Pages

DN 32 - Āṭānāṭiya Sutta [Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭā ]

Dīgha Nikāya


Āṭānāṭiya Sutta


Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭā


Di terjemahkan dari pāḷi ke inggris oleh Maurice Walshe

Di terjemahkan dari inggris ke indonesia oleh Dhammacita

Nara Sumber pāḷi

DN 31 DN 32 DN 33


[194] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.1 Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Puncak Hering. Dan Empat Raja Dewa,2 bersama serombongan besar yakkha, gandhabba, kumbhaṇḍa dan nāga,3 setelah membuat pengawalan, barisan pertahanan, panjagaan di empat penjuru,4 ketika malam hampir berlalu, pergi menjumpai Sang Bhagavā, menerangi seluruh Puncak Hering dengan cahaya tubuh mereka, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Dan beberapa yakkha memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi, beberapa saling bertukar sapa dengan Beliau sebelum duduk, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk berdiam diri.5
2. Kemudian setelah duduk di satu sisi, Raja Vessavaṇa6 berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Bhagavā, ada beberapa yakkha tingkat tinggi yang tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan; dan demikian pula [195] ada yakkha peringkat menengah dan rendah yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan. Tetapi, Bhagavā, sebagian besar yakkha tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā. Mengapakah? Sang Bhagavā mengajarkan menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari pelanggaran seksual, menghindari berbohong, dan menghindari minuman keras dan obar-obat yang menyebabkan kelambanan. Tetapi sebagian besar yakhha tidak menghindari hal-hal ini, dan melakukan hal-hal ini adalah tidak disukai dan tidak menyenangkan bagi mereka. Sekarang, Bhagavā, ada para siswa Sang Bhagavā yang menetap di tengah hutan belantara yang jauh, dimana hanya ada sedikit suara atau teriakan, cocok untuk melatih diri. Dan ada yakkha tingkat tinggi yang menetap di sana yang tidak berkeyakinan kepada Sang Bhagavā. Dengan tujuan untuk memberikan kepercayaan diri kepada orang-orang ini, Sudilah Bhagavā mempelajari7 syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.’ dan Sang Bhagavā menyetujuinya dengan berdiam diri.
3. Kemudian Raja Vessavaṇa, setelah memahami persetujuan Sang Bhagavā, segera membacakan syair-syair perlindungan Āṭānāṭā:
‘Terpujilah Vipassī,8
Yang megah berpenglihatan tajam.
Terpujilah Sikhī juga,
Yang penuh belas kasihan terhadap semua makhluk.
Terpujilah Vessabhū,
Yang mandi dalam pertapaan murni.9 [196]
Terpujilah Kakusandha,
Penakluk bala tentara Māra,
Terpujilah juga Koṇāgamana
Terpujilah Kassapa,
Sang Brahmana sempurna.
Putra Sakya yang bersinar,10
Terbebaskan dalam segala hal, Terpujilah Angīrasa,
Sang Guru Dhamma
Yang mengatasi segala penderitaan.
Dan mereka yang terbebaskan dari dunia ini,11
Melihat jantung dari segala hal,
Mereka yang lembut bahasanya,
Kepadanya yang membantu para dewa dan manusia,
Perkasa dan juga bijaksana, Kepada Gotama mereka memuja:
Perkasa dan juga cerdik.
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,

4. ‘Dari titik di mana matahari muncul,
Anak Aditya, dalam pancaran gemilang,
Yang kemunculannya menyebabkan malam yang menyelimuti
Tersingkirkan dan lenyap, Sehingga dengan terbitnya matahari
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Muncullah apa yang mereka sebut Siang, Juga ada air yang banyak dan bergerak ini,
Samudra atau Lautan Bergelombang. [197]
Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Arah ini adalah Timur, atau yang Pertama:12
Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Raja dari semua gandhabba,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Dhataraṭṭha adalah namanya,
Ia memiliki banyak putra perkasa
Dihormati oleh para gandhabba. Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati.
Dipanggil Indra, raja kekuatan,
Delapan puluh, sepuluh dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama,
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh mereka menyembah “Salam, o Manusia Mulia!
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Salam kepadaMu, yang pertama di antara manusia! Dalam kebaikan Engkau menatap kami, Sering ditanya, apakah kami menghormati Gotama Sang Penakluk? –
Buddha Gotama kami menghormat!’”
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,

