Pages

MA 16 - 惒破 [ Vappa]

Demikianlah telah kudengar:

Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di antara para penduduk Sakya di Kapilavatthu, di Taman Nigrodha.

Pada waktu itu, setelah makan siang, Yang Mulia Mahā Moggallāna sedang duduk di dalam aula pertemuan bersama-sama dengan serombongan bhikkhu untuk beberapa tujuan. Kemudian seorang Sakya bernama Vappa, seorang siswa dari para Nigaṇṭha, yang sedang berkelana di sekeliling [tempat itu] setelah tengah hari, mendekati Yang Mulia Mahā Moggallāna dan, setelah bertukar salam, duduk pada satu sisi.

Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna bertanya [kepada sang pengunjung] tentang hal ini:

“Apakah yang engkau pikirkan, Vappa? Jika seorang bhikkhu terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, apakah engkau melihat apa pun sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang?”

Vappa menjawab:

“Mahā Moggallāna, jika seorang bhikkhu terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, aku melihat suatu sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang. Mahā Moggallāna, jika seseorang telah melakukan perbuatan-perbuatan tidak bermanfaat pada kehidupan sebelumnya, maka disebabkan hal itu, noda-noda tidak bermanfaat akan muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang.”

[Segera] setelah hal ini Sang Bhagavā, yang sedang bermeditasi di suatu tempat yang sunyi, mendengar dengan telinga dewa yang dimurnikan, yang melampaui telinga manusia [biasa], percakapan antara Yang Mulia Mahā Moggallāna dan Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha. Mendengarkannya, Sang Bhagavā bangkit dari meditasi sorenya, pergi menuju aula pertemuan, dan duduk pada sebuah tempat duduk yang disediakan di depan perkumpulan para bhikkhu.

Setelah duduk, Sang Bhagavā bertanya:

“Moggallāna, hal apakah yang sedang engkau bahas dengan Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha? Untuk masalah apakah kalian duduk bersama di aula pertemuan?”

Yang Mulia Mahā Moggallāna menjawab:

“Sang Bhagavā, hari ini setelah makan siang aku sedang duduk di dalam aula pertemuan bersama-sama dengan serombongan para bhikkhu untuk beberapa tujuan. Kemudian Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha, yang sedang berkelana di sekeliling [tempat ini] setelah siang, mendekatiku dan, setelah bertukar salam, duduk di satu sisi. Aku bertanya kepadanya: “Apakah yang engkau pikirkan, Vappa? Jika seorang bhikkhu terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, apakah engkau melihat suatu sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang?” Kemudian Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha, menjawab: “Jika seorang bhikkhu terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, aku melihat suatu sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang. Mahā Moggallāna, jika seseorang telah melakukan perbuatan-perbuatan tidak bermanfaat pada kehidupan sebelumnya, maka, disebabkan hal itu, noda-noda tidak bermanfaat akan muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang.”

“Sang Bhagavā, itu adalah pembahasan yang kulakukan dengan Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha. Karena masalah ini, kami duduk bersama di dalam aula pertemuan.”

Kemudian, Sang Bhagavā berkata kepada Vappa orang Sakya, seorang siswa para Nigaṇṭha:

“Jika engkau setuju dengan apa yang kukatakan, engkau seharusnya mengatakan “ya”; jika engkau tidak setuju, engkau seharusnya mengatakan “tidak”; dan jika engkau memiliki keragu-raguan apa pun, engkau seharusnya bertanya kepadaku lebih lanjut demikian: “Pertapa Gotama, bagaimanakah ini? Apakah makna dari ini?” Jika engkau dapat menerima apa yang baru saja aku ajukan, aku dapat mendiskusikan hal ini denganmu.”

Vappa menjawab:

“Pertapa Gotama, jika aku setuju dengan apa yang engkau katakan, aku akan mengatakan “ya”; jika aku tidak setuju, aku akan mengatakan “tidak”; dan jika aku memiliki keragu-raguan apa pun, aku akan bertanya kepadamu lebih lanjut demikian: “Pertapa Gotama, bagaimanakah ini? Apakah makna dari ini?” Seperti yang telah diajukan pertapa Gotama, aku menerimanya. Semoga pertapa Gotama mendiskusikan masalah ini denganku!”

