ratnavali
Sujud kepada semua Buddha dan Bodhisattva.
1.
Saya bersujud kepada Yang Berpengetahuan Sempurna,
Yang bebas dari segala kecacatan,
Berhiaskan semua kualitas bajik,
Sahabat satu-satunya semua makhluk.
2.
Oh Baginda, saya akan menjelaskan praktikpraktik yang semata-mata bajik,
Untuk membangkitkan Dharma dalam dirimu,
Karena praktik-praktik ini akan terealisasi
Dalam bejana ajaran sempurna.
3.
Seseorang yang pertama-tama mempraktikkan
Peningkatan Kehidupan (abhyudaya)
Kesempurnaan (naihsreyasa) akan muncul kemudian,
Karena setelah taraf hidupnya meningkat,
Secara bertahap dia akan merealisasi Kesempurnaan.
4.
Peningkatan Kehidupan adalah kebahagiaan,
Kesempurnaan adalah pembebasan.
Cara utama untuk mendapat Peningkatan
Kehidupan dan merealisasi Kesempurnaan
Singkatnya adalah keyakinan (sraddha) dan prajna.
5.
Karena memiliki keyakinan, kita mengandalkan ajaran,
Karena memiliki prajna, kita benar-benar mengetahui.
Di antara keduanya, prajna-lah yang utama,
Sedangkan keyakinan adalah prasyaratnya.
6.
Seseorang yang tidak mengabaikan praktik
Ketika muncul ketertarikan (lobha), penolakan (dvesha), ketakutan, atau delusi (moha)
Disebut seorang yang memiliki keyakinan,
Bejana yang cocok untuk Kesempurnaan.
7.
Setelah menganalisa dengan seksama
Segala tindakan melalui tubuh, ucapan dan pikiran,
Mereka yang mengetahui apa yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan makhluk lain dan senantiasa menjalankannya
Adalah orang yang bijaksana.
8.
Tidak membunuh, tidak mengambil milik orang lain,
Menghindari perilaku seks yang keliru,
Sepenuhnya meninggalkan kebohongan,
Ucapan yang memecah-belah,
ucapan menyakitkan dan ucapan tak bermanfaat,
9.
Sepenuhnya meninggalkan rasa tak
berkecukupan, keinginan menyakiti,
Dan pandangan nihilisme –
Inilah sepuluh tindakan bajik yang bersinar;
Sedangkan lawannya – sepuluh tindakan tidak
bajik adalah kegelapan.
10.
Tidak mengonsumsi zat-zat yang melemahkan
kesadaran, menjalani hidup yang baik,
Tidak menyakiti makhluk lain, hormat dalam memberi,
Menghormati orang yang patut dihormati, dan
Memiliki cinta kasih (maitri )
Secara singkat, seperti itulah praktiknya.
11.
Praktik tidak dilakukan
Dengan sekedar menyiksa diri,
Karena itu tetap menyakiti makhluk lain,
Dan tidak membantu makhluk lain.
12.
Mereka yang tidak menghargai jalan agung ajaran sempurna
Mengenai dana, sila dan kshanti,
Menyiksa tubuh mereka,
Mengikuti jalan menyimpang bagaikan seekor sapi
[menipu diri sendiri dan orang-orang yang mengikutinya].
.
13.
Tubuh mereka dililit ular ganas klesha,
Mereka memasuki hutan samsara yang menakutkan
Untuk jangka waktu yang lama
Di antara pepohonan makhluk-makhluk tak terhingga.
14
Umur pendek dikarenakan melakukan pembunuhan.
Banyak penderitaan dikarenakan melukai makhluk lain.
Kemiskinan dikarenakan mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
Mempunyai musuh dikarenakan perilaku seks yang keliru.
15.
Kebohongan menyebabkan fitnah.
Kata-kata yang memecah-belah menyebabkan tercerai-berainya sahabat.
Kata-kata yang menyakitkan menyebabkan kita
Mendengar hal-hal yang tak menyenangkan.
Ucapan yang tidak bermanfaat membuat kata kata kita tak dihargai.
16.
