Pages

T 559- 佛說老女人經 [ ārya-mahālalikā-paripṛcchā-nāma-mahāyāna-sūtra]

[0911c25]  Demikianlah yang telah kudengar. 

[0911c25] Pada suatu waktu,  Bhagavā sedang melakukan perjalanan ke kota  Vaiśālī, berdiam di salah satu tempat dari tanah Vṛji ini, bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari delapan ratus bhiksu dan sepuluh ribu bodhisattva mahāsattva.

Pada saat itu ,  seorang wanita tua melihatnya,  mendekati Bhagavā, memberikan penhormatan dengan menyentuhkan kepalanya di kaki Bhagavā, merangkupkan kedua telapak tangan , menghadap Bhagavā dan berkata demikian, Bhagavā, saya ingin mengajukan pertanyaan.

[0911c28] Bhagavā menjawab, Sādhu, silahkan ajukan pertanyaan.

[0911c28]  Wanita tua itu bertanya demikian,  Dari mana, Bhagavā, kelahiran itu datang,  kemana kelahiran akan pergi ? Dari mana usia tua itu datang , kemana usia tua akan pergi ? Dari mana  sakit itu datang , kemana sakit akan pergi ? Dari mana kematian itu datang, kemana kematian akan pergi ? . Dari mana bentuk [rūpa], sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā],  faktor pengkondisi [saṃskāra] dan kesadaran [vijñāna]  itu datang, kemana mereka akan pergi ?  Dari mana organ indriya mata, hidung, telinga, jasmani ,  kesadaran diskriminatif  [manas] itu datang, kemana mereka akan pergi ?. Dari mana elemen tanah,   elemen api, elemen  air , elemen angin, elemen ruang itu datang , kemana mereka akan pergi ? , 

[0912a04]  Bhagavā menjawab, Sādhu, pertanyaan yang sangat tajam, kelahiran tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga.  Usia tua tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga. Sakit tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga. Kematian tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga. Bentuk [rūpa] , sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā],  faktor pengkondisi [saṃskāra] dan kesadaran [vijñāna] tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga. Organ indriya mata, hidung, telinga, lidah, jasmani ,  pikiran diskriminatif  [manas] tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga. elemen tanah,   elemen api, elemen  air, elemen angin, elemen ruang tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga.  Semua fenomena juga akan demikian.

[0912a11]   Hal ini dapat dipahami dengan menggunakan analogi sebagai berikut ini,  api akan muncul dari kekuatan penggabungan  dan kesalingtergantungan antara sebatang kayu sebagai tongkat untuk  menggosok, sebatang kayu yang digosok  dan  usaha seseorang untuk menghasilkannya. Api ini akan padam,  setelah kayu  terbakar habis karena tidak ada kekuatan dari penggabungan dan  kesaling tergantungan penyebab ini 

[0912a11] Bhagavā  bertanya kepada wanita tua tersebut demikian,  Dari mana api ini datang , kemana api ini akan pergi ?

[0912a12] Wanita tua itu menjawab demikian, Bhagavā, api itu akan muncul jika ada   kekuatan dari  penggabungan dan kesaling tergantungan dengan penyebab ini, api itu akan padam jika  sudah tidak  ada kekuatan dari penggabungan dan  kesaling tergantungan dengan penyebab ini.

[0912a13] Bhagavā berkata demikian,  semua fenomena juga akan demikian, jika ada kekuatan dari penggabungan dan  kesaling tergantungan dengan penyebab ini maka fenomena itu akan muncul , jika sudah tidak ada kekuatan dari penggabungan dan kesaling tergantungan dengan penyebab ini maka maka fenomena itu akan berhenti  Oleh sebab itu, fenomena tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga.

