Pages

Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke delapan ]

PARIVARTA KE DELAPAN
Dhyana Paramita


1.
Setelah mengembangkan virya paramita dengan cara ini,
Saya akan menempatkan citta saya
dalam keadaan samadhi;
Bagi mereka yang pikirannya berkelana
Ia berada di antara taring-taring klesha.

2.
Namun, dengan membatasi input-input sensoris dari tubuh dan citta
Gangguan-gangguan tak akan muncul;
Oleh karena itu, saya akan meninggalkan pemikiran duniawi,
Dan sepenuhnya menghilangkan konsepsi-konsepsi keliru.

3.
Pemikiran duniawi tidak ditinggalkan,
Karena keterikatan (pada orang-orang),
Dan karena mencengkeram pada kepemilikan materi dan sebagainya;
Oleh karena itu saya akan sepenuhnya meninggalkan hal-hal ini.
Karena inilah cara bertindak para bijaksana.

4.
Setelah memahami bahwa klesha-klesha hanya bisa diatasi sepenuhnya
Dengan memadukan vipashyana dan shamatha,
Pertama-tama, saya akan mengembangkan shamatha.
Yang dicapai melalui kebahagiaan sejati oleh mereka yang tak terikat pada pemikiran duniawi.

5.
Karena keterikatan yang dimiliki makhluk samsara
Terhadap makhluk-makhluk samsara lainnya,
Mereka tak akan bertemu lagi dengan orang-orang yang mereka cintai
Selama ribuan kehidupan.

6.
Karena melihat mereka, saya tidak bahagia
Dan citta saya tak dapat bersemayam dalam samahita;
Bahkan bila saya bertemu mereka, tidak ada kepuasan
Dan seperti sebelumnya, saya tersiksa keterikatan.

7.
Karena terikat pada para makhluk,
Saya sepenuhnya terhalang dari realita sesungguhnya,
Rasa jera saya terhadap samsara akan sirna
Dan pada akhirnya, saya tersiksa oleh penderitaan.

8.
Dengan hanya memikirkan mereka,
Hidup ini akan berlalu tanpa makna apapun.
Dan dengan teman-teman dan sanak saudara yang bersifat berubah-ubah
Saya akan kehilangan Dharma yang menghantarkan pada (pembebasan) permanen.

9.
Jika saya bersikap dengan cara yang kekanak-kanakan,
Pasti saya akan menuju alam-alam rendah,
Dan jika saya dibimbing oleh mereka yang tak sebanding (dengan para Arya),
Apalah gunanya mempercayakan diri pada mereka yang kekanak-kanakan?

10.
Satu saat mereka adalah teman,
Dan di saat berikutnya mereka menjadi musuh.
Karena mereka menjadi marah bahkan dalam suasana gembira,
Sungguh sulit menyenangkan orang-orang biasa.

11.
Mereka marah ketika sesuatu yang bermanfaat diucapkan,
Dan mereka juga menjauhkan saya dari sesuatu yang bermanfaat.
Jika saya tak mendengarkan apa yang mereka katakan,
Mereka menjadi marah dan karena itu terlahir di alam-alam rendah.

12.
Mereka iri pada orang yang lebih unggul, bersaing dengan yang setara,
Angkuh terhadap yang lebih rendah, sombong ketika dipuji,
Dan jika sesuatu yang tak menyenangkan diucapkan, mereka menjadi marah.
Tak pernah ada manfaat yang diperoleh dari mereka yang kekanak-kanakan.

13.
Bergaul dengan mereka yang kekanak-kanakan,
Pasti akan menimbulkan ketidakbajikan,
Seperti memuji diri sendiri, meremehkan makhluk lain
Dan membicarakan kesenangan-kesenangan samsara.

14.
Mendedikasikan diri saya pada mereka dengan cara ini
Hanya akan membawa kemalangan,
Karena mereka tak membawa manfaat pada saya,
Dan saya tak memberi manfaat pada mereka.

15.
Saya harus menjauhkan diri dari mereka yang kekanak-kanakan.
Namun ketika bertemu mereka, saya akan menyenangkan mereka dengan sikap gembira.
Saya akan bersikap baik, sewajarnya,
Namun tidak menjadi terlalu akrab.

16.
Dengan cara yang sama seperti seekor lebah mengambil madu dari sekuntum bunga,
Saya hanya akan mengambil (apa yang dibutuhkan) untuk praktik Dharma,
Namun tetap menjaga jarak,
Seolah-olah tak pernah bertemu mereka sebelumnya.

17.
“Saya mempunyai banyak kekayaan materi dan kehormatan,
Dan banyak orang menyukai saya.”
Jika saya mempertahankan sikap mementingkan diri sendiri seperti ini
Saya akan mengalami ketakutan hebat saat kematian.

18.
Jadi, engkau, citta yang sepenuhnya bingung,
Dengan mengumpulkan objek-objek keterikatan,
Engkau akan mengalami penderitaan
Seribu kali lipat.

19.
Karena itu, para bijaksana seharusnya tidak terikat,
(Karena) keterikatan menyebabkan ketakutan.
Dengan citta kokoh, ketahuilah secara seksama
Bahwa objek-objek akan ditinggalkan pada saat kematian:

20.
Meskipun saya memiliki banyak kekayaan materi,
Terkenal dan mempunyai reputasi,
Popularitas dan ketenaran apapun yang telah saya kumpulkan
Tak mempunyai daya untuk menemani saya (setelah kematian).

21.
Jika ada orang yang membenci saya,
Buat apa bersenang hati ketika dipuji?
Jika ada orang yang memuji saya,
Buat apa bersusah hati ketika dibenci?

22.
Jika bahkan Jina tak dapat menyenangkan
Berbagai kecenderungan para makhluk yang berbeda-beda
Lalu apalagi saya yang masih memiliki pikiran-pikiran negatif?
Oleh karena itu, harus saya tinggalkan (tidak berhubungan dengan) mereka yg masih diliputi
pemikiran duniawi.

