Pages

Bodhisattvacharyāvatāra [ parivarta ke lima ]


PARIVARTA KE LIMA 


Samprajanya-raksana
Menjaga Kewaspadaan 



1.
Mereka yang ingin menjaga praktik mereka
Harus menjaga pikiran mereka dengan penuh perhatian
Karena mereka yang tidak menjaga pikiran mereka
Tak akan dapat menjaga praktik mereka.


2.
Di dunia ini, gajah yang tak terkendali dan liar
Tak dapat menyebabkan bahaya-bahaya
Seperti penderitaan di neraka terendah,
Yang dapat disebabkan oleh pikiran gajah liar saya.


3.
Namun, jika pikiran gajah liar saya diikat secara kokoh
Di semua sisi dengan tali perhatian penuh (
smrti),
Semua ketakutan akan berhenti
Dan semua kebajikan akan kudapatkan (dengan mudah).


4.
Harimau, singa, gajah, beruang,
Ular dan segala bentuk musuh,

Bodhisattvacharyavatara 27Para penjaga neraka,
Makhluk-makhluk halus dan para kanibal,


5.
Semuanya akan terkendalikan
Dengan hanya mendisplinkan pikiran saya sendiri,
Dan semuanya akan terjinakkan
Dengan hanya menjinakkan pikiran saya sendiri.


6.
Guru Sempurna sendiri telah menunjukkan bahwa
Dengan cara ini, semua ketakutan
Serta semua penderitaan tak terhingga
Berasal dari pikiran.


7.
Siapakah yang secara sengaja menciptakan
Semua senjata untuk mereka yang ada di neraka?
Siapakah yang menciptakan tanah besi membara?
Dari manakah semua makhluk penggoda (di neraka) berasal?


8.
Muni telah berkata bahwa semua itu
Adalah (berasal) dari pikiran negatif,
Karena itu di
trilokaTiada yang perlu ditakutkan kecuali pikiran saya sendiri.


9.
Jika
dana paramitaAdalah hilangnya kemiskinan di dunia,
Bagaimana para Buddha di masa lampau menyempurnakannya,
Jika para makhluk masih kelaparan sekarang?


10.
Dana paramita dikatakan sebagai
Pikiran yang bersedia untuk memberi segalanya kepada semua makhluk,
Termasuk hasil (
punya) dari pemikiran seperti itu;
Oleh karena itu,
dana paramita merupakan suatu keadaan pikiran.


11.
Tiada tempat manapun dimana pembunuhan
Ikan dan makhluk-makhluk lainnya telah dihentikan;
Karena pemikiran untuk meninggalkan hal-hal tersebut
Disebut sebagai
sila paramita.

12.
Makhluk-makhluk tak terkendali adalah (tak terbatas jumlahnya) bagaikan angkasa:
Tak mungkin mereka semua dapat diatasi,
Namun, jika saya mengatasi pikiran kemarahan semata,
Ini sama dengan mengalahkan semua musuh.


13.
Di manakah saya dapat menemukan kulit yang cukup
Untuk menutupi permukaan bumi?
Namun (dengan mengenakan) kulit di alas kakiku
Itu berarti menutupi bumi dengannya.


14.
Demikian pula, tidaklah mungkin bagiku
Untuk mengendalikan hal-hal eksternal;
Namun jika saya mengendalikan pikiran saya sendiri
Untuk apa mengendalikan segala hal lainnya?


15.
Meskipun hanya mengembangkan keadaan konsentrasi yang tajam
Dapat menyebabkan (kelahiran) di alam Brahma,
Tindakan-tindakan fisik dan verbal tidak dapat membawa hasil demikian
Bila (disertai) dengan pikiran yang lemah.


16.
Ia yang Mengetahui Realita telah berkata
Bahwa bahkan pelafalan dan tantangan-tantangan fisik (
tapa)
Yang dijalankan dalam jangka waktu yang lama,
Akan tak berarti jika pikiran berkelana.


