Kemudian Bodhisattva Paramārthasamudgata menyapa Bhagavan
dan bertanya :
Bhagavan, pada saat sendirian didalam pengasingan diri ,
dalam pikiran saya ada satu kecemasan sebagai berikut : Bhagavan [pada awalnya] menguraikan , dengan berbagai
cara , dalam karakterisitik yg
dimiliki oleh dirinya sendiri (svalakṣaṇa) dari [lima] agregat (skandha) bentuk , perasaan , faktor komposisional dan kesadaran ] dan selanjutnya juga menguraikan karakteristik
dari pemunculan agregat (utpāda) [
melalui daya dari tindakan yang terkontaminasi dan kondisi mental yang tidak berguna] , karakterisitik dari penguraian (vināśa) dan pembebasan
(nirodha) [dari tindakan yang
terkontaminasi dan kondisi mental yang tidak berguna yang merupakan penyebab
dari agregat yang terkontaminasi ] dan pemahaman seksama [dimana entitas dari agregat itu seperti penyakit atau tidak mapan sebagai
eksistensi diri pada hakekatnya] . Sebagaimana
yang beliau lakukan dalam menguraikan
agregat , Bhagavan juga menguraikan [modus dari ketidakpuasan dari] [dua belas] landasan
pengindera (āyatana) , pemunculan dalam saling keterkaitan (pratītyasamutpāda ) dan [empat]nutrimen (āhāra) .
Selain itu , Bhagavan juga menguraikan karakterisitik yg dimiliki oleh
dirinya sendiri (svalakṣaṇa) dari [empat]realitas (satya) [mulia] , pemahaman
seksama dari realitas [ dari ketidakpuasan
yang benar sebagai
ketidakkonstanan dan tidak menyenangkan] (parijñā ), pembebasan yang
benar [dari sumber ketidak
puasan yakni : tindakan yang
terkontaminasi dan kondisi mental yang tidak berguna] (prahāṇa) , aktualisasi [penghentian ketidak puasan] (sākṣātkāra), dan meditasi [
mengkontempelasi melalui jalan yang benar , dengan maksud untuk mencapai
penghentian benar dari ketidak
puasan ]
(bhāvanā).
Bhagavan juga menguraikan karakterisitik yg dimiliki oleh
dirinya sendiri (svalakṣaṇa) dari elemen (dhātu) , berbagai
[
delapan belas ] (nānātva) elemen
, beragam [enam] elemen (anekatva) , pembebasannya (nirodha) dan pemahaman
seksamanya (nirodha-sākṣātkāra). Selain itu Bhagavan juga menguraikan faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma)
[ yang merupakan penawar terhadap berbagai objek
dalam keadaan terbebaskan] , memunculkan [ kebajikan dan penawar] yang belum
dimunculkan (anutpannānām utpāda), berdiam dalam [ kebajikan dan penawar] yang sudah
dimunculkan (utpannānām sthrti), tidak kehilangan [penawar] yang sudah dimunculkan (asaṃpramosa), dimunculkan
kembali (bhūyobhāva)[ pada saat seseorang telah terbiasa dengan kebajikan dan
kualitas ini ] dan meningkatkan [ penawar melalui daya dari keterbiasaan ini ]
serta mengekspansinya [ hingga tak terbatas ] (
vrddhiviṛuḍhi )
Tetapi dilain pihak , Bhagavan menguraikan [dalam ajaran
roda tengah ] bahwa semua fenomena (sarva
dharma) tidak eksis melalui dirinya sendiri ( niḥsvabhāva) , semua fenomena tidak muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui semua ketidakpuasan ( prakṛtiparinirvṛta).
Oleh sebab itu , saya heran dengan
apa yang Bhagavan pikirkan
pada saat menguraikan bahwa [dalam ajaran roda tengah ] semua fenomena (sarva
dharma ) tidak eksis
melalui dirinya sendiri ( niḥsvabhāva) , semua fenomena tidak
muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui
semua penderitaan (
prakṛtiparinirvṛta). [ jika uraian pada ajaran roda
tengah adalah semua fenomena tidak eskis melalui dirinya sendirinya sedangkan
dalan ajaran awal menguraikan bahwa agregat dan sebagainya memiliki karakteristiknya
sendiri , dalam verbal ini kemungkinan akan ada ketidaksesuaian ]
Saya [dengan
tegas] meminta Bhagavan untuk menjelaskan maksud dari uraian ini
bahwa :semua fenomena (sarva dharma)
tidak eksis melalui dirinya sendiri ( niḥsvabhāva) , semua fenomena tidak
muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui semua
penderitaan (
prakṛtiparinirvṛta).
Bhagavan menjawab pertanyaan dari Bodhisattva Paramārthasamudgata:
Paramārthasamudgata, niat anda dalam mengajukan pertanyaan ini kepada Tathagata sungguh baik. Anda mengajukan pertanyaan ini demi memberikan manfaat dan kebahagiaan untuk
semua makhuk hidup. Anda selalu
bersimpati terhadap semua tataran kehidupan ini
dan mengajukan pertanyaan ini demi kesejahteraan, manfaat, dan
kebahagiaan dari semua makhluk hidup
termasuk para dewa dan manusia. (bahujanahitāya bahujanasukhāya lokānukaṃpayā arthāya hitāya sukhāya sadevamanuṣyaprajānām ) . Sādhu . Sādhu.
Oleh sebab
itu , Paramārthasamudgata, dengarkan dengan baik baik , Saya
akan menguraikan kepada anda : makna dari semua fenomena (sarva dharma)
tidak eksis melalui dirinya sendiri ( niḥsvabhāva) , semua fenomena tidak
muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui
semua penderitaan (
prakṛtiparinirvṛta).
Paramārthasamudgata, dengan memikirkan ketiga jenis (trividhā) ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendirinya (niḥsvabhāva) yakni : ketiadaan
eksistensi melalui dirinya
sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇa niḥsvabhāva), ketiadaan eksistensi
melalui dirinya
sendirinya dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva), ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva) maka
saya menguraikan
[ dalam perputaran roda dharma ajaran tengah ] bahwa : semua fenomena tidak memiliki intrinsitik (niḥsvabhāva)
Paramārthasamudgata, berkenaan dengan hal diatas , apa yang dimaksud dengan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇa niḥsvabhāva) ? ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇa niḥsvabhāva) adalah semua
yang termasuk dalam karakteristik
imajiner (parikalpitalakṣaṇa), Mengapa ?
Karena karakteristik
imajiner (parikalpitalakṣaṇa) adalah karakteristik yang diusulkan
sebagai fakta dengan
menggunakan nama dan terminologi dan
tidak bertahan [
berdurasi ] melalui karakteristiknya sendiri (svalakṣaṇa).