23.
Mereka menghina orang-orang yang tak memiliki kepemilikan materi
Dan mengkritik mereka yang kaya;
Bagaimana mungkin mereka mendapatkan kesenangan (dari saya),
Jika mereka begitu sukar bersahabat?

24.
Telah dikatakan para Tathagata
Bahwa seseorang seharusnya tak berteman dengan mereka yang kekanak-kanakan
Karena anak-anak ini tak pernah bahagia,
Kecuali mendapatkan apa yang mereka inginkan.

25.
Kapankah saya akan bersemayam di hutan
Di antara rusa-rusa, burung-burung dan pepohonan,
Yang tak membicarakan apapun yang
tidak menyenangkan,
Dan menyenangkan untuk hidup bersama?

26.
Berdiam di gua-gua,
Di tempat yang sunyi dan di kaki pepohonan,
Tidak mengingat masa lampau –
Mengembangkan ketidakterikatan.

27.
Kapankah saya datang untuk berdiam
Di tempat-tempat yang tak dicengkeram sebagai “milik saya,”
Yang luas dan terbuka,
Dan dimana saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan, tanpa keterikatan?

28.
Kapankah saya akan menjalani hidup tanpa ketakutan,
Hanya memiliki sebuah patta dan sedikit benda tambahan,
Mengenakan pakaian yang tak diinginkan siapapun,
Dan bahkan tak perlu menyembunyikan tubuh ini?

29.
Setelah pergi ke tempat pembuangan mayat,
Kapankah saya akan memahami
Bahwa tubuh saya ini dan tulang-belulang makhluk lain
Sama-sama mengalami pembusukan?

30.
Tubuh saya ini
Juga akan menjadi (busuk) seperti itu,
Dan karena baunya
Bahkan rubah-rubah pun tak akan mendekatinya.

31.
Meskipun tubuh ini muncul sebagai satu kesatuan,
Tulang-belulang dan daging yang terangkai
Akan hancur dan tercerai-berai.
Apalagi sahabat dan makhluk lainnya?

32.
Saat lahir, saya terlahir sendirian,
Dan saat meninggal, saya juga akan meninggal sendirian;
Karena rasa sakit ini tak dapat dibagi dengan orang lain,
Apalah gunanya menjalin persahabatan yang menjadi rintangan?

33.
Sebagaimana halnya para pengelana di jalan
(Meninggalkan satu tempat) dan menuju (tempat lainnya),
Demikian pula, mereka yang berkelana dalam samsara
(Meninggalkan) satu kelahiran dan menuju kelahiran (berikutnya).

34.
Biarlah saya tetap tinggal di hutan
Hingga tiba waktunya tubuh ini
Diangkat oleh empat orang pemikul peti jenazah
Sementara sanak-saudara yang masih diliputi pemikiran duniawi, (berdiri mengelilingi) berdukacita.

35.
Tidak berteman dengan siapapun dan tidak bermusuhan dengan siapapun,
Tubuh saya akan bersemayam dalam kesendirian.
Jika saya sudah dianggap seperti orang mati,
Tak akan ada yang berduka saat saya meninggal.

36.
Dan karena tiada siapapun di sekeliling
Yang akan mengganggu saya dengan ratapan mereka,
Dengan demikian, tiada siapapun yang akan mengganggu
Praktik saya tentang Buddha-anusmrti (smrti tentang Buddha).

37.
Karena itu, saya akan tinggal sendirian,
Bahagia dan puas dengan sedikit kebutuhan,
Di hutan-hutan yang sangat indah dan menyenangkan,
Menaklukkan segala gangguan.

38.
Setelah melepaskan semua keinginan lain,
Dengan dimotivasi hanya oleh satu tekad,
Saya akan berjuang menyemayamkan citta dalam samahita (melalui shamatha),
Dan menaklukkannya (dengan vipashyana).

39.
Baik kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya,
Keinginan-keinginan negatif menimbulkan malapetaka:
Dalam hidup ini keinginan negatif menyebabkan pembunuhan, perbudakan dan penikaman,
Dan di kehidupan mendatang, keinginan negatif menyebabkan kelahiran di alam-alam rendah.

40.
Demi (para wanita), banyak permohonan
Pertama-tama dibuat melalui perantara,
Segala bentuk tindakan negatif dan bahkan reputasi buruk
Tak dihiraukan demi mereka.

41.
Demi mereka, saya melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan,
Dan bahkan menghabiskan kekayaan saya.
Namun (tubuh mereka),
Yang sangat saya nikmati dalam hubungan seksual

42.
Tak lain adalah tulang-belulang,
Tak berdiri sendiri dan tanpa identitas.
Daripada begitu bernafsu dan sepenuhnya terobsesi,
(Sebaliknya) mengapa saya tak mengupayakan pencapaian Nirvana?

43.
Pertama-tama, saya berusaha membuka penutup wajahnya,
Dan saat dibuka, ia dengan malu-malu menatap ke bawah.
Padahal sebelumnya, baik dilihat orang maupun tidak,
Wajah tersebut ditutupi dengan kain kafan.

44.
Namun sekarang, mengapa saya melarikan diri
Saat melihat apa adanya
Wajah yang sebelumnya membuat saya bergejolak,
Yang sekarang sedang dilahap oleh burung-burung nasar?

45.
(Sebelumnya) saya sangat melindungi (tubuhnya)
Saat orang lain memandangnya.
Mengapa, orang kikir, engkau tidak melindunginya sekarang,
Selagi dilahap oleh burung-burung ini?

46.
Melihat onggokan daging ini,
Yang sedang dilahap oleh burung-burung nasar dan sebagainya,
Mengapa saya mempersembahkan karangan bunga, kayu cendana dan perhiasan-perhiasan
Kepadanya yang kini menjadi makanan bagi makhluk lain?

47.
Jika saya takut pada tulang-belulang yang saya lihat,
Meskipun itu tidak bergerak,
Mengapa saya tidak takut pada mayat-mayat berjalan
Yang bergerak karena beberapa denyutan?