5. ‘Tempat yang oleh manusia disebut tempat kediaman peta,13
Pengucap kata-kata kasar, dan pemfitnah,
Pembunuh dan makhluk-makhluk serakah,
Pencuri dan penipu licik semuanya, [198]
Arah ini adalah Selatan, mereka berkata:
Itulah orang-orang menyebutnya.
Memiliki kemashyuran dan kekuasaan besar,
Arah ini dijaga oleh seorang raja, Raja dari para kumbhaṇḍa,
Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati …
Virūḷhaka adalah namanya, Dihormati oleh para kumbhaṇḍa,
(dilanjutkan seperti 4)

6. ‘Dari titik di mana matahari terbenam,
Anak Aditya, dalam pancaran agung,
Dan malam, Sang Penyelimut, seperti orang-orang mengatakan,
Yang dengannya siang berakhir Muncul lagi menggantikan siang,
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Juga air yang banyak dan bergerak ini, Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Arah ini adalah Barat, atau yang Terakhir:14
Samudra atau Lautan Bergelombang.
demikianlah orang-orang menyebutnya. [199]
Arah ini dijaga oleh seorang raja,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para nāga
Dihormati oleh naga,
Virūpakkha adalah namanya.
(dilanjutkan seperti 4).
Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati …

7. ‘Di mana negeri Kuru yang indah di Utara terletak,
Di bawah Neru perkasa yang menarik,
Di sana manusia berdiam, ras yang berbahagia,15
Tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki istri.16
Mereka tidak perlu menebar benih,
Mereka tidak perlu menarik bajak:
Dari hasil panen yang masak dengan sendirinya
Memberikan dirinya untuk dimakan manusia. Bebas dari dedak dan dari sekam,
Beraroma harum, beras terbaik, [200]
Ditanak di atas tungku batu-panas,17
Makanan demikianlah yang mereka makan.
Sapi dengan satu sadel terpasang,18
Demikianlah mereka menunggang berkeliling,
Menggunakan perempuan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;19
Menggunakan laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan gadis perawan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan anak-anak laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Dan demikianlah, dibawa oleh tunggangan demikian,
Gajah-gajah mereka tunggangi, kuda-kuda juga,
Semua wilayah mereka lintasi Untuk melayani raja mereka. Kereta-kereta yang layak untuk para dewa juga mereka miliki.
Menjulang tinggi ke angkasa:
Tandu megah tersedia Untuk para pengikut kerajaan. Kota-kota juga mereka miliki, dibangun dengan sempurna, Āṭānāṭā, Kusināṭā,
Dan Parakusināṭā. [201]
Parakusināṭā, Nāṭapuriya adalah milik mereka,
Kapīvanta di utara,
Janogha, kota-kota lainnya juga,
Navanavatiya, Ambara-
Ambaravatiya,20
Āḷakamandā, kota kerajaan,
Tetapi di mana Kuvera berdiam, raja mereka
Disebut Visāṇā, darimana sang raja
Mendapatkan nama Vessavaṇa.21
Mereka yang melakukan tugas-tugasnya adalah
Tatolā, Tattalā, Tototalā, kemudian
Sūra, Rājā, Ariṭṭha, Nemi.
Tejasi, Tatojasi, Terdapat Dharaṇī air yang perkasa,
Ketika musim hujan tiba.
Sumber awan-hujan yang tumpah Di sana ada Bhagalavati, sebuah aula
Dipenuhi banyak jenis burung,
Tempat pertemuan para yakkha, Dikelilingi pohon-pohon yang berbuah selamanya
Burung-jīva yang meneriakkan: “Hiduplah terus!”22
Di mana merak memekik dan bangau berkicau, Dan burung tekukur dengan lembut memanggil.
Dan ia yang menyanyikan: “Bergembiralah!23 [202]
Ayam hutan, kulīraka,24
Bangau hutan, burung-padi juga,
Dan burung-mynah yang menyerupai manusia,
Dan mereka yang bernama “manusia jangkungan”.
Dan di sana terletak yang selamanya indah
Arah ini adalah Utara, mereka berkata:
Danau-seroja Kuvera yang indah.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Itu adalah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Dan Kuvera adalah namanya,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para yakkha,
Ia memiliki banyak putera kuat
Dihormati oleh para yakkha, Nyanyian dan tarian mereka ia nikmati.
Dipanggil Indra, raja kekuatan,
Delapan puluh, sepuluh dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama,