17.
Bahkan mereka yang ingin menemukan kebahagiaan dan mengatasi penderitaan
Akan berkelana tanpa tujuan maupun makna
Jika mereka tidak memahami rahasia pikiran –
Pentingnya Dharma di atas segalanya.


18.
Dengan demikian
Saya akan mengendalikan dan menjaga pikiran saya dengan baik.
Tanpa disiplin menjaga pikiran,
Apa gunanya banyak disiplin lainnya?


19.
Seperti halnya saya akan penuh perhatian dan berhati-hati terhadap luka
Ketika berada di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian,
Jadi saya akan selalu menjaga luka pikiran saya
Ketika berada di antara orang-orang yang membahayakan.


20.
Dan jika saya berhati-hati terhadap luka
Karena takut tersakiti bahkan sedikit pun,
Lalu mengapa saya tidak menjaga luka pikiran saya
Dari rasa takut diremukkan oleh gunung-gunung di neraka?


21.
Jika saya bertindak dengan cara seperti ini,
Maka baik berada di antara orang-orang yang membahayakan
Atau bahkan di antara wanita
Upaya terus-menerus untuk mengendalikan diri saya, tidak akan merosot.


22.
Lebih baik tidak memiliki kekayaan,
Kehormatan, tubuh dan mata pencaharian,
Dan lebih baik membiarkan kebajikan-kebajikan lainnya merosot,
Daripada membiarkan (kebajikan-kebajikan)
citta saya merosot.


23.
Oh, engkau yang ingin menjaga pikiranmu,
Saya memohon kepadamu dengan tangan beranjali:
Berjuanglah untuk mempertahankan
Smrti dan samprajanya!


24.
Orang yang terserang penyakit
Tak mampu melakukan apapun (yang bermanfaat),
Begitu pula, mereka yang pikirannya diliputi kebingungan
Tak mampu melakukan apapun (yang bajik).


25.
Apapun yang telah dipelajari, dikontemplasikan dan dimeditasikan
Oleh mereka yang pikirannya kurang waspada,
Tak akan tersimpan dalam ingatannya,
Bagaikan air dalam bejana yang bocor.


26.
Bahkan mereka yang telah banyak belajar,
Memiliki keyakinan dan
virya yang besar
Akan mengalami kegagalan (menjalankan sila)
Karena kekeliruan dari kurangnya kewaspadaan.


27.
Ketidakwaspadaan yang bagaikan pencuri,
Setelah menyebabkan merosotnya perhatian penuh (
smrti),
Akan mencuri bahkan potensi-potensi positif (
punya) yang telah saya kumpulkan
(Sehingga) saya akan terjatuh ke alam-alam rendah.


28.
Kumpulan pencuri ini, yang tak lain adalah
klesha-klesha-ku sendiri
Akan mencari-cari kesempatan yang baik;
Setelah mendapatkannya, ia akan mencuri kebajikanku
Dan menghancurkan (dicapainya) kelahiran di alam bahagia.


29.
Karena itu, saya tak akan pernah membiarkan
smrti hilang
Dari gerbang
citta saya.
Jika
smrti hilang, saya akan mengingat penderitaan di alam-alam rendah,
Dan memantapkannya kembali.


30.
Dengan berada bersama para guru spiritual,
Dengan petunjuk-petunjuk dari para kepala biara dan dengan dilandasi rasa takut,
Smrti akan mudah dikembangkan
Bagi orang-orang beruntung yang menjalankannya dengan penuh hormat.


31.
“Saya senantiasa berada di hadapan
Semua Buddha dan Bodhisattva
Yang selalu memiliki
Pandangan tanpa rintangan.”


32.
Dengan berpikir demikian
Saya akan mengembangkan standar diri (
hri), rasa hormat dan rasa takut.
Juga dengan melakukan ini,
Buddha-anusmrti (mengingat kembali Buddha) akan berlangsung terus-menerus.


33.
Ketika
smrti dijalankan dengan tujuan
Menjaga gerbang pikiran,
Maka kewaspadaan akan muncul
Dan bahkan kewaspadaan yang telah hilang akan timbul kembali.