48.
Meskipun saya terikat pada tubuh tersebut saat terbungkus (dengan kulit),
Mengapa saya tidak menginginkannya ketika tak lagi terbungkus dengan kulit?
Karena sekarang saya tidak membutuhkannya,
Mengapa bersetubuh dengan tubuh saat terbungkus kulit?

49.
Karena baik kotoran maupun air liur
Berasal dari makanan semata,
Mengapa saya tak menyukai kotoran,
Tetapi menikmati air liur?

50.
Kapas juga lembut ketika disentuh,
Tetapi saya tak mendapatkan kesenangan (seksual) pada bantal,
Saya menganggap bahwa “Tubuh wanita tidak mengeluarkan bau busuk,”
Wahai yang penuh birahi, engkau kebingungan tentang apa yang tidak bersih!

51.
Orang-orang yang kebingungan, negatif dan penuh birahi,
Berpikir, “Tidaklah mungkin bersetubuh dengan kapas ini,
Meskipun lembut bila disentuh,”
Mereka malah menjadi marah terhadapnya.

52.
Jika saya tak terikat pada apa yang tidak bersih,
Lalu mengapa saya bersetubuh dengan bagian bawah tubuh orang lain,
Yang hanyalah rongga tulang yang terangkai bersama otot,
Dan dilapisi dengan onggokan daging?

53.
Tubuh saya sendiri mengandung berbagai kotoran
Yang saya harus alami terus-menerus;
Lalu mengapa, karena terobsesi pada ketidakbersihan,
Saya menginginkan kantong-kantong kotoran lain lagi?

54.
Seandainya engkau berpikir “Tetapi dagingnyalah yang saya nikmati,”
Jika ini yang ingin saya sentuh dan tatap,
Mengapa saya tak menginginkannya dalam keadaan apa adanya,
Saat tanpa kesadaran (citta)?

55.
Lagi pula, apapun yang saya inginkan
Tak dapat disentuh atau ditatap,
Dan apapun yang dapat saya sentuh bukanlah bersifat mental;
Lalu mengapa melakukan persetubuhan yang tak berarti ini?

56.
Tak begitu aneh jika saya tak memahami
Bahwa tubuh makhluk-makhluk lain memiliki sifat tidak bersih,
Namun sungguh aneh jika saya tak memahami
Bahwa tubuh saya sendiri memiliki sifat tidak bersih.

57.
Setelah meninggalkan bunga teratai muda
Yang mekar karena cahaya mentari yang bebas dari awan,
Mengapa, dengan pikiran mencengkeram pada apa yang tidak bersih,
Saya terobsesi dengan rongga tulang yang penuh kotoran?

58.
Karena saya tak ingin menyentuh
Tempat yang dilumuri kotoran,
Lalu mengapa saya ingin menyentuh tubuh
Di mana tempat (kotoran) itu berasal?

59.
Jika saya tak terikat pada sesuatu yang tidak bersih,
Mengapa saya bersetubuh dengan bagian bawah tubuh orang lain,
Yang muncul dari tempat tidak bersih (rahim)
Dan yang tumbuh di dalamnya?

60.
Saya tak menginginkan belatung kecil yang kotor
Yang keluar dari tumpukan kotoran,
Lalu mengapa saya menginginkan tubuh ini, yang bersifat tidak bersih,
Yang juga dihasilkan dari kotoran?

61.
Bukan hanya saya tak merasa jijik
Atas ketidakbersihan tubuh saya sendiri,
Tetapi, karena terobsesi pada sesuatu yang tidak bersih,
Saya menginginkan kantong-kantong kotoran lain juga.

62.
Bahkan hal yang menarik seperti makanan lezat,
Nasi dan sayuran,
Jika dimuntahkan setelah dikunyah
Akan membuat lantai kotor dan tidak bersih.

63.
Meskipun ketidakbersihan seperti itu benar-benar jelas,
Jika saya masih ragu, saya harus pergi ke tempat pembuangan mayat
Dan menyaksikan tubuh-tubuh orang lain yang membusuk dan mengerikan
Yang dibuang di sana.

64.
Setelah menyadari bahwa ketika kulit terbelah membuka,
Itu menimbulkan begitu banyak ketakutan,
Bagaimana mungkin objek-objek seperti ini
Dapat lagi memberikan kebahagiaan?

65.
Wangi-wangian yang diurapi pada tubuh seseorang
Seperti kayu cendana dan sebagainya, bukanlah berasal dari tubuh orang lain.
Lalu mengapa saya terikat pada (tubuh) orang lain
Jika bau wangi tidak berasal darinya?

66.
Karena tubuh memiliki bau yang tak menyenangkan secara alami,
Bukankah baik jika tidak terikat padanya?
Mengapa mereka yang menginginkan hal-hal yang tak berarti di dunia
Mengolesi tubuh ini dengan wewangian yang menyenangkan?

67.
Dan lebih lanjut, jika ini adalah wanginya kayu cendana,
Bagaimana itu bisa berasal dari tubuh manusia?
Lalu mengapa saya terikat pada (tubuh) orang lain
Jika bau wangi tidak berasal darinya?

68.
Jika tubuh dalam keadaan alami sangat mengerikan –
Telanjang, berlumuran kotoran,
Dengan rambut dan kuku-kuku yang panjang,
Dan gigi-gigi yang bau dan kekuningan.

69.
Mengapa saya berupaya mempercantik tubuh ini,
Seperti (membersihkan) senjata yang akan membahayakan saya?
Sungguh, seluruh dunia ini terganggu ketidakwarasan,
Karena kesalahpengertian tentang diri mereka sendiri.

70.
Ketika citta saya melampaui pemikiran-pemikiran duniawi,
Setelah menyaksikan tulang-belulang di tempat pembuangan mayat,
Akankah ada kebahagiaan di kota-kota yang bagaikan kuburan
Yang dipenuhi kerangka-kerangka berjalan?

71.
Lagi pula, (tubuh-tubuh wanita) yang tidak bersih ini
Tak diperoleh tanpa bayaran.
Untuk mendapatkan mereka, saya melelahkan diri
Dan (di masa mendatang), saya akan menderita di alam-alam rendah.