Ini adalah sebagai berikut, [untuk mata dengan bentuk], kesadaran mata muncul karena adanya kekuatan dari penggabungan  dan kesaling tergantungan  dengan  mata dan bentuk, namun demikian , kesadaran mata ini  tidak muncul maupun berhenti, kesadaran mata tidak memiliki penghasil, atau apapun yang membuatnya berhenti, juga tidak ada tempat yang menggabungkannya sama sekali. 
 Oleh sebab itu, agregat tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga.  Karena kesadaran mata dan  karena aktivitas yang termanifestasi ini maka ketiga  rentang waktu dalam ranah eksistensi ini dan ketiga hasil ini , dipersepsi sebagai realitas, tetapi hasil ini kosong,. tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga, tidak ada sesuatupun yang memunculkannya, tidak ada sesuatupun yang menghentikannya. Semua fenomena berhenti  karena demikian apa adanya.

Demikian juga untuk telinga dengan suara,  hidung dengan bau , lidah dengan rasa,  jasmani dengan sentuhan, juga akan berlaku sama dengan diatas,  

Untuk pikiran diskriminatif dengan fenomena,  pada saat pikiran diskriminatif terhubung [kontak] dengan fenomena maka kesadaran dari pikiran diskriminatif ini akan muncul. Kesadaran dari pikiran diskriminatif muncul karena adanya kekuatan dari penggabungan  dan kesaling tergantungan  dengan  pikiran diskriminatif dan  fenomena, namun demikian , kesadaran dari pikiran diskriminatif ini  tidak muncul maupun berhenti, kesadaran dari pikiran diskriminatif tidak memiliki penghasil, atau apapun yang membuatnya berhenti, juga tidak ada tempat yang menggabungkannya sama sekali. 

Oleh sebab itu, agregat tidak datang dari manapun,  tidak  pergi kemanapun juga.  Karena kesadaran dari pikiran diskriminatif dan  karena aktivitas yang termanifestasi ini maka ketiga  rentang waktu dalam ranah eksistensi ini dan ketiga hasil ini , dipersepsi sebagai realitas, tetapi hasil ini kosong,. tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga, tidak ada sesuatupun yang muncul melalui kekuatannya sendiri, tidak ada sesuatu yang berhenti melalui kekuatannya sendiri. Semua fenomena muncul dan berhenti  karena demikian apa adanya.

Hal ini dapat dipahami dengan menggunakan analogi sebagai berikut ini , suara dari genderang akan muncul dari kekuatan penggabungan  dan  kesalingtergantungan antara  kulit genderang , tubuh genderang, alat pemukul  dan usaha seseorang untuk memukulnya, suara dari genderang pada saat ini adalah kosong, suara dari genderang yang akan datang adalah kosong, suara dari genderang yang telah berlalu adalah kosong. Suara ini bukan muncul dari kulit genderang,  bukan muncul dari tubuh genderang, bukan muncul dari alat pemukul , bukan muncul dari usaha seseorang untuk memukulnya. Yang disebut sebagai suara disini adalah hasil dari [kekuatan penggabungan dan kesalingtergantungan antara] penyebab ini, tidak ada sesuatupun yang muncul melalui kekuatannya sendiri, tidak ada sesuatu yang berhenti melalui kekuatannya sendiri. Semua fenomena ini muncul dan  berhenti  karena demikian apa adanya.

Demikian juga, semua fenomena ini muncul hanya semata- mata tergantung pada penyebab dan kondisi, makhluk  hidup juga muncul karena dikondisikan oleh penyebab dari ketidaktahuan, kegiuran, aktivitas [ ucapan , perbuatan , pikiran] dan kesadaran.  Pada saat semua fenomena diatas itu hadir, maka istilah kematian dan kelahiran itu digunakan sebagai pernyataan verbal, tetapi apapun yang  digunakan sebagai pernyataan verbal juga kosong, tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga, tidak ada sesuatupun yang muncul melalui kekuatannya sendiri, tidak ada sesuatu yang berhenti melalui kekuatannya sendiri. Semua fenomena ini muncul dan  berhenti  karena demikian apa adanya. 

