Pages

D 3861- དབུ་མ་ལ་འཇུག་པ་ཞེས་བྱ་བ། [madhyamakāvatāra-nāma]

Penghormatan kepada  Yang  Mulia  Pangeran muda Mañjuśrī.

Śrāvaka dan  Buddha tingkat menengah [Pratekya Buddha] muncul dari  Sang Raja Muni, Buddha  terlahir dari Bodhisattva, dari pikiran  welas kasih,  pengetahuan non dualitas ,dan  bodhicitta  yang merupakan  akar dari  silsilah  para  Penakluk [1.1]

Karena saya  menegaskan bahwa cinta kasih merupakan  benih  yang menghasilkan panen berlimpah dari  Para Penakluk ,  hal ini  seperti air yang menyebabkan [benih ini ] tumbuh dengan subur . dan mematangkan [buah] yang dapat  dinikmati  dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu , saya memuji welas kasih  diurutan pertama [1.2]

Pertama, berpikir mengenai  "aku," mereka  menggengam dengan erat pada diri.  Kemudian , berpikir mengenai “ ini adalah milikku,” maka  timbul  keterikatan pada objek . Para makhluk  ini menjadi  tidak berdaya,  berputar  dalam  pusaran air yang  deras . Oleh sebab itu , saya memuji welas kasih  terhadap para pengembara ini. [1.3]

Para makhluk  ini  seperti bulan di permukaan air yang  beriak ,mereka terus  bergerak , dan kosong dari intrinsitik [esensi].  Silsilah  para Penakluk melihat hal ini  dan dalam rangka untuk  membebaskan  semua makhluk ini dengan sempurna maka pikiran mereka dipenuhi dengan welas kasih [1.4]

Dengan mendedikasikan  kualitas kebajikan mereka sepenuhnya melalui  Aspirasi  dari Samantabhadra, Mereka berdiam dalam  [tanah] penuh dengan sukacita [pramuditābhūmi]  yang disebut sebagai [tanah] pertama ,  setelah mencapai tanah ini , mereka disebut dengan istilah  bodhisattva [1. 5]

Mereka terlahir kembali  ke dalam silsilah Tathāgata [tathāgatagotra] dan melepaskan tiga melepaskan tiga keterikatan [belenggu]  Para Bodhisattva ini penuh dengan sukacita , yang dapat menyebabkan seratus dunia bergoncang. [1.6]

Mereka melangkah maju dari tanah ke tanah, bergerak secara bertahap  menuju ke arah yang  lebih tinggi dengan fasih. Pada saat itu, semua jalur ke ranah eksistensi  yang lebih rendah  telah disegel dengan rapat. Pada saat itu, semua tanah individual biasa [pṛthagjana] menguap . Mereka diajarkan untuk seperti  dalam tanah ke delapan  dari Para Mulia. [1.7]

Walaupun mereka hanya berdiam dalam  tahapan pertama  bodhicitta yang sempurna. Melalui  kualitas kebajikan mereka yang terus meningkat dengan sempurna, mereka telah bersinar lebih cemerlang dibandingkan dengan  kemunculan dari Sravaka dan Pratekya Buddha. Pada saat mencapai  tanah pergi jauh [dūraṃgamābhūmi] , pengetahuan mereka juga telah menjadi mulia  [1.8]

Pada saat itu, penyebab  pertama dari kesempurnaan penggugahan , yakni  kemurahan hati [dāna] menjadi  yang terpenting. Pada saat seseorang menjadi sangat  berantusias bahkan rela memberikan daging mereka sendiri, Hal ini merupakan  pertanda dari sesuatu yang jarang terlihat secara umum  . [1.9]

Semua makhluk sangat menginginkan kebahagiaan, namun untuk manusia, tidak ada kebahagiaan tanpa objek yang dapat dinikmati. Dengan mengetahui bahwa semua objek ini muncul dari kemurahan hati maka  Bhagavan menguraikan  kemurahan hati  dalam urutan pertama  [1.10]

Bahkan untuk  mereka yang  kurang memiliki welas kasih , bertemperamen tinggi , dan   hanya  berfokus pada kepentingan mereka sendiri, dan semua yang mereka inginkan dari objek yang dapat dinikmati ini berasal dari kemurahan hati. [1.11]

Untuk mereka,  yang selalu  melakukan  derma,  Suatu hari akan bertemu  dan menerima ajaran dari para  Mulia. Setelah itu, mereka berhasil memotong  tuntas  semua arus  penyebab  eksistensi  ,melangkah maju menuju kedamaian dan mencapai hasil .[1.12]

Bagi mereka yang  berkomitmen untuk memberikan manfaat pada semua  makhluk hidup, akan lebih cepat mencapai kebahagian melalui aktivitas kemurahan hati .  Hal ini berlaku untuk  mereka yang memiliki welas kasih ataupun tidak  memiliki welas kasih. Oleh sebab itu , kemurahan hati itu terpenting [1.13]

Jika kebahagian  yang dirasakan oleh silsilah para Penakluk  pada saat hanya mendengar "Tolong berikan kepada saya"   tidak mampu  mengimbangi   suka cita yang dirasakan oleh para Mulia  pada saat  memasuki kedamaian .  Untuk apa kita masih menyebutkan  kebahagian dalam memberikan semuanya ? [1.14]