Oleh sebab itu dinamakan sebagai
: ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Paramārthasamudgata, apa yang dimaksud
dengan ketiadaan eksistensi
melalui dirinya
sendirinya dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva)? ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva) adalah
karakteristik keterkaitan dengan lainnya (paratantralakṣaṇa) Mengapa ?
Karena karakteristik keterkaitan
dengan lainnya (paratantralakṣaṇa) muncul
melalui daya dari kondisi lainnya dan bukan melalui dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
dinamakan sebagai : ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendirinya
dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva)
Paramārthasamudgata, apa yang dimaksud
dengan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva)? ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva) adalah
fenomena yang muncul dari kesaling
keterkaitan satu dengan lainnya (pratityasamutpana)
, tidak memiliki intrinsitik ( nihsvabhava) yang
berkaitan dengan ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendirinya (niḥsvabhāva) dalam terminologi kemunculan (utpatti) dan
juga tidak memiliki intrinsitik (nihsvabhava) yang berkaitan dengan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya (niḥsvabhāva) dalam terminologi realitas tertinggi (paramārtha).Mengapa ?
Paramārthasamudgata, saya menguraikan
bahwa semua yang termasuk dalam objek pengamatan untuk pemurnian (visuddhālambanam) dalam fenomena
adalah realitas tertinggi ,
tetapi karakteristik keterkaitan
dengan lainnya (paratantralakṣaṇa) bukan
merupakan objek pengamatan untuk
pemurnian . Oleh sebab itu , karakteristik keterkaitan dengan lainnya disebut
sebagai ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
realitas tertinggi.
(paramārtha niḥsvabhāva) .
Selain
itu , Paramārthasamudgata,
karakteristik kemapanan sempurna [menyeluruh] (pariniṣpanna lakṣaṇa) dari fenomena
juga dinamakan sebagai ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
realitas tertinggi. (paramārtha niḥsvabhāva),
Mengapa ?
Paramārthasamudgata, semua yang
berada didalam fenomena hanyalah ketidakhadiran
diri dari fenomena ( dharmanairatmyam) juga dinamakan sebagai ketiadaan intrinsitik (niḥsvabhāva) dari mereka. ini adalah realitas tertinggi ( paramārtha) .
Realitas tertinggi hanya dibedakan oleh sifat
ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya (niḥsvabhāva) dari semua fenomena.Oleh sebab itu disebut
sebagai ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam realitas tertinggi. (paramārtha niḥsvabhāva)
Paramārthasamudgata , misalnya :
ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva) [yakni : intrinsitik
dari imajiner (parikalpitasvabhāva) ]
diumpamakan sebagai sekuntum
bunga di langit.
Paramārthasamudgata , misalnya :
ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva) [
yakni : intrinsitik dari keterkaitan dengan
lainnya (paratantrasvabhāva) ]
diumpamakan sebagai kreasi dari ilusif.
Di antara [kedua] ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam realitas tertinggi (paramārthaniḥsvabhāva) ,salah
satunya [yakni intrinsitik
dari keterkaitan dengan lainnya (paratantrasvabhāva) ] juga diumpamakan dengan cara demikan.
Paramārthasamudgata, , sebagai analogi lainnya misalnya, ruang hampa (akasa) hanya dibedakan oleh sifat ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendiri (nihsvabhava) dari materi [yakni , hanya sebagai ketidakhadiran dari materi ] dan meliputi
segala arah, maka diantara [kedua]
ketiadaan eksistensi
melalui dirinya sendiri dalam realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva) , salah
satunya [ yakni , instrinsitik dari mapan dengan sempurna (paramārthasvabhāva) ] juga dipandang sebagai yang dibedakan oleh sifat ketidakhadiran diri dari fenomena
(dharmanairatmya) dan meliputi segala
sesuatu
Paramārthasamudgata, berdasarkan
pemikiran dari ketiga jenis ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri maka saya uraikan bahwa semua fenonema itu tidak memiliki intrinsitik (niḥsvabhāvatā).
Paramārthasamudgata, berdasarkan
pemikiran dari ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāvatā ) [ yakni :
memikirkan bahwa hanya karakteristik imajiner
(parikalpitalakṣaṇam) yang tidak mapan melalui
karakteristiknya sendiri ] , maka saya uraikan bahwa semua fenomena tidak muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui
semua ketidakpuasan (prakṛtiparinirvṛta ),
Mengapa ?
Paramārthasamudgata, yang tidak eksis
melalui dirinya sendiri dalam karakteristik itu tidak akan muncul (anutpanna) , yang tidak
muncul itu tidak akan berhenti (aniruddha), yang tidak
berhenti itu akan diam dari awal (ādiśānta) , yang diam dari awal pada hakekatnya akan melampaui semua
penderitaan (
prakṛtiparinirvṛta ).
Oleh sebab itu , berdasarkan pemikiran diatas
, saya uraikan bahwa semua
fenomena tidak muncul , tidak berhenti , diam dari awal, dan pada hakekatnya melampaui
semua ketidakpuasan .
Selain
itu , Paramārthasamudgata, berdasarkan pemikiran dari ketiadaan eksistensi melalui
dirinya sendirinya dalam realitas tertinggi(paramārtha niḥsvabhāva) yang hanya dibedakan dengan ketiadaan diri dari
fenomena maka saya uraikan bahwa semua fenomena tidak muncul ,
tidak berhenti , diam dari awal,
dan pada hakekatnya melampaui semua ketidakpuasan ., Mengapa ?
Karena ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva) yang dibedakan dengan ketiadaan diri dari
fenomena hanya berdiam dalam kekonstanan , kekonstanan terhadap waktu ,
kekekalan , kekekalan terhadap waktu. Dan in adalah realitas terakhir yang
tidak berkomposit [instrinsitik]
dari fenonema , kosong terhadap semua kondisi mental yang tidak berguna. Karena yang tidak berkomposit [instrinsitik] berdiam dalam kekonstanan , kekonstanan terhadap waktu , kekekalan , kekekalan
terhadap waktu dalam aspek dari hanya realitas yang tidak berkomposit, tidak
muncul , tidak berhenti . Karena telah kosong terhadap semua kondisi mental
yang tidak berguna maka berdiam dari awal dan pada hakekatnya melampaui semua ketidakpuasan .