34.
Ketika, begitu saya (akan bertindak),
Saya melihat
klesha muncul dalam pikiran saya,
Pada saat itu juga, saya akan diam
Tak bergeming bagaikan sepotong kayu.


35.
Saya tak akan melihat ke sekeliling
Dengan pikiran teralihkan tanpa tujuan;

Dengan pikiran yang mantap
Saya akan selalu mengarahkan mataku ke bawah.
36.
Namun demi menyegarkan pandangan,
Untuk sesaat saya akan melihat ke sekeliling,
Dan jika seseorang muncul di hadapanku
Saya akan menatapnya dan berkata, “Halo.”
37.
Untuk mengecek apakah ada bahaya dalam perjalanan
Saya akan terus-menerus melihat ke empat penjuru.
Setelah berhenti sejenak, saya akan menengok ke sekeliling
Dan kemudian menoleh ke belakang.
38.
Setelah memeriksa baik ke depan maupun ke belakang
Saya akan melanjutkan perjalanan atau pulang kembali
Menyadari perlunya (perhatian yang waspada demikian)
Saya akan bersikap seperti ini dalam segala situasi.
39.
(Begitu) bersiap-siap untuk suatu tindakan dengan pemikiran,
"Tubuh saya akan tetap dalam keadaan seperti ini.”
Maka secara berkala saya akan melihat
Bagaimana tubuh ini dijaga.
40.
Dengan segala upaya, saya akan memastikan
Bahwa pikiran gajah liar saya
Tidak berkelana, namun terikat
Pada pilar besar untuk mengingat Dharma.
41.
Mereka yang berjuang dengan segala cara demi konsentrasi
Seharusnya tidak berkelana meskipun hanya sesaat;
Dengan berpikir, “Bagaimana tindak-tanduk pikiran saya?”
Mereka harus menganalisa pikiran mereka secara seksama.
42.
Namun, jika saya tidak mampu melakukannya
Ketika berada dalam suasana ketakutan atau terlibat dalam puja-puja persembahan dan sebagainya .
 saya akan membiarkan yang sepantasnya.
Karena itu, telah diajarkan bahwa pada saat melakukan pemberian
Seseorang dapat bersikap netral terhadap (beberapa aspek dari) vinaya.

43.
Saya akan menjalankan tindakan apapun yang ingin saya lakukan,
Dan tidak melakukan hal-hal lain kecuali itu.
Dengan
citta tertuju pada tugas tersebut,
Saya akan menyelesaikannya terlebih dahulu.


44.
Dengan bertindak demikian, semuanya akan terlaksana dengan baik,
Namun (dengan bertindak) sebaliknya, tiada (tindakan) yang terlaksana.
Begitu pula,
klesha tidak akan bertambah
Karena kurangnya kewaspadaan.


45.
Jika saya berada di tengah-tengah
Pembicaraan yang tak bermanfaat,
Atau jika saya melihat suatu pertunjukan spektakuler
Saya akan menghindari keterikatan terhadapnya.


46,
Jika tanpa alasan, saya mulai menggali tanah,
Mencabut rumput atau mengambar di atas tanah,
Maka dengan mengingat nasihat dari para Buddha,
Karena rasa takut, saya akan segera menghentikannya.


47.
Kapanpun saya ingin
Menggerakkan tubuh atau mengucapkan sesuatu,
Pertama-tama, saya akan menganalisa pikiran saya
Dan kemudian, dengan mantap, saya akan bertindak dengan cara yang pantas.


48.
Kapanpun ada keterikatan dalam
citta saya
Dan kapanpun ada keinginan untuk marah,
Saya tidak akan melakukan atau mengucapkan apapun,
Namun saya akan tak bergeming bagaikan sepotong kayu.