72.
Saat masih kecil, saya tak dapat memupuk kekayaan,
Dan saat remaja, apa yang dapat saya lakukan (jika tak mampu menopang seorang isteri)?
Di hari tua, saat saya memiliki kekayaan,
Apa gunanya seks bagi seorang pria tua?

73.
Ada orang-orang yang negatif dan penuh nafsu
Yang melelahkan diri bekerja sepanjang hari
Dan ketika kembali ke rumah (di malam hari),
Mereka terbaring dengan tubuh kelelahan bagaikan mayat.

74.
Ada orang yang menderita karena terbebani dengan perjalanan
Dan harus pergi jauh dari rumah.
Meskipun merindukan isteri dan anak-anak mereka,
Mereka tidak melihatnya selama bertahun-tahun.

75.
Dan ada orang yang ingin memperoleh keuntungan
Karena kebingungan oleh cengkeraman keinginan, mereka bahkan menjual diri mereka demi
(wanita dan sebagainya):Bodhisattvacharyavatara 78
Karena tak mendapatkan apa yang mereka inginkan,
Tanpa tujuan, mereka terbawa oleh hembusan tindakan orang lain.

76.
Ada orang yang menjual tubuh mereka sendiri
Dan tanpa daya, dipekerjakan orang lain.
Bahkan ketika isteri mereka melahirkan,
Anak-anak mereka terjatuh di kaki pepohonan dan di tempat-tempat sepi.

77.
Ada orang bodoh yang karena diperdaya keinginan dan,
Ingin memperoleh mata pencaharian, berpikir “Saya akan mencari nafkah (sebagai seorang prajurit)”;
Kemudian, meskipun takut kehilangan nyawa, mereka pergi berperang.
Dan ada yang menjadi budak demi keuntungan.

78.
Karena keterikatan, ada orang yang bahkan memotong tubuh mereka,
Yang lainnya menusuk diri dengan benda tajam,
Ada yang menikam diri mereka sendiri dengan belati,
Dan ada yang membakar diri mereka sendiri.

79.
Karena penderitaan dalam mengumpulkan kepemilikan,
Melindungi kepemilikan dan pada akhirnya kehilangan kepemilikan tersebut,
Saya harus menyadari bahwa kekayaan dipenuhi banyak masalah.
Mereka yang terikat padanya
Tak memiliki kesempatan untuk bebas dari penderitaan samsara.

80.
Seperti halnya hewan yang menarik pedati
Hanya dapat makan sedikit rumput,
Demikian juga, orang-orang yang dipenuhi keinginan
Memiliki banyak kerugian seperti ini, dan hanya mendapatkan sedikit (manfaat).

81.
Dan karena bahkan hewan pun dapat memperoleh (sedikit manfaat) ini,
Mereka yang terbawa kecenderungan-kecenderungan karma (lampau)
Menyia-nyiakan kebebasan dan faktor-faktor yang menguntungkan, yang begitu sukar diperoleh,
Demi hal-hal sepele.

82.
Objek-objek keinginan pasti akan hancur,
Dan saya akan terjatuh ke alam-alam rendah.
Padahal untuk mencapai Kebuddhaan
Hanya dibutuhkan seperjuta dari kesukaran tersebut.

83.
Terus-menerus melelahkan diri saya
Demi sesuatu yang tak begitu bermanfaat.
(Karena itu) mereka yang penuh keinginan, mengalami penderitaan yang lebih besar daripada
(mereka yang mengikuti) cara hidup Bodhisattva –
Dan (bagi mereka) tidak ada Penggugahan.

84.
Setelah mengontemplasikan penderitaan-penderitaan di alam-alam rendah,
(Menjadi jelas) bahwa bahkan bahaya yang disebabkan oleh senjata, racun, api, jurang dan musuh,
Tak dapat dibandingkan dengan
Bahaya yang disebabkan oleh makhluk-makhluk yang dipenuhi keinginan.

85.
Setelah dengan cara ini, merasa jera terhadap keinginan,
Saya akan membangkitkan kebahagiaan dalam kesendirian.
Mereka yang beruntung, bersemayam di hutan yang damai,
Bebas dari perselisihan dan klesha.

86.
(Mereka berdiam) di dalam rumah batu yang menyenangkan,
Disejukkan dengan wewangian cendana cahaya bulan,
Dihembusi angin sepoi-sepoi hutan yang damai dan sunyi,
Mengontemplasikan apa yang bermanfaat bagi makhluk lain.

87.
Mereka berdiam selama waktu yang mereka inginkan
Di dalam rumah kosong, di kaki pepohonan dan di gua-gua.
Setelah meninggalkan penderitaan karena mencengkeram dan melindungi (kepemilikan),
Mereka berdiam dalam keadaan merdeka, bebas dari beban.

88.
Hidup sesuai kehendak mereka, tanpa keinginan,
Tak memiliki keterikatan pada siapapun –
Bahkan mereka yang berkuasa sulit memperoleh
Kehidupan yang bahagia dan puas seperti demikian.

89.
Setelah dengan cara demikian
Merenungkan manfaat-manfaat dari kesendirian,
Saya akan sepenuhnya menaklukkan klesha
Dan bermeditasi pada Bodhicitta.

90.
Pertama-tama, saya akan berupaya
Bermeditasi pada ‘menyamakan dan menukar sikap mementingkan diri sendiri dengan
mementingkan makhluk lain.’
Saya akan melindungi semua makhluk seperti melindungi diri sendiri
Karena semua makhluk adalah sama dalam hal (menginginkan) kebahagiaan dan (takmenginginkan) penderitaan.

91.
Meskipun ada banyak bagian tubuh yang berbeda-beda seperti tangan dan sebagainya,
Tubuh yang harus dilindungi itu adalah satu kesatuan.
Demikian pula, meskipun semua makhluk mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang
berbeda-beda,
Namun sama seperti saya, mereka ingin bahagia.

92.
Penderitaan yang saya alami
Tidak menyakiti makhluk lain.
Meskipun demikian, karena adanya cengkeraman pada “saya,” maka penderitaan “saya”
Menjadi tak tertahankan.