Dengan cara demikian, siapapun yang telah memahami intrinsitik dari suara genderang ini dengan baik akan memahami kekosongan dengan baik. siapapun yang telah memahami kekosongan dengan baik, akan memahami nirvāṇa dengan baik. siapapun yang telah memahami nirvāṇa dengan baik, tidak akan mengenggam erat pada entitas apapun, walaupun mereka masih menggunakan pernyataan verbal untuk menunjukan hal konvensional dengan beragam istilah  sebagai berikut : ini adalah milikku, ini adalah saya, kepada individual, siapapun atau apapun yang telah dilahirkan,  kepada makhluk hidup,  kepada manusia ataupun para putra dari Manu [manuja], kepada pelaku ataupun sesuatu yang menyebabkan perbuatan,  kepada siapapun yang menerima ataupun sesuatu yang diterima, ataupun kepada siapaun yang menghilangkan ataupun sesuatu yang hilang  ataupun  kepada dia yang telah menyebabkan fenomena ini teramati,  kepada dia yang telah menyebabkan fenomena ini teramati dengan sempurna , kepada dia yang menyebabkan realitas demikian apa adanya ini terpahami,  kepada dia yang menyebabkan realitas demikian apa adanya ini terpahami dengan sempurna.

Hal ini dapat dipahami dengan menggunakan analogi sebagai berikut ini , kumpulan awan itu muncul karena kekuatan dari nāga dan pada saat jalinan awan  tersebut telah menyeliputi daratan, akan menurunkan hujan yang deras, daratan akan lembab dengan merata. Walaupun daratan  telah lembab dengan merata, tetapi bukan muncul dari jasmani para naga, bukan muncul dari  pikiran para naga `ataupun muncul melalui kekuatan dari nāga itu sendiri, melainkan karena adanya penyebab dan kondisi sehingga  para nāga ini mampu menurunkan hujan. Semua fenomena ini tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga, tidak ada sesuatupun yang muncul melalui kekuatannya sendiri, tidak ada sesuatu yang berhenti melalui kekuatannya sendiri. Semua fenomena ini muncul dan  berhenti  karena demikian apa adanya. 

Hal ini dapat dipahami dengan menggunakan analogi lain sebagai berikut ini , seorang ahli lukis ataupun seseorang yang sedang belajar melukis,menyebarkan beragam cat pada  kain kanvas yang bersih , ataupun pada sepotong kayu yang datar , ataupun pada permukaan dinding yang telah dibersihkan. Dia akan dengan mudah melukis bentuk apapun yang diinginkan, seperti bentuk fisik yang berkarakteristik lelaki,  bentuk fisik yang berkarakteristik  perempuan,  bentuk fisik yang berkarakteristik gajah,  bentuk fisik yang berkarakteristik  kuda ataupun bentuk fisik yang berkarakteristik  kedelai, dengan semua anggota jasmani yang lengkap , dengan semua indriya yang lengkap. Walaupun terlihat seperti dia benar benar telah menghasikan ini,  tetapi dalam lukisan tersebut, tidak ada fenomena apapun yang muncul dari tangan ataupun pikiran dari pelukis tersebut, melainkan karena [kekuatan penggabungan dan kesalingtergantungan antara] penyebab ini maka ada sesuatu dengan istilah  lukisan  yang digunakan sebagai pernyataan verbal, tetapi  bentuk ataupun lukisan yang  digunakan sebagai pernyataan verbal juga kosong, tidak datang dari manapun,  tidak pergi kemanapun juga,   tidak ada sesuatupun yang muncul melalui kekuatannya sendiri, tidak ada sesuatu yang berhenti melalui kekuatannya sendiri. Semua fenomena ini muncul dan  berhenti  karena demikian apa adanya.

Demikian juga, dengan menggunakan kembali analogi diatas, pada saat ada faktor pengkondisi  dari kualitas kebajikan yang telah terakumulasi, atau  dapat dikatakan bahwa, walaupun kualitas kebajikan akan menghasilkan kelahiran kembali sebagai para deva ataupun memperoleh jasmani  manusia, dalam hal ini , tidak ada satu bagian  partikel terkecil apapun yang dipindahkan dari satu ranah eksistensi ke ranah eksistensi berikutnya. Namun demikian, karena disebabkan oleh faktor pengkondisi ini maka akan ada beragam kelahiran kembali  dan direpresentasikan sebagai jasmani fisik dengan landasan kognisi.