49.
Kapanpun
klesha muncul, keinginan untuk meremehkan orang lain dengan kata-kata,
Merasa diri lebih penting atau berpuas diri;
Ketika saya berniat mengutarakan kesalahan-kesalahan orang lain,
Berpura-pura dan berkeinginan untuk menipu orang lain;


50.
Kapanpun saya sangat menginginkan pujian
Atau ingin menyalahkan orang lain;
Kapanpun, saya ingin menyakiti dengan kata-kata dan menyebabkan perselisihan;
Dalam (semua) keadaan demikian, saya akan tak bergeming bagaikan sepotong kayu.



51.
Kapanpun saya menginginkan materi, kehormatan atau ketenaran;
Kapanpun saya mencari pengikut atau sekumpulan teman-teman,
Dan ketika dalam pikiran, saya ingin dilayani;
Dalam (semua) keadaan demikian, saya akan tak bergeming bagaikan sepotong kayu.
52.
Kapanpun saya berkeinginan mengurangi atau berhenti berupaya demi makhluk lain
Dan berkeinginan untuk mencari kebahagiaanku sendiri,
Jika (terdorong oleh pemikiran-pemikiran demikian), muncul keinginan untuk mengucapkan sesuatu 
Dalam keadaan demikian, saya akan tak bergeming bagaikan sepotong kayu.
53.
Kapanpun saya tidak sabar, malas, bersikap pengecut,
Tak punya standar diri atau ingin membicarakan hal-hal tak berguna;
Jika pikiran-pikiran berpihak muncul,
Dalam keadaan demikian, saya akan tak bergeming bagaikan sepotong kayu
54.
Setelah menganalisa citta mereka dengan cara ini
Terhadap klesha dan terhadap pikiran-pikiran yang terarahkan pada hal-hal tak berguna,
Para (Bodhisattva) pemberani akan menjaga pikiran mereka dengan mantap
Melalui (aplikasi) dari daya-daya penawar.
55.
Dengan sangat kokoh dan yakin,
Mantap, penuh hormat, sopan,
Dengan standar diri, penuh pengertian dan damai,
Saya akan berjuang untuk membuat makhluk lain bahagia.
56.
Saya tak akan berkecil hati oleh segala tingkah
Kekanak-kanakan mereka yang saling bertentangan;
Mengetahui bahwa munculnya hal-hal tersebut dikarenakan klesha mereka
Dan karena itu, saya akan berbaik hati (terhadap mereka).
57.
Dalam melakukan hal-hal yang bersifat bajik
Baik demi diri sendiri maupun makhluk lain
Saya akan selalu menjaga pikiran saya,
(Bertindak) tanpa kesombongan diri, bagaikan sebuah emanasi ajaib.
58.
Dengan berpikir secara berulang-ulang
Bahwa setelah begitu lama, saya telah mendapatkan kebebasan terbesar,
Demikian pula, saya akan menjaga pikiran saya
Tak tergoyahkan sekokoh Gunung Meru.


59.
Citta, jika engkau tidak bersedih
Ketika tubuh ini terseret dan tercerai-berai
Oleh burung nasar yang haus akan daging,
Lalu mengapa engkau begitu memikirkannya sekarang?


60.
Mencengkeram tubuh ini sebagai “milik saya,”
Mengapa,
citta, engkau begitu menjaganya?
Karena engkau dan tubuh ini adalah terpisah,
Apa gunanya tubuh ini bagimu?


61.
Mengapa,
citta yang bingung,
Engkau tidak menginginkan sepotong kayu yang bersih?
Apa gunanya menjaga mesin yang dipenuhi
Kotoran yang membusuk ini?


62.
Pertama-tama, secara mental pisahkan
Lapisan-lapisan kulit (dari dagingnya)
Dan lalu dengan pisau bedah
prajna,
Pisahkan daging dari kerangkanya;


63.
Dan setelah terbelah bahkan tulang-tulangnya,
Lihatlah ke dalam sumsumnya.
Selagi menganalisa ini, tanyakan dirimu,
“Di manakah sifat kehakikiannya?”


64.
Jika, meskipun mencari dengan upaya demikian
Engkau dapat memahami ketidakhakikian,
Lalu mengapa engkau masih menjaga tubuh ini sekarang
Dengan begitu banyak keterikatan?