93.
Begitu pula, penderitaan makhluk-makhluk lain
Tidak menimpa saya.
Meskipun demikian, karena mencengkeram makhluk lain sebagai “saya,” penderitaan mereka
menjadi penderitaan “saya” sehingga itu
Juga menjadi tak tertahankan.

94.
Oleh karena itu saya harus menghilangkan penderitaan makhluk-makhluk lain
Karena itu adalah penderitaan, seperti halnya penderitaan saya sendiri,
Dan saya harus memberi manfaat kepada makhluk lain
Karena mereka adalah makhluk, seperti halnya saya sendiri.

95.
Jika baik diri sendiri maupun makhluk lain
Adalah sama dalam hal menginginkan kebahagiaan,
Apa istimewanya diri saya?
Mengapa saya berjuang demi kebahagiaan diri sendiri?

96.
Dan jika baik diri sendiri maupun makhluk lain
Adalah sama dalam hal tak menginginkan penderitaan,
Apa istimewanya diri saya?
Mengapa saya memperhatikan diri sendiri dan tidak memperhatikan makhluk lain?

97.
Mengapa saya harus melindungi mereka,
Jika penderitaan mereka tidak menyakiti saya?
Lalu mengapa melindungi diri saya dari penderitaan masa depan,
Jika itu tidak menyakiti saya sekarang?

98.
Adalah keliru bila berpikir
“Karena saya sendirilah yang akan mengalaminya di kehidupan mendatang,”
Namun orang yang meninggal dan
Orang yang dilahirkan kembali adalah berbeda.

99.
Tentu saja, kapanpun ada penderitaan,
Yang mengalaminya harus melindungi diri mereka dari penderitaan itu –
Namun penderitaan kaki bukanlah penderitaan tangan,
Lalu mengapa yang satu melindungi yang lainnya?

100.
Meskipun ini mungkin tidak logis,
Hal ini dilakukan karena cengkeraman pada diri –
Namun tentunya apapun yang tidak logis bagi saya maupun bagi orang lain
Harus ditolak sepenuhnya.

101.
Hal-hal seperti kesinambungan dan skandha
Adalah keliru seperti halnya tasbih dan tentara.
Tidak ada pemilik (sesungguhnya) dari penderitaan,
Oleh karena itu, tanggung jawab siapakah itu (sebagai “milik” saya)?

102.
Karena tiada pemilik (hakiki) dari penderitaan,
Maka tiada perbedaan sama sekali antara (saya dan makhluk lain).
Dengan demikian, saya akan menghilangkan penderitaan, karena itu menyakitkan.
Mengapa saya begitu yakin (bahwa saya tak perlu menghilangkan penderitaan makhluk lain)?

103.
“Tetapi (karena penderitaan maupun yang mengalami penderitaan tidak eksis secara hakiki),
mengapa saya harus menghilangkan penderitaan semua makhluk?”
Itu adalah tak terbantahkan:
Karena jika saya menghentikan (penderitaan) saya sendiri, tentunya saya harus menghentikan
penderitaan semua makhluk.
Jika tidak, karena saya sama seperti makhluk lainnya, (maka saya juga tidak perlu
menghentikan penderitaan saya sendiri).

104.
“Karena welas asih akan membawa banyak penderitaan bagi saya,
Mengapa saya harus berupaya mengembangkannya?”
Setelah mengontemplasikan penderitaan para makhluk,
Bagaimana mungkin ‘penderitaan’ dari welas asih itu berat?

105.
Jika dengan penderitaan satu orang,
Penderitaan banyak makhluk dapat dihilangkan,
Orang yang berbaik hati pasti akan menanggungnya
Demi diri mereka sendiri dan makhluk lain.

106.
Oleh karena itu, Bodhisattva Supushpa Chandra,
Meskipun sadar raja akan menyakitinya,
Ia menanggung penderitaannya sendiri
Untuk menghilangkan penderitaan banyak makhluk.

107.
Dengan demikian, karena ingin menghilangkan penderitaan makhluk lain,
Mereka yang citta-nya terbiasa seperti ini
Bahkan rela memasuki neraka yang terendah
Seperti seekor angsa liar mencebur ke dalam kolam teratai.

108.
Bukankah samudra kebahagiaan
Yang tercapai ketika semua makhluk terbebas
Itu sudah cukup bagi saya?
Mengapa saya hanya menginginkan pembebasan untuk diri sendiri?

109.
Oleh karena itu, meskipun berupaya demi makhluk lain,
Saya tak akan sombong (atau menganggap diri) saya hebat.
Dan karena kebahagiaan dalam melakukan hal ini,
Saya tak mengharapkan matangnya hasil (karma).

110.
Oleh karena itu, seperti halnya melindungi diri sendiri
Dari hal-hal yang tak menyenangkan, betapapun kecilnya,
Dengan cara yang sama, saya akan memperlakukan makhluk lain
Dengan citta yang welas asih dan peduli.

111.
Meskipun landasannya tidak ada hubungannya dengan diri kita,
Namun karena kebiasaan (yang terus-menerus),
Saya telah menganggap
Tetesan sperma dan darah orang lain sebagai “saya.”

112.
Dengan cara yang sama, mengapa saya tidak
Menganggap tubuh makhluk lain sebagai “saya”?
Karena tidaklah sulit untuk melihat
Bahwa tubuh saya adalah juga tubuh makhluk lain.

113.
Setelah melihat kerugian dari mementingkan diri sendiri
Dan samudra manfaat dari menyayangi makhluk lain,
Saya akan sepenuhnya menolak semua sikap mementingkan diri sendiri
Dan membiasakan diri saya untuk menyayangi makhluk lain.

114.
Seperti halnya tangan dan sebagainya
Dianggap sebagai anggota tubuh,
Demikian pula, mengapa para makhluk
Tidak dianggap sebagai anggota kehidupan?

115.
Karena kebiasaan, pemikiran “saya” muncul
Terhadap tubuh ini;
Jadi dengan cara yang sama, mengapa pemikiran yang sama tidak muncul
Terhadap makhluk lainnya?