[0912a28]  Setelah wanita tua itu mendengarkan ini , dipenuhi oleh suka cita mendalam dan berkata demikian,  karena welas kasih maka Bhagavā telah menguraikan ajaran realitas yang halus dan mendalam ini. Saya telah mengamati dengan mendalam ajaran realitas ini dan memperoleh mata ajaran realitas [dharmacaksus]. Pikiran saya sudah tidak  mendua dan tidak ragu lagi. Bhagavā , sebelum mendengar ajaran realitas ini , saya masih ragu dan selalu berpikir bahwa sekarang saya telah tua, jasmani saya telah lemah ,  mengalami penderitaan.  Saya tanpa pelindung, tidak memiliki kehidupan dan  masih belum mati juga.  Kemudian, Bhagavā, setelah mendengarkan ajaran realitas ini , saya memahami bahwa tidak ada  usia tua, tidak ada kemiskinan, tidak ada kebahagiaan, tidak ada sakit ataupun siapapun yang pernah sakit, kaya ataupun miskin sama sekali. Dengan demikian saya terbebaskan dari konsep mengenai diri.

[0912b01] Kemudian Ānanda  berlutut  dengan  lutut kaki kanan menyentuh tanah , bertanya kepada Bhagavā demikian, mengapa,   Bhagavā , menguraikan ajaran realitas yang halus dan mendalam ini ? mengapa  wanita tua mampu mengamati dengan mendalam, juga dihiasi dengan pengetahuan dan kebijaksanaan yang mendalam sehingga mampu memahami langsung pada saat  Bhagavā menguraikannya ? apakah karena wanita tua ini telah mengakumulasi kualitas kebajikan, terpelajar dan  pada dasarnya sudah sangat bijaksana.

[0912b02] Bhagavā berkata kepada Ānanda demikian,  Memang demikian, Ānanda, seperti yang telah anda katakan tadi, wanita tua ini memang telah sempurna dalam kualitas kebajikan dan kebijaksanaan, Ānanda , wanita  tua ini adalah ibu saya pada kehidupan yang lampau, pada saat saya membangkitkan kesadaran penggugahan dan melatih diri melalui jalan dari para bodhisattva.  


[0912b04] Kemudian Ānanda  bertanya kepada Bhagavā demikian, jika wanita tua ini adalah ibu Bhagavā di masa lampau, mengapa  dalam kehidupan sekarang ini sangat miskin dan mengalami penderitaan ? 

[0912b05]  Bhagavā menjawab  demikian, pada masa lampau, pada masa Tathāgata Krakucchanda, saya ingin ditasbihkan menjadi sramana , tetapi ibu sangat menyayangi saya, tidak mengizinkan saya untuk meninggalkan kehidupan berumah tangga. Saya menjadi sangat khawatir, tidak makan sehari penuh.  disebabkan oleh ini , selama lima ratus  kelahiran kembali yang akan datang, wanita tua ini  hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, dalam kehidupan ini, dia akan terlahir kembali dalam buddhaksetra dari Amitabha, menghormati dan memberikan persembahan kepada para Buddha hingga pada enam puluh delapan kalpa yang akan datang,  dia akan muncul sebagai Buddha dengan nama Tathāgata  Bodhyaṅga dengan buddhakestra yang bernama  Puṣpakara. Pada saat itu, semua makhluk hidup akan terlahir dengan sempurna, dengan kekayaan, makanan dan minimum yang berlimpah dan kesenangan seperti para deva Trayatimsa. Rentang waktu kehidupan para makhluk hidup yang berdiam dalam buddhakestra akan mencapai satu kalpa.

[0912b11] Setelah Bhagavā selesai menguraikan ajaran realitas ini , wanita tua,  Ānanda, para bodhisattva dan bhiksu beserta dengan para deva,naga, manusia, asura diliputi oleh suka cita mendalam,  beraspirasi untuk melatih diri dengan baik melalui aktivitas dari para Buddha,dan kemudian mengundurkan diri.



Karma JIgme

Instagram