65.
Apa gunanya tubuh ini bagimu
Jika kotoran di dalamnya tak dapat engkau makan,
Jika darahnya tak dapat engkau minum
Dan jika ususnya tak dapat engkau isap?


66.
Paling-paling tubuh ini hanyalah pantas dijaga
Untuk memberi makan burung nasar dan serigala.
(Sesungguhnya) tubuh manusia ini
Seharusnya hanya digunakan (untuk mempraktikkan kebajikan).


67.
Namun, jika engkau malah menjaganya (dengan keterikatan)
Lalu apa yang dapat engkau lakukan
Ketika tubuh ini dicuri oleh Raja Kematian
Dan diberikan pada anjing dan burung?


68.
Jika para pelayan tak diberikan baju dan sebagainya
Ketika mereka tak dapat diperkerjakan,
Lalu mengapa engkau melelahkan diri menjaga daging ini,
Mengurus tubuh ini jika akhirnya tubuh ini akan ditinggal.


69.
Jadi, setelah membayar upah tubuh ini,
Saya akan menggunakannya untuk membuat hidup saya bermakna.
Namun jika tubuh ini tak membawa manfaat,
Maka saya tidak akan memberikannya apapun.


70.
Saya akan menganggap tubuh saya sebagai perahu,
Sekedar sebagai sarana untuk datang dan pergi,
Dan demi memberi manfaat bagi semua makhluk
Mentransformasikannya menjadi tubuh pengabul keinginan.


71.
Jadi, selagi ada kebebasan untuk bertindak,
Saya akan selalu menunjukkan wajah tersenyum
Serta tidak mengerutkan wajah dan kelihatan marah;
Saya akan menjadi sahabat dan konselor bagi dunia.


72.
Saya tak akan memindahkan bangku dan sebagainya secara kasar
Tanpa mempertimbangkan orang lain,
Begitu pula membuka pintu secara kasar;
Saya akan selalu bergembira dalam kerendahan hati.


73.
Dengan bergerak tanpa suara dan hati-hati,
Burung bangau, kucing dan pencuri,
Mendapatkan apa yang ingin mereka lakukan;
Begitu juga, seorang Bodhisattva seharusnya selalu bersikap demikian.



74.
Dengan hormat, saya akan menerima dengan rasa terima kasih
Kata-kata tak diinginkan yang bermanfaat,
Dan yang secara bijak menasihati dan memperingatkanku
Sepanjang waktu saya akan menjadi murid dari semua orang.

75.
Saya akan berkata, “Itu baik,” kepada mereka semua
Yang membabarkan (Dharma) dengan baik,
Dan jika saya melihat seseorang melakukan kebaikan,
Saya akan memuji mereka dan bersenang hati.

76.
Saya akan secara terbuka membicarakan kualitas-kualitas bajik (orang lain)
Dan mengulangi apa yang diucapkan orang lain.
Jika kebajikan saya sendiri dibicarakan,
Saya akan sekedar mengetahuinya dan menyadari bahwa saya memilikinya.

77.
Semua tindakan (orang lain) adalah sumber kebahagiaan
Yang langka meskipun itu dapat dibeli dengan uang.
Karena itu, saya akan bergembira menemukan kebahagiaan
Atas hal-hal bajik yang dilakukan orang lain.

78.
(Dengan melakukan ini) saya tak akan mengalami kerugian dalam kehidupan ini
Dan dalam kehidupan-kehidupan mendatang, saya akan memperoleh kebahagiaan berlimpah.
Namun kekeliruan (karena tidak menyukai kualitas-kualitas bajik orang lain), akan membuat saya tidak bahagia dan menderita 
Dan dalam kehidupan-kehidupan mendatang, saya akan mengalami penderitaan hebat.

79.
Ketika berbicara, saya akan mengucapkan hal yang bermanfaat dari lubuk hati saya,
Menyampaikan maksud dengan jelas dan dengan ucapan yang menyenangkan.
Saya tak akan berbicara berdasarkan raga atau dvesha,
Namun berbicara dengan suara yang lembut dan secukupnya.