Paramārthasamudgata, saya tidak mengemukakan
ketiga jenis
ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendiri (niḥsvabhāva) karena makhluk
hidup yang berada dalam tataran eksistensi akan
memandang intrinsitik dari imajiner (parikalpitasvabhā) sebagai
satu perbedaan [dari
karakteristik keterkaitan dengan lainnya (paratantralakṣaṇa) ] dan karakteristik mapan dengan sempurna (paramārthalakṣaṇa)] dalam
kaitannya dengan terminologi instrinsitik (svabhāva) atau
dengan perkataan lain mereka memandang bahwa keterkaitan dengan lainnya dan
mapan dengan sempurna sebagai perbedaan dalam kaitannya dengan terminologi intrinsitik.
Dengan
superimposisi intrinsitik dari imajiner (parikalpitasvabhāva) dan instrinsitik dari keterkaitan
dengan lainnya
(paratantrasvabhāva)dan instrinsitik mapan dengan sempurna ( paramārthasvabhāva), para
makhluk hidup itu menggunakan cara penyampaian dengan konvensional bahwa karakteristik (laksana) dari intrinsitik dari imajiner
(parikalpitasvabhāva) pada intrinsitik dari keterkaitan dengan lainnya (paratantrasvabhāvatā) dan instrinsitik
dari mapan dengan sempurna (paramārthasvabhāvatā). Dengan cara seperti ini mereka
kemudian menggunakannya secara
berkesinambungan atribut dari konvensional tersebut , pikiran mereka teresap dengan penunjukkan konvensional dan berkaitan dengan hubungan penunjukkan
konvensional ataupum berkaitan dengan penunjukan yang tidak aktif.
Mereka memanifestasikan pemahaman intrinsitik dari keterkaitan
dengan lainnya
(paratantrasvabhāvatā) dan intrinsitik dari mapan dengan sempurna (paramārthasvabhāvatā) sebagai
karakteristik dari intrinsitik
dari imajiner (parikalpitasvabhāva) . Dengan cara ini mereka terus
memanifestasikan pemahaman ini, dengan cara yang sama – dalam
keterkaitan dengan penyebab dan
kondisi dari pemahaman instrinsitik yang merupakan manifestasi keterkaitan
dengan lainnya
(paratantrasvabhāvatā) sebagai intrinsitik
dari imajiner (parikalpitasvabhāva) - dimasa yang akan datang instrinsitik dari keterkaitan dengan
lainnya (paratantrasvabhāvatā) telah dihasilkan dengan mapan.
Karena
sebab dan kondisi (hetu pratyaya) ini maka mereka menjadi
menderita karena disebabkan oleh kondisi mental yang tidak berguna (klesasamklesa)
dan disebabkan oleh penderitaan dari tindakan ataupun perbuatan mereka (karmansamklesa)
. Dengan menggengam erat pada ondisi mental yang tidak berguna yang muncul (utpatti samklesa) dalam kehidupannya maka mereka berada dalam siklus eksistensi sebagai makhluk neraka (nāraka) , hewan
(triyak),
hantu kelaparan (preta)
, dewa-, asura, ataupun manusia dan
tidak akan melampaui siklus eksistensi dalam jangka
waktu yang lama.
Paramārthasamudgata, pada
awalnya saya menguraikan doktrin yang
dimulai dengan : ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāvatā) [ yakni : instrinsitik dari keterkaitan dengan
lainnya (paratantrasvabhāvatā)], untuk
para makhluk hidup yang belum menghasilkan akar kebajikan , yang belum
memurnikan penghalang , yang belum
matang dalam kesinambungan mereka, yang tidak banyak memiliki keyakinan dan
yang belum mengakumulasi kebajikan dan kebijaksanaan. Pada saat mereka mendengar doktrin ini [ ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāvatā)]
Para mahluk hidup, setelah mendengarkan doktrin ini , mereka
membedakan fenomena yang bersifat komposisional yakni kemunculan karena kesaling terkaitan satu
dengan lainnya sebagai ketidakkonstanan dan juga hanya membedakannya sebagai
ketidakstabilan , tidak layak untuk dipercaya dan juga sebagai yang memiliki
instrinsitik yang selalu berubah. kemudian mereka mengembangkan kekhawatiran
dan perlemahan daya [penolakan] dalam kaitannya dengan semua fenomena yang bersifat komposisional.
Setelah mengembangkan kekhawatiran dan perlemahan daya [penolakan],
mereka berpaling dari tindakan yang keliru dan mengikuti jalan kebajikan .
Karena mengikuti jalan kebajikan maka mereka menghasilkan akar kebajikan [yang
sebelumnya] belum dibangkitkan. Memurnikan semua penghalang [ yang
sebelumnya ] belum dimurnikan dan juga mematangkan kontinum mereka [yang sebelumnya ]belum
matang. Berdasarkan landasan ini , mereka akan memiliki keyakinan yang besar
dan mencapai akumulasi dari akar kebajikan dan kebijaksanaan
Sebenarnya , mereka telah mencapai [ daya yang mendukung dan menguntungkan] yang terbentang
dari pembangkitan akar kebajikan dan
kebijaksanaan , tetapi karena mereka tidak memahami sebagaimana ada adanya, kedua aspek ini , yakni : ketiadaan
eksistensi melalui dirinya
sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) dan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendiri dalam
realitas tertinggi(paramārtha niḥsvabhāva) dalam kaitannya dengan ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva) [yakni : intrinsitik dari keterkaitan dengan
lainnya (paratantrasvabhāva)], mereka tidak mengembangkan perlemahan daya [menolak] terhadap semua fenomena yang bersifat komposisional , mereka menjadi
tidak sepenuhnya terpisah dari keinginan , dan mereka tidak terbebaskan
dengan mapan .Mereka tidak sepenuhnya terbebaskan dari kondisi mental yang
tidak berguna, mereka tidak sepenuhnya terbebaskan dari kondisi mental yang
tidak berguna dalam tindakannya ataupun tidak sepenuhnya terbebaskan dari penderitaan
yakni kelahiran.
Oleh
sebab itu , Tathagata juga menguraikan
kepada mereka doktrin mengenai ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) dan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendiri dalam
realitas tertinggi(paramārtha niḥsvabhāva) agar [
para makhluk hidup tersebut ] menjadi sepenuhnya mengembangkan perlemahan
daya [menolak] dalam kaitannya dengan semua fenomena yang bersifat komposisional , menjadi
sepenuhnya terbebaskan dari kondisi mental yang tidak berguna, menjadi
sepenuhnya terbebaskan dari kondisi mental yang tidak berguna dalam tindakannya
ataupun sepenuhnya terbebaskan dari penderitaan yakni kelahiran .
Karena
dengan mendengarkan uraian doktrin ini , mereka tidak akan membayangkan bahwa intrinsitik keterkaitan dengan lainnya (paratantrasvabhāva) memiliki
karakteristik dari intrinsitik imajiner ( parikalpitasvabhāva), mereka
percaya dan membedakan ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva) [ yakni : intrinsitik dari keterkaitan dengan
lainnya (paratantrasvabhāva)] sebagai tanpa intrinsitik dari karakteristik dan tanpa
intrinsitik dari realitas tertinggi, kemudian mereka memahaminya sebagaimana
apa adanya.
