Pages

MA 40 - 手長者 [ Perumah Tangga Hatthaka]

Demikianlah telah kudengar: 

Suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Aggāḷava dekat Āḷavī, di sebuah hutan kayu keras (simsapa).

Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka, ditemani oleh lima ratus perumah tangga terkemuka, pergi menemui Sang Buddha. Ia memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha dan duduk pada satu sisi. Lima ratus perumah tangga itu juga memberikan penghormatan dengan kepala mereka pada kaki Sang Buddha dan duduk pada satu sisi.

Sang Bhagavā berkata: “Perumah tangga Hatthaka, sekarang engkau bersama suatu perkumpulan yang demikian besar. Dengan kualitas apakah engkau [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar?”

Kemudian perumah tangga Hatthaka menjawab:

“Sang Bhagavā, terdapat empat kualitas untuk mengumpulkan orang-orang yang diajarkan Sang Bhagavā. Pemberian yang bermurah hati adalah yang pertama, mengucapkan kata-kata yang ramah adalah yang kedua, memberikan nasehat yang bermanfaat adalah yang ketiga, dan tidak memihak adalah yang keempat. Sang Bhagavā, aku [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar dengan pemberian yang bermurah hati, atau dengan mengucapkan kata-kata yang ramah, atau dengan memberikan nasehat yang bermanfaat, atau dengan tidak memihak.”

Sang Bhagavā berkata dengan pujian:

“Sangat bagus! Sangat bagus! Perumah tangga Hatthaka, engkau [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar sesuai dengan Dharma, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar melalui cara-cara yang tepat, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar melalui sebab dan kondisi yang tepat.

“Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa lampau, yang mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.

“Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa yang akan datang, yang akan mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya akan menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.

“Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa sekarang, yang mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.”

Kemudian Sang Bhagavā mengajarkan Dharma kepada perumah tangga Hatthaka, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah menggunakan tak terhitung cara terampil untuk mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [Sang Buddha] tetap berdiam diri.

Kemudian perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengelilingi Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

Pada waktu itu, perkumpulan dalam Aula Sudhamma, para dewa tiga-puluh-tiga memuji perumah tangga Hatthaka, dengan berkata:

“Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

“Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

“Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.”

Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata:

“Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian:

“Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

“Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

“Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik. Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.”

Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka tetap berdiam diri, ia tidak berbicara dan tidak melihat atau menatapi raja dewa agung, Vessavaṇa. Mengapa demikian? Karena penghormatan terhadap konsentrasinya, untuk menjaga konsentrasinya.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā memuji perumah tangga Hatthaka dalam perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang, dengan berkata:

“Perumah tangga Hatthaka memiliki tujuh kualitas yang mengagumkan dan menakjubkan.

“Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma olehku, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepadaku, dan setelah mengelilingiku tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

“Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

“Hari ini karena dirinya para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirinya demikian:

“Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

“Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

“Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata:

“Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, “Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

““Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

““Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

““Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

““Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

““Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.”

Kemudian saat fajar, ketika malam telah berakhir, seorang bhikkhu tertentu memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi ke rumah perumah tangga Hatthaka. Melihat bhikkhu itu dari jauh, perumah tangga Hatthaka bangkit dari tempat duduknya. Dengan merangkap telapak tangan [untuk menghormat] kepada bhikkhu itu, ia berkata, “Selamat datang, yang mulia! Yang mulia belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan mengambil tempat duduk di dipan ini.”

Kemudian bhikkhu itu mengambil tempat duduk di dipan itu. Perumah tangga Hatthaka memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki bhikkhu itu dan duduk pada satu sisi. Bhikkhu itu berkata:

“Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Dalam perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang Sang Bhagavā memuji dirimu dengan berkata, “Perumah tangga Hatthaka memiliki tujuh kualitas luar biasa.

“Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma olehku, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepadaku, dan setelah mengelilingiku tiga kali, pergi dan kembali ke rumah. Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

“Hari ini karena dirinya para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, ‘Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.”

‘Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

‘Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

‘Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

‘Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata, ‘Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, “Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.”

‘Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

‘Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

‘Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

‘Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

‘Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih … dengan kegembiraan empatik … dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik’.”

“Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka tetap berdiam diri, ia tidak berbicara dan tidak melihat atau menatapi raja dewa yang agung, Vessavaṇa. Mengapa demikian? Karena penghormatan terhadap konsentrasinya, untuk menjaga konsentrasinya.”

Kemudian perumah tangga Hatthaka berkata kepada bhikkhu itu, “Yang mulia, pada waktu itu [ketika Sang Buddha memujiku demikian] apakah terdapat umat awam yang hadir?”

Bhikkhu itu menjawab, “Tidak, tidak ada umat awam yang hadir,” dan bertanya, “Apakah kesalahan yang terjadi jika terdapat umat awam yang hadir?”

Perumah tangga itu menjawab:

“Yang mulia, jika terdapat mereka yang tidak memiliki keyakinan terhadap apa yang dikatakan Sang Bhagavā, mereka akan selama waktu yang lama tidak mendapatkan manfaat darinya, tidak dapat menerimanya, dan akan terlahir ke alam kehidupan yang sangat buruk, dengan mengalami penderitaan yang tak terukur. Jika terdapat mereka yang memiliki keyakinan terhadap apa yang dikatakan Sang Bhagavā, karena hal itu mereka mungkin datang untuk memuliakan, menghormati, dan memberikan penghormatan kepadaku. [Tetapi], yang mulia, aku tidak menginginkan bahwa mereka seharusnya [melakukan] demikian juga. Yang mulia, silahkan memakan makanan anda di sini.”

Demi kepentingan perumah tangga Hatthaka, bhikkhu itu menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa bhikkhu itu telah menerima undangannya dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Hatthaka bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci. Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [bhikkhu itu] selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Hatthaka] mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.

Bhikkhu itu mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [bhikkhu itu] bangkit dari tempat duduknya dan pergi. Ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], ia duduk pada satu sisi dan melaporkan secara terperinci percakapan yang ia lakukan dengan perumah tangga Hatthaka.

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

“Karena alasan ini aku memuji perumah tangga Hatthaka, [dengan mengatakan] bahwa ia memiliki tujuh kualitas luar biasa. Lebih lanjut, kalian seharusnya mengetahui bahwa perumah tangga Hatthaka memiliki kualitas luar biasa kedelapan. Perumah tangga Hatthaka tidak mencari apa pun dan tidak menginginkan apa pun.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik

Karma JIgme

Instagram