116.
Jika saya berupaya dengan cara ini demi makhluk lain,
Saya tak akan membiarkan kesombongan atau (perasaan bahwa saya) hebat, muncul.
Ini sama seperti memberi makanan pada diri saya –
Saya tak mengharapkan imbalan apa-apa.

117.
Karena itu, sebagaimana saya melindungi diri saya
Dari hal-hal yang tak menyenangkan, betapapun kecilnya,
Dengan cara yang sama, saya harus membiasakan diri
Mempunyai citta yang welas asih dan peduli terhadap makhluk lain.

118.
Karena welas asih agung-Nya
Maka Arya Avalokiteshvara telah memberkati namanya sendiri
Untuk menghilangkan ketakutan para makhluk
(Seperti rasa gugup) ketika berada bersama orang lain.

119.
Saya tak akan berpaling dari kesulitan apapun;
Karena melalui daya membiasakan diri seperti ini,
Orang yang bahkan namanya menakutkan ketika didengar,
(Dapat menjadi) seseorang, yang tanpa kehadirannya, saya tak akan bahagia.

120.
Oleh karena itu, siapapun yang ingin segera memperoleh andalan,
Baik untuk diri sendiri maupun makhluk lain
Harus mempraktikkan rahasia suci ini:
‘Menyamakan dan menukar sikap mementingkan diri sendiri dengan mementingkan makhluk lain.

121.
Karena keterikatan pada tubuh ini sebagai "saya"
Bahkan situasi yang sedikit menakutkan, membuat saya takut.
Oleh karena itu, siapa yang tak akan menolak dan menganggapnya sebagai musuh,
Tubuh ini yang menimbulkan rasa takut?

122.
Karena menginginkan cara untuk mengatasi
Rasa lapar, haus dan sakit fisik,
Saya mungkin membunuh burung, ikan dan rusa
Dan berkeliaran di sisi jalan (untuk merampok orang lain).

123.
Jika demi keuntungan dan kenyamanan,
Saya bahkan membunuh ayah dan ibu,
Dan mencuri benda-benda milik Triratna,
Maka saya pasti akan terbakar dalam kobaran api neraka terendah.

124.
Oleh karena itu, orang bijak macam apa yang menginginkan,
Melindungi dan memuliakan tubuh ini?
Siapakah yang tak akan mencela
Dan menganggapnya sebagai musuh?

125.
“Jika saya memberikan ini, apa yang tersisa untuk saya nikmati?”
Pemikiran mementingkan diri seperti ini adalah sikap para preta;
“Jika saya menikmati ini, apa yang tersisa untuk diberikan?”
Pemikiran altruistik seperti ini adalah kualitas para dewa.

126.
Jika demi diri sendiri, saya menyebabkan penderitaan makhluk lain,
Saya akan tersiksa di alam-alam rendah;
Namun jika demi makhluk lain, saya membuat diri saya menderita,
Saya akan mendapatkan segala keagungan.

127.
Dengan menjunjung tinggi diri sendiri
Saya akan dilahirkan di alam-alam rendah, terlahir jelek dan bodoh;
Namun jika (sikap) ini diarahkan pada makhluk lain,
Saya akan mendapatkan kehormatan di alam-alam bahagia.

128.
Jika saya memanfaatkan makhluk lain demi kepentingan diri sendiri,
Saya sendiri akan diperbudak;
Namun jika saya mendedikasikan diri saya demi makhluk lain,
Saya akan mengalami keagungan.

129.
Apapun kebahagiaan yang ada di dunia ini
Semuanya muncul karena menginginkan kebahagiaan makhluk lain,
Dan apapun penderitaan yang ada di dunia ini,
Semuanya muncul karena menginginkan kebahagiaan diri sendiri.

130.
Apa lagi yang perlu dikatakan?
Mereka yang kekanak-kanakan berupaya demi kepentingan diri sendiri,
Para Buddha berupaya demi kepentingan makhluk lain.
Lihatlah perbedaan di antara keduanya!

131.
Jika saya tidak menukar kebahagiaan saya
Dengan penderitaan makhluk lain,
Saya tak akan mencapai Kebuddhaan
Dan bahkan dalam samsara pun, saya tak akan mengalami kebahagiaan.

132.
Apa lagi setelah kehidupan ini.
Karena para pelayan tidak bekerja
Dan karena para majikan tidak memberikan bayaran,
Bahkan kebutuhan-kebutuhan untuk hidup ini pun tak terpenuhi.

133.
(Dengan menolak cara-cara yang) membawa kebahagiaan, baik yang kelihatan maupun yang tidak,
Saya sepenuhnya membuang kebahagiaan agung
Dan kemudian, karena menyebabkan penderitaan makhluk lain,
Dalam kesalahpengertian, saya menyebabkan penderitaan yang tak tertahankan.

134.
Jika semua luka,
Ketakutan dan penderitaan di dunia ini
Muncul akibat cengkeraman terhadap diri,
Lalu apalah gunanya iblis ini bagi saya?

135.
Jika saya tidak benar-benar menghilangkannya
Saya tak dapat mengakhiri duhkha,
Seperti halnya saya tak dapat menghindari diri dari terbakar
Jika saya tidak menyingkirkan api (yang saya pegang).

136.
Oleh karena itu, untuk menghilangkan penderitaan saya
Dan untuk menghilangkan penderitaan makhluk-makhluk lain,
Saya akan mempersembahkan diri saya pada makhluk lain
Dan menyayangi mereka seperti menyayangi diri sendiri.

137.
Wahai citta, engkau harus yakin,
“Saya berada di bawah kendali makhluk lain,”
Mulai sekarang, selain memberi manfaat pada semua makhluk,
Janganlah engkau memikirkan hal lainnya.

138.
Demi diri sendiri, saya tak akan melakukan apapun
Dengan kedua mata ini dan sebagainya, yang telah saya berikan pada makhluk lain.
Tidaklah benar melakukan apapun terhadapnya
Yang bertentangan dengan memberikan manfaat pada makhluk lain.