Rasa tak berkecukupan menghancurkan apa yang diinginkan,
Niat menyakiti menyebabkan rasa takut,
Pandangan keliru menuntun pada pandangan negatif,
Mengonsumsi zat-zat yang melemahkan
Kesadaran membuat citta kacau.
17.
Kekikiran menyebabkan kemiskinan,
Cara hidup yang keliru menyebabkanm kita tertipu,
Kesombongan menyebabkan terlahir di keluarga yang tak terhormat,
Iri hati menyebabkan penampilan tak menarik.
18.
Buruk rupa disebabkan kemarahan,
Kebodohan disebabkan tidak belajardari para bijaksana.
Inilah akibat yang dialami ketika terlahir sebagai manusia,
Namun sebelumnya, tindakan negatif tersebut
Membawa kelahiran di alam-alamrendah
19.
Kebalikan dari akibat
Ketidakbajikan yang begitu dikenal
Adalah munculnya efek-efek positif
Yangdikarenakan semua kebajikan.
20.
Lobha, dosa, moha dan
Tindakan-tindakan yang dihasilkannya adalah ketidakbajikan.
Alobha, adosa,amoha,
Dan tindakan-tindakan yang dihasilkannya adalah kebajikan.
21.
Dari ketidakbajikan, muncullah semuapenderitaan.
Begitu juga kelahiran di alam-alam rendah,
Dari kebajikan, muncullah semuakelahiran yang baik
Dan kebahagiaan disemua kehidupan.
22.
Menghentikan semua ketidakbajikan
Dan senantiasa melakukankebajikan
Melalui tubuh,ucapan dan pikiran
Ini disebut tiga bentuk praktik.
23.
Melalui prraktik ini seseorang bebas dari kelahiran
Di alam neraka, preta atau binatang.
Dan akan terlahir sebagai manusia atau dewa,
Memperoleh kebahagiaan, keberuntungan dan kekuasaan yang berlimpah.
24.
Melalui samadhi, empat sikap pandang tak
terbatas, dan dhyana Arupadhatu
Seseorang mengalami kebahagiaan Brahma dan sebagainya.
Singkatnya, demikianlahpraktik Peningkatan Kehidupan dan hasilnya
25.
Dikatakan oleh para Jina [Penakluk]
Ajaran Kesempurnaan
Adalah mendalam, halus, dan menakutkan
Bagi mereka yang bersifat belum matang [ spiritual], yang tak berpengetahuan.
.
26.
“Sayabukan, saya tak akan.
Saya belum pernah, saya tak akanpernah,”
Itu menakutkanmereka yang bersifat belum matang [ spiritual ]
Namun menghilangkan ketakutan para bijaksana.
27.
Dia yang berucap semata-mata ingin menolong para makhluk,
Mengatakan bahwa semua makhluk
Muncul dari konsepsi ‘saya’
Dandiliputi konsepsi ‘milik saya.’
28.
“Saya ada, milik saya ada.”
Iniseb enarnya keliru,
Karena keduanya tak dapat dibuktikan keberadaannya
Oleh citta yang melihat realita sebagaimanaadanya.
29.
Skandha mental dan fisik muncul
Dari konsepsi ‘saya’ yang sebenarnya keliru.
Bagaimana mungkin sesuatu itu benar
Jika tumbuh dari benih yang keliru?
30.
Setelah melihat skandha tidak bersifat hakiki,
Konsepsi ‘saya’ ditinggalkan,
Dan dengan meninggalkan konsepsi ‘saya’
Skandha tak lagi muncul.
31.
Sebagaimana dikatakan bahwa
Pantulan wajah yang terlihat
Tergantung pada cermin
Namun tidaklah benar-benar eksis [sebagai wajah].
32.
Jadi konsepsi ‘saya’ eksis
Tergantung pada skandha,
Namun sebagaimana pantulan wajah di cermin
‘Saya’ tidak benar-benar eksis.
33.
Seperti halnya tanpa adanya cermin
Pantulan wajah tak akan terlihat,
Demikian pula konsepsi ‘saya’ tidaklah ada
Tanpa adanya skandha.