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh mereka bersujud “Salam, o Manusia Mulia!
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Salam kepadaMu, Yang Pertama di antara manusia! Dalam kebaikan Engkau menatap kami, Sering ditanya, apakah kami menghormati Gotama Sang Penakluk? –
Buddha Gotama kami menghormat!’”’ [203]
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,
8. ‘Ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman. Dan jika bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga mempelajari syair-syair ini dengan baik dan menghapalkannya dalam hati, maka jika makhluk bukan manusia mana pun juga, yakkha laki-laki atau perempuan atau anak-anak yakkha, atau pemimpin pelayan atau pelayan yakkha, gandhabba laki-laki atau perempuan, …kumbhaṇḍa, … nāga, … mendatangi orang itu dengan niat jahat ketika ia sedang berjalan atau hendak berjalan, berdiri atau hendak berdiri, duduk atau hendak duduk, berbaring atau hendak berbaring, maka makhluk bukan manusia itu tidak akan dihormati dan disembah di desa atau pemukiman. Makhluk itu tidak akan mendapatkan tempat tinggal di ibukotaku Āḷakamandā, ia tidak akan diizinkan menghadiri pertemuan para yakkha, juga tidak diterima dalam suatu pernikahan. Dan semua makhluk bukan manusia, dengan kemarahan, akan mengecamnya. Kemudian mereka akan membungkukkan kepalanya seperti mangkuk kosong, dan mereka akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping.25
9. ‘Ada, Yang Mulia, beberapa makhluk bukan manusia, yang ganas, liar dan mengerikan. Mereka tidak mematuhi Raja-rajanya, juga tidak kepada para menterinya, juga tidak kepada para pelayannya. Mereka dikatakan [204] memberontak melawan Raja-raja Dewa. Bagaikan pemimpin-penjahat yang ditaklukkan oleh Raja Magadha tidak mematuhi Raja Magadha, atau menterinya atau pelayannya, demikian pula mereka bersikap. Sekarang jika ada yakkha atau anak-anak yakkha yang manapun, … gandhabba, … mendatangi bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun dengan niat jahat, maka orang itu harus waspada, memanggil dan meneriakkan nama para yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal mereka, dengan mengatakan: “Yakkha ini telah menangkapku, menyakitiku, mencelakaiku, melukaiku dan tidak melepaskan aku!”
10. ‘Yang manakah yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal yakkha itu? Mereka adalah:
Inda, Soma, Varuṇa,
Bhāradvāja, Pajāpati,
Candana, Kāmaseṭṭha,
Kinnughaṇḍu dan Nighaṇḍu,
Panāda, Opamañña, Devasutta, Mātali,
Naḷa, Rājā, Janesabha,
Cittasena Sang Gandhabba, Sātāgira, Hemavata,
Puṇṇaka, Karatiya, Gula, [205]
Sīvaka, Mucalinda juga,
Vessāmitta, Yugandhara,
Gopāla, Suppagedha juga,
Hirī, Netti dan Mandiya, Pañcālacaṇḍa, Āḷavaka,
Kemudian Mānicara, Dīgha,
Pajunna, Sumana, Sumukha, Dadimukha, Maṇi juga,
Dan, yang terakhir, Serissaka.26
Ini adalah yakkha, yakkha tinggi, para pemimpin dan jenderal yakkha yang harus dipanggil jika terjadi serangan demikian.
11. ‘Dan ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman. Dan sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi: kami mempunyai banyak tugas, banyak hal yang harus dikerjakan.’ ‘Lakukanlah Raja, apa yang kalian anggap baik.’
Dan Empat Raja Dewa berdiri, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana. Dan para yakkha berdiri, dan beberapa memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana, dan beberapa saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, [206] beberapa memberi hormat kepada Beliau dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan mereka semuanya lenyap.
12. Dan ketika malam berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, tadi malam Empat Raja Dewa … mendatangiKu … (ulangi seluruh paragraf 1-11).
13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghapalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.’
Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.