80.
Ketika menatap seseorang dengan mata saya,
Berpikir, "Saya akan tergugah sepenuhnya
Dengan bergantung pada makhluk ini,”
Saya akan melihat orang tersebut dengan kasih sayang dan hati terbuka.

81.
Senantiasa termotivasi oleh aspirasi agung,
Atau termotivasi oleh daya-daya penawar,


Jika saya mengarahkan upaya terhadap mereka yang mempunyai kualitas-kualitas bajik, yang
bermanfaat bagi orang lain maupun yang menderita.
Kebajikan-kebajikan agung akan dihasilkan.

82.
Saya sendiri akan melakukan apapun
Dengan prajna dan virya,
Saya tidak akan bergantung pada orang lain
Atas tindakan apapun yang saya lakukan.

83.
Saya akan menjalankan paramita-paramita seperti dana paramita dan sebagainya
Dimana paramita berikutnya lebih agung dari paramita sebelumnya.
Saya tak akan mengabaikan kebajikan yang besar demi kebajikan yang lebih kecil
Yang terpenting, saya akan melakukan apa yang paling bermanfaat bagi makhluk lain.

84.
Setelah ini dipahami dengan baik,
Saya akan senantiasa berjuang demi kebahagiaan makhluk lain.
Para Buddha telah mengajarkan bahwa seorang (Bodhisattva)
Dapat melakukan tindakan-tindakan yang tidak diperkenankan (bagi makhluk lainnya).

85.
Saya akan berbagi makanan dengan mereka yang terjatuh ke alam-alam rendah,
Mereka yang tanpa perlindungan dan para praktisi,
Dan makan secukupnya saja untuk menopang hidupku.
Saya akan memberikan semuanya, kecuali ketiga potong jubah.

86.
Tubuh ini yang digunakan demi Dharma yang suci
Seharusnya tidak disakiti hanya demi tujuan yang sepele,
Dengan bersikap demikian,
Keinginan-keinginan semua makhluk akan segera terpenuhi.

87.
Mereka yang tidak memiliki motivasi murni dari welas asih
Seharusnya tidak memberikan tubuh mereka,
Sebaliknya, dalam kehidupan ini maupun kehidupan-kehidupan mendatang,
Mereka seharusnya memberikan tubuh ini demi tercapainya tujuan agung.

88.
Dharma seharusnya tidak diajarkan kepada mereka yang tidak menghargainya,
Kepada mereka yang mengenakan kain di kepala, meskipun tidak sedang sakit,
Kepada mereka yang memakai payung, memegang tongkat atau senjata,
Kepada mereka yang kepalanya ditutupi.


89.
Tidak juga kepada seorang wanita yang tidak didampingi seorang pria.
Kepada para makhluk berkapasitas kecil, ajaran yang luas dan mendalam seharusnya tidak diberikan 
(Namun) saya akan selalu memiliki rasa hormat yang sama
Pada ajaran-ajaran Dharma yang mendasar maupun yang mendalam.

90.
Kepada seseorang yang cocok dengan Dharma yang mendalam,
Saya tidak akan menjelaskan Dharma yang sifatnya mendasar
Saya tidak meninggalkan cara hidup (Bodhisattva)
Tidak juga mengarahkan orang lain secara keliru dengan cara sutra maupun tantra.

91.
Ketika saya meludah atau membuang tusuk gigi
Saya akan menutupinya.
Begitu juga tidaklah pantas membuang air kecil dan sebagainya
Di air maupun tanah yang digunakan orang lain.

92.
Saat makan saya tidak akan mengisi mulut dengan penuh,
Makan dengan berisik atau membuka mulut dengan lebar.
Saya tidak akan duduk dengan kaki selonjor,
Atau mengosok-gosok tanganku.

93.
Saya tidak akan duduk sendirian dalam kendaraan, di atas tempat tidur
Atau di ruangan bersama isteri orang lain.
(Secara singkat), setelah menjaga atau mengetahui apa yang pantas,
Saya tidak akan melakukan apapun yang tidak disukai orang-orang di dunia.