34.
Ketika Arya Ananda
Mendengarkan makna dari ini,
Beliau merealisasi Mata Dharma
Dan berulang-ulang membabarkannya kepada para bhikshu.
35.
Selama skandha dianggap ada,
Maka konsepsi ‘saya’ tetap ada.
Lebih lanjut, jika konsepsi ‘saya’ ada,
Muncullah karma, dan dari itu muncullah kelahiran.
.
36.
Dengan adanya ketiga hal yang saling mempengaruhi
Tanpa awal, tengah, maupun akhir,
Roda samsara ini
Berputar bagaikan roda penyulut api.
37.
Karena roda samsara tidak berasal dari dirinya sendiri,
Dari hal lain, atau keduanya,
Tidak juga dari masa lampau, sekarang, maupun masa mendatang,
Konsepsi ‘saya’ dapat diatasi
Oleh karena itu, karma dan kelahiran kembali juga dapat diatasi.
38.
Seseorang yang melihat bagaimana sebab dan akibat
Tercipta dan berhenti
Tak akanmenganggap dunia ini
Eksis secara hakiki atau tidak eksis sama sekali.
39.
Seseorang yang mendengar ajaran cara mengatasi
Semua dukha, namun tidak menganalisanya
Dan takut akan keadaantanpa ketakutan
Akan gemetar karena kesalahpengertian.
40.
Jika bahwa semua ini tidak ada dalam Nirvana
Tidak membuatmu takut.
Lalu mengapa ketiadaan hal-hal
Yang dijelaskan disini membuatmu takut?
41.
Jika pembebasan dinyatakan demikian:
“Dalam pembebasan tiada ‘sosok saya’ dan tiada skandha.”
Mengapa tiadanya ‘saya’ dan skandha
Tidak engkau sukai?
42.
Jika Nirvana bukanlah bukan sesuatu,
Bagaimana mungkin mempunyai sifat sesuatu?
Berakhirnya konsepsi yang keliru
Akan sesuatu dan bukan sesuatu disebutNirvana.
43.
Singkatnyacara pandang nihilisme
Menganggap bahwa tindakan tidak membawa efek
Tidak mempunyai potensi positif maupun
Membawa pada kelahiran dialam rendah,
Disebut “pandangan keliru.”
44.
Singkatnya, cara pandang bahwa
Tindakan membawa efek.
Menghasilkan potensi positif dan kelahiran yang baik
Disebut “pandangan tepat”
45.
Karena pandangan keberadaan (hakiki) dan ketiadaan dihilangkan melalui prajna,
Ada jalan yang melampaui tindakan positif maupun negatif.
Para Buddha katakana ini adalah
Terbebas dari kelahiran di alam rendah dan alam yang baik.
46.
Melihat terciptanya sesuatu mempunyai sebab
Kita mengatasi pandangan ketiadaan.
Melihat berhentinya sesuatu mempunyai sebab
Kita juga tidak menganggap keberadaan adalah hakiki.
47.
Sebab yang tercipta sebelumnya atau tercipta bersamaan
Bukanlah sebab; [dengan demikian] kenyataannya, tidak ada sebab,
Karena ciptaan [demikian] sama sekali tak dapat dibuktikan
Eksistensinya secara konvensional maupun berdasarkan kenyataan terdalam.
48.
Dengan adanya ini, maka itu ada,
Seperti halnya ada pendek karena ada panjang.
Karena ini tercipta, maka itu tercipta,
Bagaikan cahaya yang dihasilkan dari api.
49.
Jika ada panjang, maka ada pendek,
Panjang dan pendek tidak eksis secara hakiki,
Begitu pula jika tidak ada api,
Maka tidak ada cahaya
50.
Setelah melihat efek timbul dari sebab,
Kita melihat apa yang muncul secara konvensional
Dan tidak menganut pandangan nihilistik.
51.
Seseorang yang menganggap sebagaimana adanya
Bahwa nirodha tidak muncul dari konvensi
Tak terjerumus dalam [pandangan] kehakikian.
Oleh karena itu, seseorang yang tidak mendua adalah bebas.