139.
Oleh karena itu, para makhluk harus menjadi (perhatian) utama saya.
Apapun yang saya lihat pada tubuh saya,
Saya harus mengambil dan menggunakannya
Untuk memberi manfaat pada makhluk lain.

140.
Menganggap makhluk-makhluk biasa dan sebagainya seperti diri sendiri,
Dan memandang diri saya sebagai makhluk lain,
(Melalui cara berikut) saya akan bermeditasi tentang iri hati, persaingan dan kesombongan,
Dengan citta yang bebas dari konsep-konsep keliru:

141.
“Ia dihormati, tetapi saya tidak;
Saya tak memiliki kekayaan seperti dirinya.
Ia dipuji, tetapi saya dicela;
Ia bahagia, sedangkan saya menderita.

142.
“Saya melakukan semua pekerjaan,
Sementara ia bersantai dengan nyaman.
Ia dikenal hebat di dunia ini, tetapi saya lebih rendah,
Tak memiliki kualitas baik sama sekali.

143.
“Tetapi apa yang engkau maksud, saya tidak memiliki kualitas baik?
Saya memiliki semua kualitas baik.
Dibandingkan dengan banyak orang, ia lebih rendah,
Dan dibandingkan dengan banyak orang, saya lebih baik.

144.
“Merosotnya sila dan cara pandang
Bukanlah karena saya, tetapi karena klesha,
Dengan cara apapun ia dapat menyembuhkan saya,
Saya akan menerima ketidaknyamanan apapun yang ada.

145.
“Tetapi saya tidak juga disembuhkan olehnya,
Mengapa ia meremehkan saya?
Apalah gunanya kualitas baiknya bagi saya?
(Meskipun) ia memiliki kualitas-kualitas baik, (ia tak memberi manfaat pada saya).

146.
“Tanpa welas asih untuk para makhluk
Yang berada di dalam rahang beracun alam-alam rendah,
Di luar ia membanggakan kualitas-kualitas baiknya
Dan ingin merendahkan para bijaksana.

147.
“Agar saya dapat melebihi
Ia yang dianggap setara dengan saya,
Saya pasti akan berjuang memperoleh kekayaan materi dan kehormatan untuk diri saya.
Meskipun (dengan cara) bercekcok mulut.

148.
“Dengan segala cara, saya akan menyebarkan ke seluruh dunia,
Semua kualitas baik yang saya miliki,
Tetapi saya tak akan membiarkan siapapun mendengar
Kualitas baik apapun yang dimilikinya.

149.
“Saya juga akan menyembunyikan semua kekurangan saya;
Saya akan dimuliakan, tetapi bukan dirinya;
Saya akan memperoleh materi yang berlimpah;
Saya akan dihormati, tetapi bukan dirinya.

150.
“Untuk waktu yang lama, dengan senang hati saya akan menyaksikan
Dirinya direndahkan;
Ia akan menjadi bahan tertawaan bagi semua,
Dianggap semua orang sebagai objek cemoohan dan ejekan.

151.
“Katanya orang yang berpandangan keliru ini
Mencoba bersaing dengan saya,
Tetapi bagaimana ia bisa menyamai saya
Dalam hal pengetahuan, kecerdasan, penampilan, kelas atau kekayaan?

152.
“Oleh karena itu, setelah mendengar kualitas-kualitas baik saya,
Yang telah disebarluaskan kepada semua,
Saya akan sepenuhnya menikmati kepuasan
Atas pengalaman menyenangkan yang terjadi.

153.
“Meskipun ia memiliki beberapa kepemilikan,
Jika ia bekerja untuk saya,
Saya hanya akan membayarnya sekedar cukup untuk hidup,
Dan dengan paksa, saya akan mengambil (sisanya).

154.
“Kebahagiaan dan kenyamanannya akan merosot
Dan saya akan selalu membuatnya menderita,
Karena selama ratusan kali dalam lingkaran samsara ini
Ia telah menyakiti saya.”

155.
Karena menginginkan manfaat untuk diri sendiri,
Oh citta, segala jerih-payah yang telah engkau alami
Selama berkalpa-kalpa tak terhingga
Hanya membawa penderitaan.

156.
Oleh karena itu, saya pasti akan mendedikasikan diri saya
Berupaya demi memberi manfaat pada makhluk lain,
Karena kata-kata dari Muni tak mungkin salah,
Saya akan melihat manfaat-manfaatnya di masa mendatang.

157.
Jika di masa lampau, saya telah mempraktikkan
Tindakan (menyamakan dan menukar sikap mementingkan diri sendiri dengan mementingkan
makhluk lain) ini
Keadaan yang hampa dari keagungan dan kebahagiaan seorang Buddha seperti ini,
Tak mungkin terjadi.

158.
Oleh karena itu, seperti halnya saya telah mencengkeram
Tetesan sperma dan darah orang lain sebagai “saya,”
Demikian pula, dengan membiasakan diri
Saya juga akan menganggap semua makhluk lain demikian.

159.
Setelah dengan seksama memeriksa diri saya
Apakah saya benar-benar berupaya demi makhluk lain (atau tidak),
Saya akan mengambil apapun yang ada pada tubuh saya
Dan menggunakannya demi memberikan manfaat pada makhluk-makhluk lain.

160.
“Saya bahagia, tetapi orang lain bersedih,
Saya hebat tetapi orang lain lebih rendah,
Saya memberi manfaat pada diri sendiri tetapi tidak pada makhluk lain.”
Mengapa saya tidak iri pada diri saya sendiri?

161.
Saya harus menjauhkan diri saya dari kebahagiaan
Dan mengambil penderitaan makhluk-makhluk lain.
Analisalah kekeliruan-kekeliruan “saya” ini dengan bertanya,
“Apakah ini ada manfaatnya (bagi makhluk lain)?”

162.
Meskipun orang lain mungkin melakukan kekeliruan,
Saya akan mentransformasikannya menjadi kekeliruan saya sendiri;
Namun jika saya melakukan kekeliruan betapapun kecilnya,
Saya akan mengakuinya secara terbuka.

