Penghormatan kepada Yang Mulia Pangeran muda Mañjuśrī.
Śrāvaka dan Buddha tingkat menengah [Pratekya Buddha] muncul dari Sang Raja Muni, Buddha terlahir dari Bodhisattva, dari pikiran welas kasih, pengetahuan non dualitas ,dan bodhicitta yang merupakan akar dari silsilah para Penakluk [1.1]
Karena saya menegaskan bahwa cinta kasih merupakan benih yang menghasilkan panen berlimpah dari Para Penakluk , hal ini seperti air yang menyebabkan [benih ini ] tumbuh dengan subur . dan mematangkan [buah] yang dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu , saya memuji welas kasih diurutan pertama [1.2]
Pertama, berpikir mengenai "aku," mereka menggengam dengan erat pada diri. Kemudian , berpikir mengenai “ ini adalah milikku,” maka timbul keterikatan pada objek . Para makhluk ini menjadi tidak berdaya, berputar dalam pusaran air yang deras . Oleh sebab itu , saya memuji welas kasih terhadap para pengembara ini. [1.3]
Para makhluk ini seperti bulan di permukaan air yang beriak ,mereka terus bergerak , dan kosong dari intrinsitik [esensi]. Silsilah para Penakluk melihat hal ini dan dalam rangka untuk membebaskan semua makhluk ini dengan sempurna maka pikiran mereka dipenuhi dengan welas kasih [1.4]
Dengan mendedikasikan kualitas kebajikan mereka sepenuhnya melalui Aspirasi dari Samantabhadra, Mereka berdiam dalam [tanah] penuh dengan sukacita [pramuditābhūmi] yang disebut sebagai [tanah] pertama , setelah mencapai tanah ini , mereka disebut dengan istilah bodhisattva [1. 5]
Mereka terlahir kembali ke dalam silsilah Tathāgata [tathāgatagotra] dan melepaskan tiga melepaskan tiga keterikatan [belenggu] Para Bodhisattva ini penuh dengan sukacita , yang dapat menyebabkan seratus dunia bergoncang. [1.6]
Mereka melangkah maju dari tanah ke tanah, bergerak secara bertahap menuju ke arah yang lebih tinggi dengan fasih. Pada saat itu, semua jalur ke ranah eksistensi yang lebih rendah telah disegel dengan rapat. Pada saat itu, semua tanah individual biasa [pṛthagjana] menguap . Mereka diajarkan untuk seperti dalam tanah ke delapan dari Para Mulia. [1.7]
Walaupun mereka hanya berdiam dalam tahapan pertama bodhicitta yang sempurna. Melalui kualitas kebajikan mereka yang terus meningkat dengan sempurna, mereka telah bersinar lebih cemerlang dibandingkan dengan kemunculan dari Sravaka dan Pratekya Buddha. Pada saat mencapai tanah pergi jauh [dūraṃgamābhūmi] , pengetahuan mereka juga telah menjadi mulia [1.8]
Pada saat itu, penyebab pertama dari kesempurnaan penggugahan , yakni kemurahan hati [dāna] menjadi yang terpenting. Pada saat seseorang menjadi sangat berantusias bahkan rela memberikan daging mereka sendiri, Hal ini merupakan pertanda dari sesuatu yang jarang terlihat secara umum . [1.9]
Semua makhluk sangat menginginkan kebahagiaan, namun untuk manusia, tidak ada kebahagiaan tanpa objek yang dapat dinikmati. Dengan mengetahui bahwa semua objek ini muncul dari kemurahan hati maka Bhagavan menguraikan kemurahan hati dalam urutan pertama [1.10]
Bahkan untuk mereka yang kurang memiliki welas kasih , bertemperamen tinggi , dan hanya berfokus pada kepentingan mereka sendiri, dan semua yang mereka inginkan dari objek yang dapat dinikmati ini berasal dari kemurahan hati. [1.11]
Untuk mereka, yang selalu melakukan derma, Suatu hari akan bertemu dan menerima ajaran dari para Mulia. Setelah itu, mereka berhasil memotong tuntas semua arus penyebab eksistensi ,melangkah maju menuju kedamaian dan mencapai hasil .[1.12]
Bagi mereka yang berkomitmen untuk memberikan manfaat pada semua makhluk hidup, akan lebih cepat mencapai kebahagian melalui aktivitas kemurahan hati . Hal ini berlaku untuk mereka yang memiliki welas kasih ataupun tidak memiliki welas kasih. Oleh sebab itu , kemurahan hati itu terpenting [1.13]
Jika kebahagian yang dirasakan oleh silsilah para Penakluk pada saat hanya mendengar "Tolong berikan kepada saya" tidak mampu mengimbangi suka cita yang dirasakan oleh para Mulia pada saat memasuki kedamaian . Untuk apa kita masih menyebutkan kebahagian dalam memberikan semuanya ? [1.14]