94.
Saya tidak akan menunjukkan arah dengan satu jari,
Tetapi sebaliknya saya akan menunjukkan jalan
Secara hormat dengan tangan kanan,
Dengan seluruh jariku terjulur.

95.
Saya juga tidak akan menggerak-gerakkan tanganku,
Namun saya akan menunjukkan maksudku
Dengan isyarat sederhana dan jentikan jari.
Jika tidak, saya akan kehilangan kendali.

96.
Sebagaimana Buddha berbaring pada saat parinirvana,
Begitu juga saya berbaring di sisi kanan (saat tidur)
Dan pertama-tama dengan penuh kewaspadaan,
Bertekad kuat untuk bangun lagi segera.


97.
(Meskipun saya tak dapat mempraktikkan semua)
Keaneka-ragaman cara hidup Bodhisattva yang tidak terbatas
Paling tidak, saya pasti akan mempraktikkan
Cara hidup untuk mengembangkan pikiran ini.


98.
Tiga kali di siang hari dan tiga kali di malam hari
Saya akan melafalkan
Sutra Triskandha;Karena dengan mengandalkan para Buddha dan Bodhicitta
Kegagalan-kegagalan yang masih ada (dalam menjalankan sila) akan terpurifikasi.


99.
Apapun yang saya lakukan dalam situasi apapun,
Baik untuk diri sendiri maupun demi manfaat bagi makhluk lain,
Saya akan berjuang untuk mempraktikkan
Apapun yang telah diajarkan untuk situasi tersebut.


100.
Tiada sesuatu apapun
Yang tidak dipelajari oleh seorang Bodhisattva,
Karena itu, jika saya terampil dengan cara hidup ini
Tak ada yang menjadi tidak bajik.


101.
Baik secara langsung maupun tidak langsung, saya tidak akan melakukan apapun
Yang tidak membawa manfaat bagi makhluk lain.
Dan hanya demi kebahagiaan para makhluk,
Saya akan mendedikasikan semuanya demi Penggugahan.


102.
Meskipun harus mengorbankan hidupku,
Saya tak akan pernah meninggalkan
kalyanamitra,
Yang mahir dalam ajaran Mahayana
Dan yang merupakan seorang praktisi Bodhisattva agung.


103.
Saya akan mempercayakan diriku pada Guru saya
Dalam cara seperti diajarkan dalam
Kisah Shrisambhava.Ajaran ini dan ajaran-ajaran lainnya yang diajarkan Buddha
Dapat saya pahami dengan membaca sutra-sutra tersebut.


104.
Saya akan membaca sutra-sutra
Karena dari sanalah, praktik-praktik berasal
Untuk memulainya, saya akan membaca
Sutra Akashagarbha.


105.
Selain itu, saya pasti akan membaca
Shiksha-samuccaya secara berulang-ulang,
Karena apa yang harus dipraktikkan secara terus-menerus
Dijelaskan dengan sangat baik dan ekstensif di sana.


106.
Demikian pula, kadang kala saya akan membaca
Ringkasan Sutra-samuccaya.Dan saya akan berusaha mempelajari
Kedua teks berjudul sama yang ditulis Arya Nagarjuna.


107.
Saya akan melakukan apapun yang diperkenankan dalam teks-teks tersebut,
Dan ketika saya menemukan suatu praktik di sana,
Saya akan menjalankannya dengan sempurna
Demi mendisiplinkan orang-orang yang berpemikiran duniawi.


108.
Karakteristik jelas dari menjaga kewaspadaan,
Secara singkat, hanyalah ini;
Mengamati berulang-ulang
Kondisi tubuh dan pikiran.


109.
Karena itu, saya akan mempraktikkan cara hidup seperti ini,
Karena apa yang dapat dicapai dengan sekedar membicarakannya?
Apakah orang yang sakit akan mendapatkan manfaat
Hanya dengan membaca resep obat?
  



parivarta keempat kembali                                         lanjut ke parivarta keenam

Karma JIgme

Instagram