52.
Wujud yang terlihat dari kejauhan
Kelihatan jelas oleh mereka yang ada di dekatnya
Jika fatamorgana adalah air
Mengapa tidak terlihat sebagai air oleh mereka yang ada didekatnya?
53.
Cara dunia ini terlihat
Begitu nyata oleh mereka yang jauh
[Namun] tidak terlihat demikian oleh mereka yang dekat
Di mana bagi m ereka itu adalah tanpa tanda
seperti fatamorgana.
54.
Seperti halnya fatamorgana terlihat seperti air.
Tetapi bukan air dan sebenarnya tidak eksis [sebagai air]
Begitu pula skandha terlihat seperti ‘saya’
Namun itu bukan ‘saya’ dan kenyataannya tidak eksis seperti itu.
55.
[Dengan] menganggap fatamorgana adalah air
Dan setelah tiba di sana,
Dia dikatakan bodoh bila berpikir
“Air tidak eksis.”
56.
Seseorang yang menganggap dunia seperti fatamorgana
Bahwa itu eksis atau tidak eksis
Dia benar-benar salah mengerti.
Selama ada kesalahpengertian, dia tidak bebas.
57.
Seorang yang berpandangan nihilisme akan terlahir di alam rendah,
Dan seseorang yang menganggap adanya keberadaan akan terlahir di alam yang baik.
Melalui pengetahuan yang benar dan tepat
Dia tidak mendua dan bebas.
58.
Jika melalui pengetahuan yang benar dan tepat
[Orang bijak tersebut] tidak menganut pandangan keberadaan [hakiki] dan nihilisme
Dengan demikian [engkau berpikir] mereka berpandangan nihilisme
Lalu mengapa mereka bukan dianggap berpandangan keberadaan [hakiki]?
59.
Jika dengan menyangkal keberadaan [hakiki]
Pandangan nihilisme akan tumbuh dalam dirimereka,
Lalu mengapa dengan menyangkal nihilisme
Pandangan keberadaan [hakiki] tidak tumbuh dalam diri mereka?
60.
Secara implisit mereka tidak berpandangan nihilistik
Dan juga tidak bertindak nihilistik
Dan dikarenakan mengandalkan [jalan pada]
Penggugahan tidaklah nihilistik
Olehsebab itu, bagaimana mereka bisa dianggap penganut nihilisme?
61.
Tanyalah para Samkhya, para pengikut Kanada,Nirgrantha
Dan para pendukung pandangan “sosok” dan skandha,
Apakah mereka menganggap
Apa yang melampaui “adalah” dan “bukan adalah.”
Oleh karena itu, ketahuilah bahwa nektar
Ajaran Buddha dikatakan “bermakna,”
Ajaran luar biasa yang jauh
Melampaui “adalah” dan “bukan adalah.”
63
Bagaimana bisa ada alam,
Bersifat melampaui ketiga masa,
Tidakpergi ketika lenya p, tidak datang,
Dan tidak menetap bahkan untuk sesaat?
64.
Karena tidak ada samsara dan Nirvana
Yang datang, pergi dan menetap
Secara hakiki, lalu apa perbedaan
Di antara keduanya (samsara dan Nirvana)?
65.
Jika karena tidak ada yang menetap,
[Maka] tidak ada yang tercipta dan hilang [secara hakiki]
Kenyataannya bagaimana mungkin ada yang tercipta, menetap dan hilang?
66.
Jika senantiasa berubah-ubah,
Bagaimana segala sesuatu bisa permanen?
Jika tidak berubah-ubah,
Kenyataannya bagaimana segala sesuatu dapat berubah?
Apakah segala sesuatu berubah-ubah
Dikarenakan hilangnya sebagian atau seluruhnya?
Karena itu bukanlah lain satu sama lain
Perubahan ini juga tak bisa diterima.
68.
Jika berubah-ubah, maka seluruhnya menjadi tidak eksis;
Lalu bagaimana bisa disebut tua?
Jika tidakberubah-ubah, yakni konstan,
Lalu bagaimana bisa disebut tua?