Catatan Kaki
  1. Ini adalah Paritta (Sinhala pirit), sekumpulan syair-syair perlindungan (‘mantra penangkal’ oleh RD). Penganut keaslian mungkin terkejut mengetahui bahwa ini bukan saja terdapat dalam ‘Buddhisme populer’ tetapi juga dianggap suci di dalam Kanon; tetapi Mrs Rhys Davids memberikan pembelaan atas hal ini dalam pendahuluan atas terjemahannya dari Sutta ini. Ia mengutip daftar kanonis dari paritta, dan daftar yang sama juga terdapat dalam VM 13.31: Ratana Sutta (Sn 222ff, Khp 6), Khandha Paritta (AN 4.67), Dhajagga Paritta (SN 11.1.3), dan Mora Paritta (Ja 159), di samping Sutta ini. Sutta-sutta ini dikatakan efektif di seluruh sepuluh ribu alam semesta. Akan tetapi, DA, menasehatkan penggunaan Metta Sutta dalam urutan pertama, kemudian Dhajagga dan Ratana Sutta. Hanya jika, setelah seminggu, Sutta-sutta ini tidak bekerja, maka Āṭānāṭiya boleh digunakan – yang tidak akan berguna dalam kasus darurat yang berlawanan dengan apa yang terdapat dalam naskah ini! Tetapi disebutkannya Metta Sutta menjadi menarik karena Khandha Sutta (dibabarkan setelah seorang bhikkhu tewas karena gigitan ular) mengajarkan praktik cinta kasih kepada semua makhluk sebagai suatu bentuk perlindungan-diri. Seperti halnya pernyataan benar tertentu, Sutta ini dapat memberikan hasil yang berkekuatan. Baca Piyadassi Thera, The Book of Protection (BPS 1975).
    Versi Tibet dari Sutta ini juga ada, dan potongan versi Sanskrit telah ditemukan di Asia Tengah, namun agak berbeda dengan Pali. Dikutip dengan terjemahan oleh K. Saha, Buddhism in Central Asia (Calcutta 1970), 47-49. Ini mengandung rujukan pada ‘Āṭānāṭī yang sangat terkenal’, dan ‘inti dari Āṭānāṭi dalam mendukung segala tindakan …’ seolah-olah ini adalah suatu individu, walaupun menurut naskah ini dan DA, Āṭānāṭā adalah sebuah kota.
    Sutta ini digunakan dalam siatusi-situasi khusus di negera-negara penganut Buddhisme Theravada. Seperti di Thailand, dibacakan pada Tahun Baru, bersama dengan Mahāsamaya Sutta (DN 20, yang memiliki banyak kemiripan) dan Dhammacakkappavattana Sutta (SN 56.12.2, Khotbah Pertama Sang Buddha). Versi Thai juga mengandung bagian pendahuluan non-kanonis yang berisi pujian kepada dua puluh satu Buddha sebelumVipassī, mundur hingga Dīpankara, yang darinya Calon Buddha Gotama pertama kali meninggalkan keduniawian, dan bahkan hingga tiga Buddha sebelumnya. Baca juga K.R. Norman, Pali Literature (Wiesbaden 1983), 173ff.
  2. Cf. DN 18.11. 
  3. Baca Pendahuluan p.45. . Empat kelompok yang disebutkan beserta para pengikutnya. 
  4. Pertahanan atas empat penjuru adalah tugas khusus dari Empat Raja Dewa. Akan tetapi, kita dapat melihat dari lawannya ‘perlindungan empat penjuru’, dan asosiasi dari empat penjuru itu dalam DN 31. 