Sang Bhagavā bertanya:

“Apakah yang engkau pikirkan, Vappa? Seumpamanya seorang bhikkhu [pada masa lampau] telah memunculkan aktivitas-aktivitas jasmani yang tidak bermanfaat, [yang mengakibatkan] noda-noda, kekesalan, dan kekhawatiran, [tetapi] pada beberapa waktu kemudian ia melenyapkan aktivitas-aktivitas jasmani yang tidak bermanfaat. Dengan tidak membuat karma baru, dan setelah meninggalkan karma masa lampau, ia, dalam kehidupan ini juga, mencapai tujuan dan, bebas dari kekesalan, tetap secara terus-menerus dan tidak berubah [dalam kondisi ini], yang dikatakan sebagai “sesuatu yang dilihat dengan kebijaksanaan mulia dan diketahui dengan kebijaksanaan mulia.”

“[Pada masa lampau] ia memunculkan aktivitas-aktivitas ucapan yang tidak bermanfaat…, aktivitas-aktivitas pikiran yang tidak bermanfaat…, aktivitas-aktivitas tidak bermanfaat yang berdasarkan pada ketidaktahuan. Dengan tidak membuat karma baru, dan setelah meninggalkan karma masa lampau, ia dalam kehidupan ini juga mencapai tujuan dan, bebas dari kekesalan, tetap secara terus-menerus dan tidak berubah [dalam kondisi ini], yang dikatakan sebagai “sesuatu yang dilihat dengan kebijaksanaan mulia dan diketahui dengan kebijaksanaan mulia.”

“Apakah yang engkau pikirkan, Vappa? Bagi seorang bhikkhu yang terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran dengan cara ini, apakah engkau melihat suatu sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang?”

Vappa menjawab:

“Gotama, jika seorang bhikkhu terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran dengan cara ini, aku tidak melihat sebab yang mungkin di mana noda-noda tidak bermanfaat dapat muncul, yang membawa pada kehidupan mendatang.”

Sang Bhagavā memujinya, dengan berkata:

“Sangat bagus, Vappa! Mengapa demikian, Vappa? Jika pada seorang bhikkhu ketidaktahuan telah dipadamkan dan pengetahuan telah muncul, maka dengan ketidaktahuan padam dan pengetahuan muncul, ketika muncul perasaan tentang jasmani yang mendekati akhirnya, ia mengetahui bahwa telah muncul perasaan tentang jasmani yang mendekati akhirnya. Ketika muncul perasaan tentang kehidupan yang mendekati akhirnya, ia mengetahui bahwa telah muncul perasaan tentang kehidupan yang mendekati akhir. Dan ketika tubuhnya hancur dan kehidupan berakhir, masa kehidupannya telah berakhir, maka semua yang dirasakan dalam kehidupan ini akan padam dan berakhir. Harus dipahami bahwa ini akan berakhir dan menjadi dingin.

“Vappa, seperti halnya sebuah bayangan yang ada bergantung pada sebuah pohon. Seumpamanya seseorang datang dengan sebuah kapak tajam dan memotong pohon itu pada akar-akarnya, memotong-motongnya menjadi potongan-potongan; kemudian memecah [masing-masing potongan] menjadi sepuluh atau seratus kepingan, membakarnya dengan api sehingga mereka menjadi abu, yang kemudian tertiup oleh angin kencang, atau terbawa oleh air. Apakah yang engkau pikirkan, Vappa? Bayangan itu yang ada bergantung pada pohon, ketika sebab dari bayangan itu telah dipotong, akankah bayangan itu lenyap dan tidak muncul lagi?”

Vappa menjawab: “Tentu saja, Gotama.”

Sang Buddha melanjutkan:

“Vappa, ini seharusnya dipahami dengan cara yang sama dalam hal seorang bhikkhu di mana ketidaktahuan telah dipadamkan dan pengetahuan telah muncul. Dengan ketidaktahuan padam dan pengetahuan muncul, ketika muncul perasaan tentang jasmani yang mendekati akhirnya, ia mengetahui bahwa telah muncul perasaan tentang jasmani yang mendekati akhirnya. Ketika muncul perasaan tentang kehidupan yang mendekati akhirnya, ia mengetahui bahwa telah muncul perasaan tentang kehidupan yang mendekati akhirnya. Dan ketika tubuhnya hancur dan kehidupan berakhir, masa kehidupan telah berakhir, maka semua yang dirasakan dalam kehidupan ini akan padam dan berakhir. Harus dipahami bahwa ini akan berakhir dan menjadi dingin.

“Vappa, seorang bhikkhu yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai enam kediaman yang bermanfaat. Apakah enam hal itu?