Dengan
memahami semua hal diatas maka pemahaman
mereka tidak akan diresapi dengan cara penyampaian dengan konvensional sehingga menjadi tidak
terikat dengan cara penyampaian dengan
konventional, terbebaskan dari dari kecenderungan yang mengarah ke konvensi pada
saat itu sehingga mereka juga berkemampuan untuk memahami karakteristik
dari keterkaitan dengan lainnya dan
pada saat yang akan datang mereka juga akan mencapai penghentian dengan memotong putus semua kontinum.
Dengan berlandaskan pemahaman ini , mereka menjadi sepenuhnya mengembangkan
perlemahan daya [menolak] yang mengarah pada semua fenomena yang bersifat
komposisional dan menjadi sepenuhnya
terbebaskan dari kondisi mental yang tidak berguna, menjadi sepenuhnya
terbebaskan dari kondisi mental yang tidak berguna dalam tindakannya ataupun
sepenuhnya terbebaskan dari penderitaan yakni kelahiran .
Paramārthasamudgata, hanya melalui jalan ini
dan melalui proses [prosedur]
ini , maka makhluk hidup yang
berasal dari silsilah Sravaka juga akan mencapai penggugahan sempurna yang
tidak tertandingi , demikian juga untuk
yang berasal dari silsilah pratekyabuddha
dan silsilah tathagata , mereka juga akan mencapai penggugahan sempurna
yang tidak tertandingi melalui jalan ini
dan melalui proses [prosedur]
ini . Dengan demikian maka hanya
ada satu pengetahuan [ jalan] bagi
silsilah Sravaka , pratekyabuddha dan bodhisarttva dalam pencapaian penggugahan
sempurna yang tidak tertandingi , pemurnian mereka juga hanya satu - tidak ada yang kedua [ lainnya].
Dengan memikirkan ini , maka saya
menguraikan hanya ada satu
pengetahuan walaupun dalam tataran kehidupan
ini terdapat beragam makhluk hidup misalnya yang memiliki indriya dan
intelektual yang lemah , menengah dan
tajam.
Paramārthasamudgata, walaupun semua Buddha berusaha untuk memapankan
seseorang yang bersilsilah
Sravaka dimana mereka hanya berproses dalam kedamaian terhadap dirinya
sendiri , tidak akan mampu untuk
mencapai penggugahan sempurna yang tidak tertandingi atau pengugahan tertinggi Mengapa ?
Karena keterbatasan dari welas kasih dan ketakutan yang besar terhadap penderitaan maka seseorang
akan tetap berada dalam intrinsitik dari
silsilah kecil , sebagaimana karena keterbatasan dari welas kasihnya maka mereka telah berpaling dari kesejahteraan makhluk
hidup. sebagaimana karena ketakutan yang
besar terhadap penderitaan maka mereka telah berpaling dari ketiadaan kondisi dari semua aktivitas berkondisi.
Saya tidak menguraikan bahwa seorang yang
telah berpaling dari kesejahteraan makhluk hidup dan yang telah berpaling dari ketiadaan kondisi dari semua aktivitas berkondisi sebagai pencapaian penggugahan sempurna yang tidak tertandingi
melainkan mereka hanyalah seseorang yang mencari kedamaian dalam dirinya sendiri
saja
"[Namun]
Saya menguraikan bahwa seseorang yang telah terbebaskan dari
halangan kondisi mental yang tidak berguna,
mereka yang telah membebaskan kesadaran
mereka dari berbagai halangan dalam menuju ke pengetahuan agung dan berada dalam bimbingan dari Tathagata yang pada awalnya hanya ditujukan untuk
kedamaian dan kesejahteraan dalam
dirinya sendiri adalah silsilah dari Sravaka. sedangkan para Sravaka yang
berkembang dalam kaitannya dengan
penggugahan adalah silsilah dari Bodhisattva.
Paramārthasamudgata, para
makhluk hidup memiliki tingkat keyakinan yang berbeda terhadap doktrin
kebenaran yang telah saya uraikan dengan
lengkap , sempurna dan diuraikan dengan pemikiran yang sangat murni.
Paramārthasamudgata, sehubungan dengan hal ini , hanya dengan memikirkan
ketiga jenis ketiadaan
eksistensi melalui
dirinya sendirinya maka tathagata menguraikan doktrin dengan makna yang diinterpretasi [ dalam ajaran roda tengah ] dengan menguraikan
bahwa : ' semua fenomena tidak eksis melalui
dirinya sendiri; semua fenomena itu tidak dimunculkan , tidak
berhenti , diam dari awal, dan pada
hakekatnya melampaui semua ketidakpuasan
.
Sehubungan
dengan diatas [
pada saat] makhluk hidup yang telah menghasilkan akar kebajikan,
yang telah memurnikan semua halangan, dan telah mematangkan kesinambungan ,
memiliki keyakinan yang agung dan telah mengakumulasikan semua kebajikan dan
kebijaksanaan dalam mendengarkan doktrin ini , mereka memahami sebagaimana apa
adanya seperti yang saya uraikan dengan latar pemikiran ini dan mereka mengembangkan
keyakinan terhadap doktrin ini. Mereka juga memahaminya sebagai makna dari
kebijaksanaan agung yakni makna sebagai
mana apa adanya dan melalui kontempelasi pemahaman mereka maka mereka akan
dengan cepat mencapai tingkatan terakhir.[pada saat] makhluk hidup yang belum menghasilkan akar kebajikan , yang belum
memurnikan semua halangan, dan belum mematangkan kontinum , tidak memiliki keyakinan yang agung dan masih
dalam tahap mengakumulasikan semua kebajikan dan kebijaksanaan dalam
mendengarkan doktrin , jujur dan pada hakekatnya
memiliki sifat jujur, tetapi mereka tidak dapat meninggalkan konseptual , mereak tidak
menggenggam pandangan mereka sendiri sebagai realitas tertinggi. Pada saat
mereka mendengar uraian doktrin mendalam ini , mereka tidak akan memahami
ajaran saya sesuai dengan pemikiran saya.