  5. Seperti dalam DN 4.9 dan di tempat lainnya, menunjukkan berbagai tingkai komitmen atau sebaliknya dari mereka yang tunduk kepada Sang Buddha. Dalam hal para yakkha, posisi ini dijelaskan dalam paragraf 2.
  6. Raja Dewa dari Utara (cf. DN 18.11ff.). 
  7. DA dengan hati-hati menjelaskan bahwa Sang Buddha tidak benar-benar perlu mempelajarinya, namun sekedar menerimanya untuk alasan pengajaran. 
  8. Naskah kanonis dimulai dari Vipasī, tujuh Buddha dan sembilan puluh satu kappa sebelum Buddha Gotama. Bagian pendahuluan versi Thai, mundur jauh sebelumnya, tentu saja berasal dari sumber yang lebih baru. 
  9. Ini lebih harfiah daripada versi RD ‘petapa, murni sepenuhnya’. 
  10. Istilah angīrasa ‘bersinar’ berlaku untuk semua Buddha yang disebutkan. 
  11. DA jelas tidak dapat memastikan, apakah hanya para Buddha, atau semua Arahant yang dimaksudkan.
  12. Purima dapat berarti ‘pertama’ (atau ‘yang lebih dulu’) dan juga ‘timur’. 
  13. Ini sering disebut ‘hantu kelaparan’. Keseluruhan buku Khuddaka Nikāya, Petavatthu, menjelaskan tentang mereka. Tiga baris berikutnya merujuk pada karakter kehidupan mereka, yang mengakibatkan kondisi kesengsaraan mereka sekarang. Mereka berada di selatan karena mereka dibawa keluar melalui gerbang selatan kota (seperti DN 23.7). 
  14. Pacchima dapat berarti ‘terakhir’ (atau ‘yang belakangan’) dan juga ‘barat’. 
  15. Terlihat aneh bagi kita bahwa wilayah mitos yang sempurna ini (dianggap masih ada, walaupun hampir tidak dapat dijangkau) sepertinya terletak di utara, di segala arah, namun di daerah Tropis hal ini sangat normal. Belakangan, dengan kemajuan pengetahuan geografis, wilayah ini terletak di tempat yang sebaliknya. Keseluruhan mitos ini, tentu saja, telah ada pada masa sebelum Buddhisme. 
  16. Penghuni wilayah ini, walaupun jelas belum tercerahkan, namun memiliki moral yang baik. 
  17. Tuṇḍikīre: dijelaskan demikian oleh DA (yang sekarang lebih dikenal dengan ‘tandoori’?) 
  18. Tidak jelas dalam DA. 
  19. Satu-satunya komentar relevan DA adalah bahwa ‘orang yang berpikiran benar tidak akan melakukan hal ini’. Ciri ini, yang mengacaukan gambaran idealis, tetap menjadi bahan pertanyaan yang tidak terjelaskan.
  20. DA memaksa bahwa Ambara-Ambaravatiya adalah satu nama. 
  21. Dengan demikian ia memiliki dua nama, Kuvera dan Vessavaṇa. 
  22. Jīva berarti ‘hidup!’ sejenis ayam hutan. 
  23. Burung ini menyerukan ‘Uṭṭhehi citte!’ ‘bergembiralah!’ 
  24. Meragukan: arti biasa dari kata ini adalah ‘kepiting’. 
  25. Seperti dalam DN 3.1.20. 
  26. Daftar heterogen yang aneh, mengandung beberapa dewa dan para bijaksana terkenal – jelas dimaksudkan untuk memperlihatkan pengaruh Sang Buddha. RD memberikan referensi lengkap

Karma JIgme

Instagram