69.
Seperti halnya suatu momen mempunyai akhir, begitu juga awal,
Dan juga tengah.
Karena suatu momen mempunyai ketiganya,
Tidak ada momen yang tetap.
70.
Begitu juga awal, tengah, dan akhir
Harus dianalisa seperti suatu momen,
Oleh karena ituawal, tengah, dan akhir
Juga tidak [tercipta] dari sisinya sendiri maupun hal lain.
.
71.
Karena memiliki banyak bagian maka]tidak ada kesatuan,
Tidak adaapa pun tanpa bagian-bagian.
Lebih lanjut, tanpa satu, tiada banyak.
Begitu juga tanpa keberadaan maka tiada ketidakberadaan.
72.
Jika berpikir bahwa dengan hilang atau melalui suatu penawar
Yang ada menjadi tidak ada,
Lalu tanpa adanya keberadaan
Bagaimana bisa hilang atau ada penawar?
73.
Karena itu, kenyataannya tidak ada
Samsara yang hilang melalui Nirvana.
[Ketika] ditanya apakah alam mempunyai akhir
Jina tetap berdiam diri.
74.
Karena beliau tidak mengajarkan ajaran mendalam ini
Kepada makhluk biasa yang belum siap,
Yang Maha Mengetahui dikenal oleh
Para bijaksana sebagai Berpengetahuan Sempurna.
75.
Oleh karena itu, ajaran Kesempurnaan
Diajarkan oleh paraBuddha yang sempurna,
Yang melihat realita, secara mendalam,
Diluar jangkauan pikiran, dan tanpa landasan.
76.
Takut akan ajaran yang tanpa landasan ini,
Menginginkan adanya landasan,
Tidak melampaui keberadaan dan ketidakberadaan,
Makhluk yang tanpa ketajaman pikiran
Menghancurkan diri mereka sendiri.
77.
Takut akan keadaan tanpaketakutan,
Mereka hancur, mereka menghancurkan makhluk lain.
OhRaja, bertindaklah sedemikianrupa
Sehingga mereka yang telah hancur tidak menghancurkanmu.
78.
Oh Raja, agar engkau tidak hancur
Akan saya jelaskandari kitab-kitab ajaran
Cara di luarduniawi, sebagaimana apa adanya
Realita yang tidak mendua.
79
Pengertian bermakna ini bersumber [dari kitabkitab ajaran]
Dan melampaui tindakan bajik maup un tidak bajik
Belum dirasakan oleh mereka yang takut tanpa landasan –
Para Tirthika dan bahkan diri kita sendiri.
80.
“Sosok” bukanlah elemen tanah, air,api, angin, atau ruang,
Bukan kesadaran, dan buka pula kesemuanya.
Lalu apakah “sosok” itu selain hal-hal tersebut?
81.
Seperti halnya “sosok” tidaklah hakiki
Karena merupakan gabungan enam elemen,
Begitu pula masing-masing elemen
Tidak hakiki karena merupakan gabungan.
82.
Skandha bukanlah “saya,” skandha bukan ada dalam “saya,”
“Saya” bukan ada dalam skandha, “saya” bukan lain dari skandha,
“Saya” tidak menyatu dengan skandha seperti halnya api dan bahan bakar.
Oleh karena itu bagaimana “saya” eksis?
83.
Ketiga elemen bukan tanah, bukan ada dalam tanah,
Tanah bukan ada dalam ketiga elemen,
tanah bukan lain dari elemen;
Karena ini berlaku untuk masing-masing elemen,
Elemen-elemen, seperti halnya “saya,” tidaklah sebagaimana yang tampak.
84.
Tanah, air, api, dan angin
Masing-masing juga tidak eksis secara hakiki.
Jika tiga di antaranya tidak ada, maka yang satunya juga tidak ada.
Jika salahs atunya tidak ada, ketiganya juga tidak ada.
85.
Jika ketiganya tidak ada, salah satunya juga tidak ada.
Dan jika salah satunya tidak ada, ketiganya juga tidak ada,
Karena itu, masing-masing elemen tidak ada.