Kemudian, [para makhluk hidup ini] mengembangkan keyakinan dan juga mencapai keyakinan
terhadap doktrin ini. Mereka yakin bahwa
doktrin yang diuraikan oleh Tathagata sangat mendalam, sungguh mendalam , berdiam dalam kekosongan, sulit untuk dipahami,
sangat sulit untuk dipahami, , tidak dapat
dianalisis, tidak berada dalam ranah argumen logis dan hanya dapat dipahami
oleh para bijaksana dengan kemampuan yang
tajam dan cerdik
Mereka berpikir bahwa mereka tidak memahami
makna dari uraian ataupun makna dari doktrin ini dan penggugahan Buddha itu
mendalam, realitas tertinggi dari
fenomena juga mendalam dan hanya Tathagata saja yang memahami ini , mereka tidak
akan memahaminya. Uraian doktrin dari Taghagata ini mempengaruhi makhuk hidup
sesuai dengan berbagai tingkat keyakinan
mereka. Kebijaksaan dan persepsi Tathagata tidak terbatas sedangkan persepsi
mereka hanya seperti jejak sapi. Tetapi
dengan memuliakan uraian doktrin ini ,
mereka menyalinnya , setelah
menyalin kemudian mereka menghafalkannya , membacanya , menyebarkannya ,
memuliakannya , menghafal dan mentransmisikan secara lisan kepada orang
lain. Namun , karena mereka tidak
memahami uraian doktrin yang mendalam
ini sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran saya maka mereka tidak dapat
mengaplikasikannya dalam kontemplasi. Dengan cara yang demikian, mereka juga
maju dalam mengembangkan akumulasi kebajikan dan kebijaksanaan. Mereka juga
akan semakin matang dalam kontinum
mereka yang sebelumnya belum dimatangkan.
Sedangkan untuk yang lain , yang belum
menyelesaikan [tahapan (bhumi)] sampai dengan akumulasi kebajikan dan kebijaksanaan, yang tidak jujur dan tidak memiliki sifat
jujur, yang mampu meninggalkan
konseptual , tetapi mereka masih
menggenggam pandangan mereka sendiri sebagai realitas tertinggi . Pada
saat mereka mendengar doktrin ini , mereka juga tidak akan memahami uraian
doktrin mendalam ini sesuai dengan pikiran saya
Walaupun mereka tertarik pada doktrin tersebut
[dari makna mendalam intrinsitik dari mapan dengan sempurna] , mereka tidak memahami
sebagaimana apa adanya , realitas mendalam yang telah saya uraikan
yang dilandasi oleh pemikiran ini. Sehubungan dengan makna yang ada dalam doktrin
ini mereka terus mengenggam istilah harfiah yang ada pada doktrin ini dimana dinyatakan bahwa semua fenomena hanya
tidak eksis melalui dirinya sendirinya. Semua fenomena hanya tidak muncul ,
hanya tidak berhenti , hanya diam dari awal ,
dan hanya pada hakekatnya melampaui semua penderitaan , sehingga mereka
berpandangan bahwa semua fenomena itu tidak eksis dan berpandangan bahwa [pemapanan
dari objek melalui ] karakteristiknya
[ sendiri] tidak eksis.
Mereka menjadi berpandangan nihilism dan berpandangan bahwa ketiada eksistensi
dari [ pemapanan
dari objek melalui ] karakteristiknya [sendiri ] dan mereka
membantah semua fenomena dalam terminologi yang berkaitan dengan semua
karakteristik. Mereka membantah karakteristik imajiner dari fenomena, karakteristik keterkaitan
dengan lainnya dari fenomena dan karakteristik mapan dengan sempurna dari
fenomena.
Mengapa demikian ? Paramārthasamudgata jika
karakteristik keterkaitan dengan lainnya dan karakteristik mapan dengan
sempurna itu eksis [ melalui karakterisitiknya sendiri ] maka karakteristik imajiner ini akan dipahami [ memungkinkan
untuk diketahui ] , namun bagi yang mempersepsikan karakteristik keterkaitan
dengan lainnya dan karakterstik mapan dengan sempurna sebagai tanpa
karakteristik [ atau dengan kata lain sebagai tidak mapan melalui
karakteristiknya sendiri ] juga
akan membantah karakteristik imajiner . Oleh sebab itu , mereka dikatakan
membantah semua ketiga aspek dari karakteristik ini. . Dengan demikian, mereka telah mempersepsikan doktrin saya sebagai doktrin dan juga mempersepsikan apa yang bukan makna sebagai makna.
Mereka yang mempersepsikan doktrin saya sebagai doktrin dan juga
mempersepsikan apa yang bukan makna
sebagai makna dan juga memahami
doktrin sebagai doktrin. Mereka juga
memahami apa yang bukan makna sebagai makna . Karena keyakinan terhadap doktrin maka mereka juga akan maju dengan
mengembangkan kebajikan tetapi karena
mereka sangat menggengam apa yang bukan makna maka , mereka akan jatuh dan menjauhi kebijaksanaan. Pada saat mereka jatuh dan menjauhi
kebijaksanaan maka mereka juga akan jatuh
dan menjauhi semua kualitas
kebajikan yang luas dan beragam
Sedangkan yang lainnya, setelah mendengarkan bahwa doktrin
itu adalah doktrin ,tetapi mereka terlena
pada pandangan apa yang bukan makna
adalah makna . Karena mereka memahami doktrin
sebagai doktrin dan memahami apa yang bukan
makna sebagai makna, maka mereka menggengam erat doktrin sebagai doktrin dan apa yang bukan makna sebagai makna . Ketahuilah
bahwa berdasarkan ini mereka juga akan jatuh
dan menjauhi semua kualitas kebajikan ini .
Pada
saat orang yang tidak terlena dengan pandangan ini , mendengarkan dari orang lain bahwa fenomena tidak
berintrisitik , dan mendengar bahwa fenomena itu tidak dimunculkan [diihasilkan]
, tiada penghentian, diam dari awal, dan pada hakekatnya melampaui semua ketidakpuasan.
Mereka menjadi takut [ khawatir ] dan mengembangkan kekhawatiran dengan
mengatakan bahwa doktrin ini bukan uraian
dari Buddha melainkan Mara , dengan cara
berpikir demikian , mereka juga telah mencela , membantah , menolak dan
mengucapkan keburukan terhadap uraian
doktrin ini .
Berdasarkan ini,mereka akan mendapatkan ketidak beruntungan yang besar, dan juga bertemu dengan penghalang dari
karma yang besar karena mereka
telah menyebabkan banyak makhluk
hidup bertemu dengan penghalang yang
besar dengan memperdaya mereka . Dengan ini saya nyatakan bahwa mereka yang
memahami semua karakteristik sebagai ketiada eksistensi dan yang menguraikan
apa yang bukan makna menjadi makna akan memiliki penghalang karma yang besar.