163.
Dengan menyatakan kan ketenaran orang lain,
Saya harus membuatnya melebihi diri saya sendiri.
Seperti halnya pelayan yang paling rendah,
Saya akan mempersembahkan diri saya demi manfaat bagi semua.

164.
Saya tak akan memuji diri sendiri yang penuh kekeliruan
Atas kualitas baik sementara yang mungkin ada,
Saya tak akan pernah membiarkan seorang pun mengetahui
Kualitas baik yang mungkin saya miliki.

165.
Singkatnya, demi semua makhluk,
Agar semua tindakan negatif
Yang telah saya lakukan terhadap makhluk-makhluk lain
Menimpa diri saya sendiri.

166.
Saya tak akan bersikap dominan dan agresif,
Merasa lebih benar dan lebih baik dari orang lain dan bersikap sombong;
Sebaliknya, seperti pengantin baru,
Saya akan rendah hati, segan dan terkendali.

167.
Oleh karena itu, oh citta, engkau harus tetap (berpikir) seperti demikian
Dan tidak bertindak (secara egois seperti sebelumnya).
Jika di bawah kendali (mementingkan diri sendiri) engkau gagal menjalankan (ini),
Engkau akan dihabisi keegoisanmu.

168.
Namun, citta, meskipun telah diberi instruksi,
Jika engkau tidak bertindak seperti cara ini,
Maka segala malapetaka akan menimpamu,
Engkau hanya akan menuju kehancuran.

169.
Masa dulu ketika engkau dapat mengalahkan saya,
Kini telah berlalu;
Sekarang saya melihat (sifat keberadaanmu dan kekurangan-kekuranganmu)
Dan ke manapun engkau pergi, saya akan menghancurkan kesombonganmu.

170.
Saya akan segera menyingkirkan semua pemikiran
Yang berupaya hanya untuk diri sendiri.
Setelah menjualmu pada makhluk lain,
Saya tak akan berkecil hati, tetapi akan memberikan semua kekuatanmu (pada makhluk lain).

171.
Jika karena tidak waspada,
Saya tak memberimu pada semua makhluk,
Engkau pasti akan membawa saya
Pada para penjaga neraka.

172.
Untuk waktu yang sangat lama, engkau telah memperlakukan saya sedemikian rupa,
Dan saya telah lama menderita;
Namun sekarang, mengingat semua sakit hati saya,
Saya akan mengalahkan pemikiran-pemikiran egoismu.

173.
Demikian pula, jika saya ingin bahagia,
Saya tak akan bahagia seorang diri;
Dan begitu pula, jika saya ingin dilindungi
Saya harus selalu melindungi semua makhluk lain.

174.
Sejauh mana saya
Menjaga tubuh ini,
Sejauh itu pula, saya akan
Terjatuh dalam ketidakberdayaan total.

175.
Setelah terjatuh dengan cara ini,
Jika keinginan-keinginan saya tak dapat terpenuhi
Bahkan dengan segala sesuatu di dunia ini,
Apa lagi yang dapat memuaskan keinginan-keinginan saya?

176.
Tak dapat (memenuhi keinginan, meskipun) menginginkannya,
Klesha-klesha dan pikiran yang tidak puas akan muncul.
Namun jika saya tak menggantungkan diri pada benda-benda (materi),
Keberuntungan saya tak akan berakhir.

177.
Karena itu, saya tak akan memberi kesempatan,
Pada nafsu badaniah untuk berkembang.
Apapun yang tidak saya cengkeram sebagai hal yang menarik,
Itulah kepemilikan yang terbaik.

178.
Pada akhirnya (tubuh saya) akan menjadi debu;
Tak dapat bergerak (dengan sendirinya), tubuh akan digerakkan oleh (daya-daya) lainnya.
Mengapa saya mencengkeram pada wujud yang tak tertahankan
Dan tak bersih ini sebagai “saya”?

179.
Baik hidup maupun mati,
Apalah gunanya mesin ini bagi saya?
Apa bedanya dengan gumpalan tanah?
Oh, mengapa saya tak menghilangkan kesombongan ini (sebagai “saya” dan “milik saya”)!

180.
Setelah mengumpulkan penderitaan tanpa tujuan
Karena memuja dan melayani tubuh ini,
Apalah gunanya keterikatan dan kemarahan
Pada benda ini yang mirip dengan sepotong kayu?

181.
Baik merawat tubuh saya dengan cara demikian,
Maupun dilahap oleh burung-burung nasar dan sebagainya,
Itu tidak memiliki keterikatan atau kebencian,
Lalu mengapa saya begitu terikat pada tubuh ini?

182.
Jika (tubuh saya) tak mengenal marah saat dicerca
Dan tak mengenal senang saat dipuji,
Buat apa
Melelahkan diri sendiri seperti ini?

183.
“Namun saya menginginkan tubuh ini,
Tubuh ini dan saya adalah sahabat."
Karena semua makhluk menginginkan tubuh mereka,
Mengapa saya tak menganggap tubuh mereka berharga seperti tubuh saya sendiri?

184.
Oleh karena itu, demi memberi manfaat pada semua makhluk,
Saya akan memberikan tubuh ini tanpa keterikatan.
Meskipun tubuh ini mungkin mempunyai banyak kekurangan,
Saya harus menjaganya saat mengalami (akibat tindakan-tindakan lampau).

185.
Jadi, cukuplah sudah sikap kekanak-kanakan ini!
Saya akan mengikuti langkah para bijaksana,
Dan setelah mengingat nasihat mengenai kewaspadaan,
Saya akan berpaling dari tidur dan keloyoan.

186.
Seperti para Jinaputra yang penuh welas asih,
Dengan sabar, saya akan menjalankan apa yang harus saya lakukan;
Karena jika saya tak berupaya terus-menerus siang dan malam,
Kapankah penderitaan saya akan berakhir?

187.
Oleh karena itu, untuk menghilangkan rintangan-rintangan,
Saya akan menghindarkan citta saya dari cara-cara keliru
Dan senantiasa menambatkannya dalam shamatha,
Pada objek yang sempurna


Parivarta ketujuh Kembali                                   Lanjut ke  parivarta kesembilan 

Karma JIgme

Instagram