Bagaimana mungkin suatu gabungan tercipta?
86.
Sebaliknya, jik a masing-masing elemen ada,
Mengapa tanpa bahan bakar maka tiada api?
Begitu juga mengapa tidak ada air, angin atau tanah
Jika tidak ada gerakan, kepadatan, atau kekohesifan?
87.
Jika [dijawab bahwa] api sudah dikenal
[tidak eksis tanpa bahan bakartetapi ketiga elemen lainnya eksis secara hakiki],
Bagaimana mungkin ketiga elemen eksis secara hakiki tanpa yang lainnya?
Tidak mungkin ketiganya tidak sejalan dengan kesalingterkaitan.
88.
Bagaimana mungkin sesuatu yang eksis
Masing-masing dari sisinya sendiri– Adalah saling terkait?
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak eksis
masing-masing dari sisinya sendiri – Adalah saling terkait?
89.
Jika memang ketiganya tidak eksis masing masing dari sisinya sendiri,
Tetapi jika ada satu, maka ketiga lainnya ada,
Jika tidak menyatu, ketiganya tidak ada secara bersamaan,
Dan jika menyatu, ketiganya tidak eksis secara masing-masing.
90.
Elemen-elemen tidak eksis masing-masing dari sisinya sendiri,
Lalu bagaimana bisa ada karakteristik masing-masing elemen?
Apa yang tidak eksis masing-masing dari sisinya sendiri, tidak bisa lebih dominan.
Karakteristik elemen-elemen tersebut adalah bersifat konvensional.
91.
Cara [menyanggah] seperti ini juga diterapkan
Pada warna, bebauan, rasa dan objek sentuhan; mata, kesadaran dan wujud;
Kesalahpengertian, karma dan kelahiran;
92.
Sang subjek, objek dan tindakan,
Jumlah, kepemilikan, sebab dan akibat,
Waktu, panjang-pendek, dan sebagainya,
Juga sebutan dan pemilik sebutan.
93.
Tanah, air, api dan angin,
Panjang-pendek, halus-kasar,
Begitu jugakebajikandan sebagainya
Buddha katakan itu berakhir dalam kesadaran [mengenai realita].
94.
Tanah, air, api, dan angin tak dapat dipertahankan
Ketika dihadapkan pada kesadaran Bhagavan
Buddha yang tak terlukiskan , Yang tiada batasnya.
95.
Di sini, panjang dan pendek, halus dan kasar,
Kebajikan dan ketidakbajikan,
Dan juga nama-rupa semuanya berakhir.
96.
Semua yang sebelumnya muncul dalam kesadaran
Dikarenakan tidak mengetahui [kenyataan] tersebut
Akan berakhir kemudian dengan adanya
Kesadaran yang mengetahui [kenyataan] tersebut.
97.
Semua pengalaman keberadaan ini
Terlihat seperti bahan bakar bagi api kesadaran.
Itu dipadamkan melalui nyalanya cahaya prajna.
98.
Apa yang sebelumnya diberi sebutan karena kesalahpengertian
Lalu dianggap sebagai kenyataan.
Ketika sesuatu tak dapat ditemukan,
Bagaimana mungkin ada bukan sesuatu?
99.
Karena wujud hanyalah sebutan, ruang juga hanyalah sebutan.
Tanpaelemen-elemen, bagaimana mungkin ada wujud?
Oleh karena itu, sebutan itu sendiri pun tidak eksis.
100.
Sensasi (vedana), persepsi (samjna), aktivitasmentallainnya (samskara),
Dan kesadaran (vijnana) dianggap bagaikan elemen-elemen dan “saya.”
Oleh karena itu, keenam elemen tidak bersifat hakiki.
Demikianlah akhir dari parivarta pertama UntaianPermata yang Berharga, Petunjuk MengenaiPeningkatanKehidupan danRealisasiKesempurnaan.