Paramārthasamudgata, pada saat makhluk hidup belum menghasilkan akar
kebajikan, belum memurnikan penghalang,
belum mematangkan kontinum mereka, tidak
memiliki keyakinan besar, belum menyelesaikan akumulasi jasa dan kebijaksanaan,
yang tidak jujur dan tidak memiliki sifat jujur , dan yang tidak mampu untuk
menghapus konseptual dan yang menggengam pandangan mereka sendiri dengan erat sebagai realitas tertinggi dalam mendengarkan doktrin ini. Mereka tidak akan memahami ajaran ini sesuai
dengan apa yang saya pikirkan. Mereka juga tidak akan mengembangkan keyakinan
terhadap doktrin ini , mereka akan menganggap doktrin sebagai bukan doktrin dan makna sebagai bukan makna.
Dengan menggengam pada pandangan doktrin
sebagai bukan doktrin dan makna sebagai bukan
makna, kemudian mereka mengatakan bahwa doktrin ini bukan uraian dari Buddha
melainkan Mara . Dengan pemikiran ini, mereka mencela , menolak , membantah ,
dan mengucapkan keburukan terhadap uraian
doktrin ini dan mempersepsikannya sebagai uraian yang tidak bermanfaat
dan keliru. Dengan berbagai cara mereka menolak, mengkritik dan meninggalkan
uraian ini. Disamping itu , mereka juga menganggap orang yang menyakini [uraian]
ini bertentangan dengan mereka Maka dengan demikian penghalang karma ini akan sangat sulit untuk diatasi
karena akan terus muncul dalam beberapa
ratus kalpa dalam kehidupan mereka.
Paramārthasamudgata, , demikianlah tingkat
keyakinan yang berbeda dari para makhluk hidup terhadap doktrin
kebenaran yang telah saya uraikan dengan
lengkap , sempurna dan diuraikan dengan pemikiran yang sangat murni.
Kemudian Bhagavan menguraikan ini :
Apa makna mendalam
yang diuraikan oleh para bijak ketika mengatakan bahwa semua fenomena (sarva
dharma) tidak eksis
melalui dirinya sendiri (niḥsvabhāva) , semua fenomena tidak
muncul (anutpanna) , tidak berhenti (aniruddha) , diam dari awal (ādiśānta) , dan pada hakekatnya melampaui
semua ketidakpuasan (prakṛtiparinirvṛta) ?
Semua
makna mendalam ini , telah saya uraikan sebagai . ketiadaan
eksistensi melalui dirinya
sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇa niḥsvabhāva), ketiadaan
eksistensi melalui dirinya
sendirinya dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva), ketiadaan
eksistensi melalui dirinya
sendirinya dalam realitas tertinggi (paramārtha niḥsvabhāva). Dengan memaham ini maka para bijak juga tidak akan tidak akan
menempuh jalur degenerasi.
Jalan kemurnian hanya berdasarkan uraian ini , tidak ada
jalan kemurnian lainnya dan hanya ada satu pengetahuan mendalam yang
diuraikan , meskipun ada beragam jenis makhluk hidup
Dalam semua ranah kehidupan , banyak sekali
makhluk hidup yang mencari
melampaui ketidakpuasaan untuk diri mereka sendiri , tetapi yang memiliki welas
kasih dan beraspirasi untuk tidak meninggalkan semua makluk hidup dan mencapai
melampaui ketidakpuasan akan sangat langka.
Dalam ranah
yang tidak ternoda , mencapai pembebasan yang sangat halus dan
tidak terbayangkan, sama dan
tidak ada perbedaan, bebas dari semua kondisi mental yang tidak berguna dan melampaui semua ketidakpuasan , tidak dapat diungkapkan dengan dualistik, inilah kebahagiaan dan kestabilan
Kemudian Bodhisattva Paramārthasamudgata, berkata kepada Bhagavan:
Bhagavan, apa yang Bhagavan uraikan dengan memikikran [sesuatu yang lain ] itu sungguh halus , dan terhalus , sangat mendalam , sulit untuk dipahami ,
sangat sulit untuk dipahami adalah sungguh menakjubkan dan sangat mengagumkan .
Bhagavan, saya memahami makna dari apa yang
telah Bhagavan uraikan sebagai berikut : yang diusulkan sebagai fakta melalui nama dan terminologi [ karakteristik imajiner ] itu berkaitan dengan
: Objek dari aktivitas [ ruanglingkup] yang bersifat konseptual [ diungkapkan
melalui nama dan terminologi](vikalpagocara)], landasan dari karakteristik imajiner ( parikalpitalaksanasraya
), nimitta dari jejak mental halus yang berasal dari tindakan lampau (samskaranimitta)
dalam karakteristik dari
satu entitas ataupun fakta [ misalnya ,
ini adalah ] bentuk dari agregat dan dan yang diusulkan sebagai fakta melalui nama dan
terminologi dalam karakteristik dari entitas ataupun karakteristik dari fakta [merupakan atribut .misalnya] kemunculan bentuk
dari agregat, peninggalan dan pencapaian pemahaman terhadap bentuk dari agregat adalah karakteristik imajiner.
Dalam kaitannya dengan ketiga hal diatas maka
Bhagavan menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Bhagavan , saya mengajukan pemahaman
hal ini sebagai berikut : yang
merupakan objek dari aktivitas yang
bersifat konseptual, landasan dari karakteristik imajiner ,dan yang memiliki
refleksi mental dari fenemena yang
bersifat komposisional adalah karakteristik dari keterkaitan yang lain. Karena
keterkaitan dengan hal ini maka Bhagavan menambahkan dan menguraikan ketiadaan
eksistensi melalui dirinya sendirinya
dalam kemunculan (utpattiniḥsvabhāva) dan
ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendiri dalam realitas
tertinggi (paramārthaniḥsvabhāva) objek
dari aktivitas yang bersifat konseptual, landasan dari karakteristik
imajiner ,dan refleksi mental dari fenomena yang bersifat komposisional tidak mapan
sebagai karakteristik imajiner dan tidak
eksis melalui dirinya sendiri . Oleh
sebab itu , yang tidak eksis melalui dirinya sendiri , ketidak hadirin diri
dari fenomena , sebagaimana apa adanya, objek
dari aktivitas yang bersifat konseptual, landasan dari karakteristik
imajiner ,dan refleksi mental dari fenomena yang bersifat komposisional adalah
sebagai karakteristik mapan dengan sempurna. Karena keterkaitan dalam hal ini
maka Bhagavan menambahkan dan menguraikan ketiadaan eksistensi melalui
dirinya sendiri dalam realitas
tertinggi (paramārthaniḥsvabhāva)
Bhagavan , saya mengajukan pemahaman
terhadap doktrin ini sebagai berikut : yang diusulkan sebagai fakta
melalui terminologi nominal terhadap
objek dari aktivitas yang bersifat konseptual,
landasan dari karakteristik imajiner ,dan yang memiliki refleksi mental
dari fenemena yang bersifat
komposisional sebagai karakteristik dari
satu entitas atau karakteristik dari atribut [sebagai contoh] agregrat materi (
rupaskandha) , penguraian
[agregrat materi] , pembebasan [ atau penghentian agregat materi] , dan
pemahaman seksama [agregrat materi] adalah
sebagai karakteristik imajiner . Karena keterkaitan dalam hal ini maka Bhagavan
menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Demikian juga untuk kelompok agregat lainnya , dua belas landasan
pengindera (ayatana)
pemunculan dalam saling keterkaitan (pratītyasamutpāda) dan [empat]nutrimen (āhāra) . elemen
(dhātu) , berbagai
[delapan
belas] (nānātva) elemen
, beragam [enam] elemen (anekatva) dan semuanya akan
berlaku sama seperti diatas. Karena keterkaitan dalam hal ini maka Bhagavan
menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva) .
