengetahui semua fenomena , ini merupakan realitas tertinggi [paramartha] yang tidak akan dipahami oleh semua ranah eksistensi ini [7]
[0949a16] Setelah Bhagavān selesai menguraikan ajaran realitas ini , Rāja Magadha yang bernama Bimbisāra dan semua yang hadir dalam persamuan ini termasuk para deva, manusia , asura dan gandharva diliputi dengan suka cita , kemudian mereka memberikan penghormatan dan mengundurkan diri.