Karma JIgme
YOU MIGHT ALSO LIKE
Facebook Page
Popular Posts
Labels Cloud
- avataṃsaka
- Bodhicaryāvatāra
- Bodhisattvacharyāvatāra
- Cittamātra
- dharani
- Dīgha Nikāya
- Dīrghāgama
- esoteris
- jātaka
- Madhyamāgama
- madhyamaka
- Mahāsaṃnipāta
- Majjhima Nikāya
- prajñāpāramitā
- ratnakuta
- ratnavali
- saddharmapuṇḍarīka
- Saṃyuktāgama
- Saṃyutta Nikāya
- sanskrit
- Sutra Lainnya
- Sutra umum
- Sūtrasaṃnipāta
- yogacara
Labels with list
- avataṃsaka
- Bodhicaryāvatāra
- Bodhisattvacharyāvatāra
- Cittamātra
- dharani
- Dīgha Nikāya
- Dīrghāgama
- esoteris
- jātaka
- Madhyamāgama
- madhyamaka
- Mahāsaṃnipāta
- Majjhima Nikāya
- prajñāpāramitā
- ratnakuta
- ratnavali
- saddharmapuṇḍarīka
- Saṃyuktāgama
- Saṃyutta Nikāya
- sanskrit
- Sutra Lainnya
- Sutra umum
- Sūtrasaṃnipāta
- yogacara
- Home
- Nikāya
- _Dīgha Nikāya
- _Majjhima Nikāya
- _Samyutta Nikāya
- _Anguttara Nikāya,
- Āgama
- _Dīrghāgama [ T 1]
- _Dīrghāgama [T 2 - T 25]
- _Madhyamāgama [ T26]
- _Madhyamāgama [T 27- T 98]
- _Saṃyuktāgama [T 99]
- _Saṃyuktāgama [T 100]
- _Saṃyuktāgama [T 101]
- _Saṃyuktāgama [T102-T124]
- _Ekottarāgama [T 125]
- _Ekottarāgama [T 126 - T 151]
- Taisho [ vol 3 - 31 ]
- _Jātaka [本緣部]
- _Prajñāpāramitā [般若部]
- _Saddharmapuṇḍarīka [法華部]
- _avamtasaka [華嚴部]
- _Ratnakūṭa [ 寶積部]
- _Nirvāṇa [涅槃部]
- _Mahāsaṃnipāta [大集部]
- _Sūtrasaṃnipāta [經集部]
- _Tantra [密教部]
- _Vinaya [ 律部]
- _Sūtravyākaraṇa[釋經論部]
- _Abhidharma [毘曇部]
- _Mādhyamaka [中觀部]
- _Yogācāra [瑜伽部]
- Taisho [ vol 32 - 55]
- _Śāstra [論集部]
- _Sūtravyākaraṇa [經疏部]
- _Vinayavibhāṣa [律疏部]
- _Śāstravibhāṣa [論疏部]
- _Sarvasamaya [諸宗部]
- _biografi [史傳部]
- _ensiklopedia [事彙部]
- _katalog [目錄部]
- kangyur [ བཀའ་འགྱུར། ]
- _vinaya [ འདུལ་བ། ]
- _sutra [མདོ། ]
- __prajnaparamita [ཤེར་ཕྱིན། ]
- __13 sutra akhir [གསར་འགྱུར། ]
- __ratnakuta [ དཀོན་བརྩེགས། ]
- __buddhavamtasaka [ ཕལ་ཆེན། ]
- __sutra umum [ མདོ་སྡེ། ]
- _tantra [ རྒྱུད། ]
- __tantra [ རྒྱུད་འབུམ། ]
- __pratantra [ རྙིང་རྒྱུད། ]
- __kalacakra [དུས་འཁོར་འགྲེལ་བཤད། ]
- _dharani [ གཟུངས། ]
- __dharani [ གཟུངས་འདུས། ]
- __pranidhana [ བསྔོ་སྨོན། ]
- Tengyur [བསྟན་འགྱུར། ]
- _Stava [བསྟོད་ཚོགས། ]
- _tantra [ རྒྱུད། ]
- _Abhidharma [ མངོན་པ། ]
- _vinaya [འདུལ་བ། ]
- _Jataka [སྐྱེས་རབས། ]
- _Lekha [ སྤྲིང་ཡིག ]
- _pramana [ ཚད་མ། ]
- _Atisa [ ཇོ་བོའི་ཆོས་ཆུང། ]
- _komentar sutra
- __prajnaparamita [ཤེས་ཕྱིན། ]
- __madyamaka [ དབུ་མ། ]
- __sutantra [ མདོ་འགྲེལ། ]
- __cittamatra [ སེམས་ཙམ། ]
- _medical
- Lainnya
- _deity
- _meditasi
- __bhavana krama
- __yogavacana
- __vimutti magga
- __visuddhi magga
- _ebook
- __inggris
- __indonesia
Blog Archive
-
▼
2017
(489)
-
▼
June
(48)
- ratnavali [ [parivarta ketiga ]
- Ratnavali [ parivarta kedua]
- Ratnavali [ parivarta pertama ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke sepuluh ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta kesembilan ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke delapan ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ketujuh ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke enam ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke lima ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke empat ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ketiga ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta kedua ]
- Bodhisattvacharyāvatāra [parivarta pertama ]
- Vajra-cchedikā Nāma Triśatikā Prajñāpāramitā Mahāy...