Ketika mengalami rasa sakit pada saat memotong dan memberikan daging mereka sendiri, ataupun melihat penderitaan yang dialami oleh makhluk  lain , baik dalam neraka ataupun ranah eksistensi lainnya melalui pengalaman mereka sendiri. Oleh sebab itu ,  mereka  bersedia untuk menggantikannya dengan diri mereka sendiri untuk mengakhiri semua penderitaan [makhluk ini]  [1.15]

Kemurahan hati  yang  kosong dari ketiga aspek ini : barang pemberian penerima, dan pemberi  dikenal sebagai kesempurnaan yang melampaui keduniawian . Kemurahan hati yang masih melekat pada  ketiga aspek ini diuraikan sebagai kesempurnaan keduniawian [1.16]

Dengan cara seperti  ini, silsilah para Penakluk berdiam  sepenuhnya dalam bodhicitta, dan melalui tanah yang menggagumkan ini, cahaya sukacita bersinar dengan indah. Tanah penuh dengan sukacita [pramuditābhūmi]  seperti permata kristal air , yang menghilangkan dengan sempurna  semua  penghalang dari  kegelapan,  Inilah yang disebut sebagai kemenangan. [1.17]

Akhir dari bagian :  Pengembangan bodhicitta tahapan pertama , memasuki jalan tengah 


Karena mereka memiliki kualitas moralitas [sīla] yang tinggi, maka mereka mampu menahan diri dari moralitas yang menyimpang  bahkan dalam mimpi mereka.  Aktivitas  dari  jasmani, ucapan, dan pikiran mereka telah  murni. Mereka mengakumulasi  sepuluh aspek kebajikan [2.1]

Sepuluh aspek kebajikan ini telah disempurnakan [pengembangan bodhicitta tahapan pertama] sebelumnya, tetapi dalam [tanah] ini [sepuluh aspek]  ini  menjadi yang tertinggi  karena sangat murni , seperti bulan dimusim  gugur,  para  bodhisattva menjadi tidak ternoda  dan dihiasi oleh cahaya kedamaian. [2.2]

Tetapi jika mereka memandang diri mereka sebagai praktisi moralitas yang tidak ternoda , maka moralitas mereka tidak akan murni sama sekali. Oleh sebab itu, Bodhisattva selalu sempurna dan bebas dari aktivitas pikiran dualistik  dalam tiga ranah [2.3]

Yang memiliki kenikmatan dari hasil kemurahan hati, namun tetap berada  di ranah eksistensi yang tidak menyenangkan, datang  kembali  karena degenerasi  dalam aspek moralitas  .Pada saat modal dan bunga telah habis maka seseorang  ini  tidak akan menerima kenikmatan lagi.[2.4]

Pada saat seseorang  telah memiliki kondisi yang mendukung pembebasan.  Jika  seseorang  ini tidak melindungi diri sendiri dengan baik  maka akan jatuh kembali ke dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan.Pada saat seseorang jatuh kedalam jurang yang sangat dalam dan tidak berdaya untuk melepaskan diri  . Lantas , siapakah yang akan mengangkat dan  mengeluarkan  mereka kembali  dari kondisi yang demikian ?[2.5]

Oleh sebab itu , setelah menguraikan   kemurahan hati,  Bhagavan  juga  menguraikan bahwa aspek ini harus diikuti dengan moralitas . Pada saat kualitas kebajikan ini  berkembang dalam aspek moralitas maka  kenikmatan dari  buah ini tidak akan pernah padam. [2.6]

Bagi indivual biasa , mereka yang lahir dari  Śrāvaka,  mereka yang mengarah pada Pratekya Buddha, dan  silsilah dari para Penakluk,  Penyebab dari   [kelahiran] di ranah eksistensi yang lebih tinggi dan kepastian  kualitas kebajikan ini  tidak lain adalah moralitas. [2.7]

Seperti samudra  yang dipenuhi  dengan jenazah , seperti sesuatu yang menguntungkan dan tidak menguntungkan  yang tidak dapat eksis   dalam waktu bersamaan,  Mahasattva yang  telah menguasai moralitas  dengan sempurna  tidak akan berdiam bersama dalam moralitas yang  tidak  baik. [2.8]

Jika ada  moralitas yang masih berfokus pada  tiga aspek ini – yang melepaskan, hal yang dilepaskan, dan  kepada siapa hal ini dilepaskan  maka moralitas ini diuraikan sebagai  moralitas keduniawian  dan moralitas yang  telah kosong dari kemelekatan akan ketiga aspek ini disebut sebagai moralitas yang melampaui keduniawian [2.9]

Silsilah para Penakluk ini turun dari  sinar bulan moralitas , tidak berada dalam siklus eksistensi, namun mereka  merupakan kemuliaan dari  siklus  eksistensi. Mereka  bebas dari noda. Oleh sebab itu , tanah ini disebut sebagai  tahapan tidak ternoda [vimalābhūmi]  yang seperti cahaya bulan di musim gugur, mereka meredakan  penderitaan mendalam yang berasal  dari pikiran makhluk hidup itu sendiri [2.10]

Akhir dari bagian :  Pengembangan bodhicitta tahapan kedua  , memasuki jalan tengah 

Karma JIgme

Instagram