“Vappa, ketika melihat bentuk dengan mata, seorang bhikkhu [yang demikian] tidak menyenangi ataupun membenci; ia berdiam seimbang dan tidak terpengaruh, dengan perhatian dan kewaspadaan penuh. Vappa, seorang bhikkhu yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai kediaman pertama yang bermanfaat.

“Sama halnya, [ketika mendengar suara dengan] telinga… [ketika mencium bau dengan] hidung… [ketika mengecap rasa dengan] lidah… [ketika mengalami sentuhan dengan] tubuh… ketika mengenali fenomena pikiran dengan pikiran, ia tidak menyenangi ataupun membenci; ia tetap seimbang dan tidak terpengaruh, dengan perhatian dan kewaspadaan penuh.

“Vappa, seorang bhikkhu yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai kediaman keenam yang bermanfaat. Vappa, seorang bhikkhu yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai enam kediaman yang bermanfaat ini.”

Vappa menjawab:

“Tentu saja, Gotama. Seorang siswa mulia yang terpelajar yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai enam kediaman yang bermanfaat. Apakah enam hal itu?

“Gotama, seorang siswa mulia yang terpelajar, ketika melihat bentuk dengan mata, tidak menyenangi ataupun membenci; ia tetap seimbang dan tidak terpengaruh, dengan perhatian dan kewaspadaan penuh.

“Gotama, ini adalah kediaman pertama yang bermanfaat bagi seorang siswa mulia yang telah banyak belajar dan pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya.

“Sama halnya, [ketika mendengar suara dengan] telinga… [ketika mencium bau dengan] hidung… [ketika mengecap rasa dengan] lidah… [ketika mengalami sentuhan dengan] tubuh… ketika mengenali fenomena pikiran dengan pikiran, ia tidak menyenangi ataupun membenci; ia tetap seimbang dan tidak terpengaruh, dengan perhatian dan kewaspadaan penuh.

“Tentu saja, Gotama, seorang siswa mulia yang terpelajar yang pikirannya telah terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai kediaman keenam yang bermanfaat. Tentu saja, Gotama, seorang siswa mulia yang terpelajar yang pikirannya terbebaskan sepenuhnya seperti ini mencapai enam kediaman yang bermanfaat ini.”

Kemudian, Vappa [melanjutkan dan] berkata kepada Sang Bhagavā:

“Gotama, aku telah mengetahuinya! Sang Sugata, telah memahaminya! Gotama, seperti halnya ketika seseorang dengan penglihatan jernih mengungkapkan apa yang terselubung, membuka apa yang tertutup, atau menunjukkan jalan kepada seseorang yang tersesat, atau memberikan pelita dalam kegelapan, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat bentuk-bentuk. Dengan cara yang sama, pertapa Gotama telah mengajarkan Dharma menggunakan tak terhitung cara terampil untuk menyatakan maknanya dalam berbagai cara.

“Sang Bhagavā, aku sekarang pergi berlindung kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu (Sangha). Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam! Sejak hari ini sampai kehidupan berakhir aku pergi berlindung [kepada beliau].

“Sang Bhagavā, bagaikan seseorang yang memelihara seekor kuda yang jelek, dengan berharap mendapatkan manfaat darinya, hanya melelahkan dirinya sendiri dan tidak mendapatkan manfaat—Sang Bhagavā, aku adalah seperti ini. Para Nigaṇṭha yang bodoh itu tidak memiliki pengetahuan benar; mereka tidak dapat memahami dan mengetahui. Tidak mengenali ladang subur [dari ajaran Buddha], dan tidak menyelidiki untuk diriku sendiri, [aku] menghormati mereka selama waktu yang lama, memberikan persembahan, dan memberikan mereka penghormatan, dengan berharap mendapatkan manfaat darinya; tetapi aku hanya menderita sia-sia. Sang Bhagavā, untuk kedua kalinya aku sekarang pergi berlindung kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam! Sejak hari ini sampai kehidupan berakhir aku pergi berlindung [kepada beliau].

“Sang Bhagavā, sebelumnya aku bodoh. Apa pun keyakinan dan penghormatan yang aku berikan kepada para Nigaṇṭha yang bodoh itu hari ini telah dipotong. Mengapa? Karena aku tertipu. Sang Bhagavā, untuk ketiga kalinya, aku sekarang pergi berlindung kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam! Sejak hari ini sampai kehidupan berakhir aku pergi berlindung [kepada beliau].”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Vappa orang Sakya dan para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.

Karma JIgme

Instagram