Bhagavan , saya mengajukan pemahaman
terhadap doktrin ini sebagai berikut : yang diusulkan sebagai fakta
melalui terminologi nominal terhadap
objek dari aktivitas yang bersifat
konseptual, landasan dari karakteristik imajiner ,dan yang memiliki refleksi
mental dari fenemena yang bersifat
komposisional sebagai karakteristik dari
satu entitas [sebagai contoh] realitas dari ketidakpuasan , atau karakteristik dari atribut [sebagai
contoh] pengetahuan terhadap realitas dari
ketidakpuasan adalah sebagai karakteristik imajiner . Karena keterkaitan dalam
hal ini maka Bhagavan menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam
karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Demikian juga untuk empat kebenaran mulia lainnya , faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma)
[yang merupakan penawar terhadap berbagai objek
dalam keadaan terbebaskan] , memunculkan [ kebajikan dan penawar] yang belum
dimunculkan (anutpannānām utpāda), berdiam dalam [ kebajikan dan penawar] yang sudah
dimunculkan (utpannānām sthrti), tidak kehilangan [penawar] yang sudah dimunculkan (asaṃpramosa), dimunculkan
kembali (bhūyobhāva)
[pada saat seseorang telah terbiasa dengan
kebajikan dan kualitas ini] dan
meningkatkan [penawar
melalui daya dari keterbiasaan ini ] serta
mengekspansinya [ hingga tak terbatas ] (vrddhiviṛuḍhi) dan delapan jalan
mulia (āryāṣṭāṇgamārga) dan semuanya akan
berlaku sama seperti diatas. Karena keterkaitan dalam hal ini maka Bhagavan
menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Bhagavan , saya mengajukan pemahaman
terhadap doktrin ini sebagai berikut : yang diusulkan sebagai fakta melalui
terminologi nominal terhadap objek dari aktivitas yang bersifat konseptual,
landasan dari karakteristik imajiner ,dan yang memiliki refleksi mental dari fenomena yang bersifat komposisional [berkondisi] sebagai
karakteristik dari satu entitas sebagai [contoh] realitas dari ketidakpuasan , atau karakteristik dari atribut [sebagai
contoh] pengetahuan terhadap realitas dari
ketidakpuasan merupakan karakteristik imajiner (parikalpitalakṣaṇa) . Karena keterkaitan dalam hal ini maka Bhagavan
menguraikan ketiadaan eksistensi melalui dirinya sendirinya dalam karakteristik (lakṣaṇaniḥsvabhāva ) .
Bhagavan,
saya mengajukan pemahaman terhadap doktrin ini sebagai berikut : Hal
yang merupakan objek dari aktivitas konseptual , landasan , dan
karakteristik dari imajiner, dan karakteristik dari fenomena yang bersifat komposisional [berkondisi] tidak
mapan sebagai karakteristik
imajiner (parikalpitalakṣaṇa) dan hanya karena eksistensi melalui dirinya
sendirinya [ intrinsitik]
(svabhāva) , ketiadaan eksistensi melalui dirinya
sendiri (niḥsvabhāva) , ketidakhadiran eksistensi [ diri ] dari dari
fenomena, realitas demikian apa adanya (tathatā) , dan objek pengamatan (alambana)
untuk pemurnian yang merupakan karakteristik
mapan dengan sempurna ( pariniṣpannalakṣaṇa) .Karena keterkaitan dalam hal ini maka Bhagavan
menguraikan ketiadaan eksistensi melalui
dirinya sendiri dalam realitas
tertinggi (paramārthaniḥsvabhāva)
Bhagavan, hal ini dapat diilustrasikan dengan jahe
kering yang ditambahkan kedalam semua bubuk untuk pengobatan dan dan ramuan
obat mujarab lainnya sama seperti Bhagavan menguraikan makna definitif yang dimulai dengan [uraian] ketiadaaan
eksistensi melalui dirinya sendiri dari semua fenomena [hingga] semua
fenomena tiada kemunculan , tiada
penghentian , diam dari awal dan pada
hakekatnya melampaui semua penderitaan didalam
semua uraian bermakna interpretasi. Demikianlah Bhagavan menempatkan makna
definitif didalam semua uraian bermakna interpretasi.
Bhagavan, hal ini dapat diilustrasikan dengan kanvas lukisan, yang berlatar warna biru biru,
kuning, merah, ataupun putih yang merupakan satu rasa dari keseluruhan
karya lukisan itu dan juga memperindah
detail lukisan tersebut. Sama seperti Bhagavan menguraikan makna definitif yang dimulai dari dengan [uraian] ketiadaaan eksistensi melalui dirinya
sendiri dari semua fenomena [hingga] semua
fenomena tiada kemunculan , tiada
penghentian , diam dari awal dan pada
hakekatnya melampaui semua penderitaan dalam satu rasa dengan semua uraian bermakna
intepretasi yang juga memperindah [uraian] bermakna
interpretasi.
Bhagavan,
hal ini dapat diilustrasikan dengan
ketika seseorang menambahkan
mentega yang telah dijernihkan kedalam semua jenis kuliner ,misalnya dalam memasak gandum ataupun daging , akan menambah kenikmatan [rasa masakan
tersebut] . Sama seperti Bhagavan menguraikan makna definitif
yang dimulai dari dengan [uraian] ketiadaaan eksistensi melalui dirinya
sendiri dari semua fenomena [hingga] semua fenomena tiada kemunculan , tiada penghentian , diam dari awal dan pada hakekatnya melampaui
semua penderitaan yang ditambahkan kedalam semua uraian yang bermakna
intepretasi akan menghasilkan kenikmatan dan keterpuasan .