- DN 34 - Dasuttara Sutta - Memperluas Kelompok Sepuluh
- DN 33 - Sangīti Sutta [ Mengulang Bersama ]
- DN 32 - Āṭānāṭiya Sutta [Syair-syair Perlindunga...
- DN 31 - Sigālaka Sutta [ Kepada Sigālaka]
- DN 30 - Lakkhaṇa Sutta [Tanda-tanda Manusia LuarB...
- DN 29 - Pāsādika Sutta [ Khotbah yang Menggembirak...
- DN 28 - Sampasādanīya Sutta [Keyakinan Tenang ]
- DN 27- Aggañña Sutta [ Tentang Pengetahuan tentan...
- DN 26 - Cakkavatti-Sīhanāda Sutta [ Auman Singa t...
- DN 25 - Udumbarika-Sīhanāda Sutta [Auman Singa ke...
- DN 24 - Pāṭika Sutta [ Tentang Pāṭikaputta ]
- DN 23 - Pāyāsi Sutta [Tentang Pāyāsi ]
- DN 22 - Mahāsatipaṭṭhana Sutta [Khotbah Panjang Te...
- DN 21 - Sakkapañha Sutta [ Pertanyaan Sakka ]
- DN 20 - Mahāsamaya Sutta [ Pertemuan Agung ]
- DN 19 - Mahāgovinda Sutta [Pelayan Mulia]
- DN 18 - Janavasabha Sutta [Tentang Janavasabha]
- DN 17 - Mahāsudassana Sutta [Kemegahan Agung ]
- DN 16 - Mahāparinibbāna Sutta [Wafat Agung]
- DN 15 - Mahānidāna Sutta [Khotbah Panjang Tentang...
- DN 14 - Mahāpadāna Sutta [ Khotbah Panjang Tentang...
- DN 13 - Tevijja Sutta [ Tiga Pengetahuan ]
- DN 12 - Lohicca Sutta [ Tentang Lohicca ]
- DN 11 - Kevaddha Sutta [Tentang Kevaddha ]
- DN 10 - Subha Sutta [Tentang Subha ]
- DN 9 - Poṭṭhapāda Sutta [ Tentang Poṭṭhapāda ]
- DN 8 - Mahāsīhanāda Sutta [Khotbah Panjang Auman ...
- DN 7 - Jāliya Sutta [Tentang Jāliya]
- DN 6 - Mahāli Sutta [Tentang Mahāli]
- DN 5 - Kūṭadanta Sutta [Tentang Kūṭadanta ]
- DN 4 - Soṇadaṇḍa Sutta [ Tentang Soṇadaṇḍa ]
- DN 3- Ambaṭṭha Sutta [Tentang Ambaṭṭha]
- DN 2 - Sāmaññaphala [ Buah Kehidupan Tanpa Rumah ]
- DN1 - Brahmajāla sutta [ Jaring Tertinggi ]
-
▼
June
(48)