Ketika mengalami rasa sakit pada saat memotong dan memberikan daging mereka sendiri, ataupun melihat penderitaan yang dialami oleh makhluk lain , baik dalam neraka ataupun ranah eksistensi lainnya melalui pengalaman mereka sendiri. Oleh sebab itu , mereka bersedia untuk menggantikannya dengan diri mereka sendiri untuk mengakhiri semua penderitaan [makhluk ini] [1.15]
Kemurahan hati yang kosong dari ketiga aspek ini : barang pemberian penerima, dan pemberi dikenal sebagai kesempurnaan yang melampaui keduniawian . Kemurahan hati yang masih melekat pada ketiga aspek ini diuraikan sebagai kesempurnaan keduniawian [1.16]
Dengan cara seperti ini, silsilah para Penakluk berdiam sepenuhnya dalam bodhicitta, dan melalui tanah yang menggagumkan ini, cahaya sukacita bersinar dengan indah. Tanah penuh dengan sukacita [pramuditābhūmi] seperti permata kristal air , yang menghilangkan dengan sempurna semua penghalang dari kegelapan, Inilah yang disebut sebagai kemenangan. [1.17]
Akhir dari bagian : Pengembangan bodhicitta tahapan pertama , memasuki jalan tengah
Karena mereka memiliki kualitas moralitas [sīla] yang tinggi, maka mereka mampu menahan diri dari moralitas yang menyimpang bahkan dalam mimpi mereka. Aktivitas dari jasmani, ucapan, dan pikiran mereka telah murni. Mereka mengakumulasi sepuluh aspek kebajikan [2.1]
Sepuluh aspek kebajikan ini telah disempurnakan [pengembangan bodhicitta tahapan pertama] sebelumnya, tetapi dalam [tanah] ini [sepuluh aspek] ini menjadi yang tertinggi karena sangat murni , seperti bulan dimusim gugur, para bodhisattva menjadi tidak ternoda dan dihiasi oleh cahaya kedamaian. [2.2]
Tetapi jika mereka memandang diri mereka sebagai praktisi moralitas yang tidak ternoda , maka moralitas mereka tidak akan murni sama sekali. Oleh sebab itu, Bodhisattva selalu sempurna dan bebas dari aktivitas pikiran dualistik dalam tiga ranah [2.3]
Yang memiliki kenikmatan dari hasil kemurahan hati, namun tetap berada di ranah eksistensi yang tidak menyenangkan, datang kembali karena degenerasi dalam aspek moralitas .Pada saat modal dan bunga telah habis maka seseorang ini tidak akan menerima kenikmatan lagi.[2.4]
Pada saat seseorang telah memiliki kondisi yang mendukung pembebasan. Jika seseorang ini tidak melindungi diri sendiri dengan baik maka akan jatuh kembali ke dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan.Pada saat seseorang jatuh kedalam jurang yang sangat dalam dan tidak berdaya untuk melepaskan diri . Lantas , siapakah yang akan mengangkat dan mengeluarkan mereka kembali dari kondisi yang demikian ?[2.5]
Oleh sebab itu , setelah menguraikan kemurahan hati, Bhagavan juga menguraikan bahwa aspek ini harus diikuti dengan moralitas . Pada saat kualitas kebajikan ini berkembang dalam aspek moralitas maka kenikmatan dari buah ini tidak akan pernah padam. [2.6]
Bagi indivual biasa , mereka yang lahir dari Śrāvaka, mereka yang mengarah pada Pratekya Buddha, dan silsilah dari para Penakluk, Penyebab dari [kelahiran] di ranah eksistensi yang lebih tinggi dan kepastian kualitas kebajikan ini tidak lain adalah moralitas. [2.7]
Seperti samudra yang dipenuhi dengan jenazah , seperti sesuatu yang menguntungkan dan tidak menguntungkan yang tidak dapat eksis dalam waktu bersamaan, Mahasattva yang telah menguasai moralitas dengan sempurna tidak akan berdiam bersama dalam moralitas yang tidak baik. [2.8]
Jika ada moralitas yang masih berfokus pada tiga aspek ini – yang melepaskan, hal yang dilepaskan, dan kepada siapa hal ini dilepaskan maka moralitas ini diuraikan sebagai moralitas keduniawian dan moralitas yang telah kosong dari kemelekatan akan ketiga aspek ini disebut sebagai moralitas yang melampaui keduniawian [2.9]
Silsilah para Penakluk ini turun dari sinar bulan moralitas , tidak berada dalam siklus eksistensi, namun mereka merupakan kemuliaan dari siklus eksistensi. Mereka bebas dari noda. Oleh sebab itu , tanah ini disebut sebagai tahapan tidak ternoda [vimalābhūmi] yang seperti cahaya bulan di musim gugur, mereka meredakan penderitaan mendalam yang berasal dari pikiran makhluk hidup itu sendiri [2.10]
Akhir dari bagian : Pengembangan bodhicitta tahapan kedua , memasuki jalan tengah