"Bhagavan, hal ini dapat diilustrasikan dengan ruangan
yang semuanya dalam satu rasa dan
tidak terhalang oleh aktivitas apapun. Sama seperti Bhagavan menguraikan makna definitif
yang dimulai dari dengan [uraian] ketiadaaan eksistensi melalui dirinya
sendiri dari semua fenomena [hingga] semua fenomena tiada kemunculan , tiada penghentian , diam dari awal dan pada hakekatnya melampaui
semua penderitaan yang juga satu rasa dalam semua urainan yang bermakna
interpretasi, dan juga tidak akan menghalangi semua aktivtas dari pengetahuan
Sravaka , pengetahuan pratekyabuddha
maupun pengetahuan bodhisattva.
Bhagavan menjawab Bodhisattva Paramārthasamudgata
Mengagumkan, Paramārthasamudgata, Sadhu Sadhu. Anda telah memahami dengan baik uraian dan
landasan pemikiran dari Tathagata. Anda memberikan analogi dengan baik dalam ilustrasi misalnya jahe
kering , kanvas , mentega yang dijernihkan dan ruangan dengan sangat akurat. Paramu… uraian ini bukan yang berbeda dari yang telah diuraikan semua dan anda harus
memahaminya dengan cara yang demikian.
Kemudian Bodhisattva Paramārthasamudgata berkata
kepada Bhagavan:
Pada awalnya di daerah Varanasi, di Taman
Rusa disebut sebagai doktrin para Arya , Bhagavan dengan sempurna memutar roda
doktrin untuk semua yang berada dalam
silsilah Sravaka melalui penguraian empat kebenaran mulia , sungguh mengagumkan
, menakjubkan dan luar biasa dimana
tidak ada satupun dari para deva dan manusia di dunia ini yang
mampu memutarkan roda doktrin yang sama sebelumnya. Tetapi doktrin ini masih ada yang dapat melampauinya , memiliki celah [untuk disanggah] , bermakna
interpretasi dan berfungsi dalam ranah argumen logis.
Berdasarkan hanya pada sifat ketiadaan instrinstik dari semua
fenomena dan berdasarkan hanya pada
ketidak hadiran dari kemunculan [yang dihasilkan] , ketidak hadiran dari penghentian , kediaman [ kepasifan ] dari awal dan pada hakekatnya melampaui semua
penderitaan . Bhagavan memutarkan roda
doktrin ke dua yang lebih menakjubkan
lagi untuk yang memiliki silsilah dari pengetahuan agung,sungguh mengagumkan
dan menakjubkan , melalui aspek penguraian atas kekosongan , Tetapi doktrin
ini juga masih ada yang dapat
melampauinya , memiliki celah [untuk
disanggah ] , bermakna interpretasi
dan berfungsi dalam ranah argumen logis.
Berdasarkan hanya pada sifat ketiadaan instrinstik dari semua
fenomena dan berdasarkan hanya pada
ketidak hadiran dari kemunculan [yang dihasilkan] , ketidak hadiran dari penghentian , kediaman [ kepasifan ] dari
awal dan pada hakekatnya melampaui semua penderitaan Bhagavan memutarkan roda doktrin ketiga untuk
semua silsilah yang sangat berbeda, sungguh mengagumkan dan menakjubkan . Doktrin ini
tidak ada yang dapat melampauinya , tidak bercelah [ untuk disanggah] , bermakna
definitif , dan tidak berfungsi dalam
ranah argumen logis
Bhagavan, pada saat putra dan putri dari
silsilah terbaik mendengarkan uraian Bhagavan yang memiliki kepastian dalam makna, dari [doktrin] ketiadaan instrinstik dari
semua fenomena dan hakekatnya melampaui semua penderitaan .Mereka mengembangkan keyakinan dalam diri
mereka dengan menyalinnya , mentranskripkannya , menghafalkannya , membacnya ,
mmemuliakannya , menyebarkan dan mentransmisikannya kepada orang lain ,
merenungkannya dan juga mengkontemplasikannya. Dengan cara demikian ada berapa
banyak kebajikan yang akan dihasilkan ?
Bhagavan menjawab Bodhisattva Paramārthasamudgata:
Paramārthasamudgata, para putra atau putri
dari silsilah yang terbaik itu akan menghasilkan kebajikan yang beragam, tidak terbatas dan tidak dapat
dibandingkan dan ini juga tidak mudah
untuk diilustrasikan , namun demikian
saya akan menguraikannya secara singkat
Paramārthasamudgata, ini dapat
dianalogikan dengan perbandingan antara partikel tanah [debu] yang berada di ujung kuku dengan semua
partikel tanah [debu] yang berada
di bumi ini . Perbandingannya tidak mendekati seperseratus bagian , tidak mendekati
seperseribu bagian ataupun seperseratus ribu bagian, tidak mendekati angka
apapun, dengan perbandingan dan pendekatan apapun. Ini akan sama dengan kita
membandingkan air yang berada pada jejak sapi dengan air yang berada dalam keempat
samudra besar atau dengan perkataan lain tidak dapat didekati dengan
perbandingan.
Paramārthasamudgata, dengan menggunakan ilustrasi yang sama , perbandingan terhadap kebajikan [yang
dihasilkan] oleh mereka yang mengembangkan
keyakinan terhadap uraian doktrin yang
memiliki kepastian dalam makna ini dalam merenungkan dan mengaplikasikannya ke dalam kontemplasi, tidak mendekati seperseratus bagian , tidak
mendekati angka apapun.
Bodhisattva Paramarthasamudgata bertanya
kepada Bhagavan:
Bhagavan, apa nama dari (naman)
pemutaran [roda] pengungkapan makna mendalam (samdhinirmocanadharmaparyaya)
ini ?
Paramārthasamudgata, doktrin ini
dinamakan sebagai pengulasan realitas
tertinggi yang bermakna definitif (paramarthanirtathanirdesa) , anda dapat
menamakannya sebagai : uraian realitas
yang bermakna definitif
Pada saat doktrin realitas bermakna definitif
ini selesai diuraikan
, enam ratus ribu makhluk hidup beraspirasi mencapai penggugahan
sempurna yang tidak tertandingi (
anuttarasamyaksambodhi). Tiga ratus Sravaka memurnikan (visudha ) penglihatan realitas (dharmacaksur) yang bebas dari keinginan (virajas)
dan tidak ternodakan (nirmala). Seratus lima puluh ribu Sravaka mencapai pembebasan kesadaran
(asravebyas cittani vimukti ) dengan kesadaran yang tidak melekat
pada apapun (cittam utpadayanti .Tujuh puluh lima ribu Bodhisattva
mencapai kondisi realitas tiada
kemunculan (anutpatikadharmaksanti).