Gulungan ke tujuh belas dari Mahāratnakūṭasūtra
Diterjemahkan oleh Bodhirucci , dinasti Táng
Sutra kelima : ārya-amitābha-vyūha-nāma-mahāyāna-sūtra
Bagian pertama
[0091c06] Demikianlah yang telah kudengar
[0091c06] Pada suatu waktu, Bhagavān sedang berdiam di puncak gunung Gṛdhrakūṭa, disekitar wilayah Rājagṛha bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari dua belas ribu bhikṣu. Mereka adalah para Śrāvaka agung yang terkemuka dalam menguasai dengan fasih semua pengetahuan melampaui keduniawian yang lebih tinggi, diantaranya ada yang bernama Ājñātakauṇḍinya, Aśvajit, Bāṣpa, Mahānāmnā ,Bhadrajit, Yaśas, Vimala, Subāhu, Pūrṇa putra dari Maitriyaṇī, Gavampati, Urubilvākāśyapa, Nadīkāśyapa, Gayākāśyapa, Kumārakāśyapa,Mahākāśyapa, Śāriputra, Mahāmaudgalyāyana, Mahākauṣṭhilya, Mahākaphila, Mahācunda, Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhūti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svāgata, Amogharāja, Pārāyaṇika, Patka dan Cullapatka, Nanda, Rāhula , Ānanda dan juga para Sthavira lainnya.
Selain itu , Bhagavān juga sedang dikelilingi oleh para bodhisattva mahāsattva , diantaranya ada yang bernama bodhisattva mahāsattva Samantabradha, Mañjuśrī , Maitreya dan para bodhisattva mahāsattva dari kalpa yang menguntungkan lainnya
[0091c16] Dalam persamuan ini juga dihadiri oleh enam belas manusia agung yang dipimpin oleh Bhadrapāla, Keenam belas manusia agung ini dikenal dengan nama sebagai berikut : Bhadrapāla , Ratnākara, Susārthavāha , Naradatta, Guhyagupta, Varuṇadatta , Indradatta, Uttaramatin Viśeṣamatin, Vardhamānamatin, Amoghadarśin, Susaṃprasthita, Suvikrāntavikrāmiṇ, Anupamamatin, Sūryagarbha Dharaṇīṃdhara dan juga dihadiri oleh para pemimpin lainnya. Para bodhisattva mahāsattva ini telah melatih diri melalui jalan dari Samantabradha dan telah menyempurnakan semua aspirasi agung dari para bodhisattva , telah berdiam dengan tidak tergoyahkan dalam kualitas kebajikan dari ajaran kebenaran, telah melampaui pantai seberang dari ajaran kebenaran para Buddha , telah menegaskan aspirasi untuk mencapai kesempurnaan penggugahan dalam semua ranah eksistensi , juga telah menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam Tuṣita .
Setelah rentang kehidupannya berakhir , terlahir kembali dalam Tusita [untuk menguraikan ajaran realitas, Kemudian meninggalkan ranah eksistensi yang menyenangkan ini , memasuki rahim seorang ibu], terlahir dari sisi kanan , berjalan dengan tujuh langkah pada saat yang sama juga memanifestasikan cahaya agung yang mengiluminasi dan juga menyebabkan semua buddhaksetra berguncang dengan enam cara. Kemudian dengan suara lantang menegaskan : Aku akan menjadi yang tertinggi dalam semua ranah eksistensi ini. Śakra, Brahmā dan para deva turun menghampirinya untuk memberikan penghormatan dan persembahan kepadanya.
Dia juga menunjukkan kemampuannya dalam menguasai dengan fasih semua perhitungan, sastra, memanah dan menunggang kuda, pengetahuan dalam bahasa, logika, perobatan, seni murni yang mengekspresikan keindahan dan ukiran , pengetahuan mengenai spiritual , [keempat] veda dan juga menunjukkan beragam kemampuan yang melampaui orang lain pada umumnya. Pada saat berdiam dalam istana, menunjukkan bahwa dia juga menikmati beragam kesenangan indriya. Dia melihat usia tua, sakit dan kematian, kemudian memahami ketidakkekalan dalam ranah eksistensi ini, meninggalkan kerajaan, kekayaan dan kekuasaannya untuk mencari penggugahan. Dia menanggalkan semua mahkota, perhiasan, pakaian indah dan juga mengembalikan kuda putih yang bernama Kanthaka ke istana, mengenakan kaṣāya, melatih diri dalam kehidupan sebagai pertapa dengan keras selama enam tahun. Karena dia telah berdiam dalam ksetra yang dipenuhi dengan lima kekeruhan maka dia menjalankan aktivitas yang sama seperti semua makhluk hidup lainnya, sengaja menunjukkan aspek keduniawian dengan membersihkan diri dalam sungai Nairañjanā. Pada saat berjalan dan tiba bodhimanda, Nanda memberikan penghormatan dengan mengelilingi bodhisattva dari arah kanan dan juga memberikan persembahan rumput, kemudian dia menyebarkannya di bawah pohon bodhi dan duduk dalam posisi teratai penuh diatas rumput ini. Dia juga menunjukkan kemampuannya dengan menundukkan Māra beserta dengan pasukannya datang menguji dan menggodanya, mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi.
Śakra dan Brahmā memohon untuk memutar roda ajaran kebenaran, kemudian menguraikannya dengan suara para Buddha yang penuh semangat, tidak mengenal takut dan menggelegar, memukul genderang ajaran kebenaran, meniup kulit kerang ajaran kebenaran, mendirikan panji agung dari ajaran kebenaran, menyalakan ajaran kebenaran [hingga semua makhluk hidup dapat] menerima dan mempertahankan dan juga mengkontemplasi ajaran kebenaran ini, mencurahkan hujan ajaran kebenaran yang penuh dengan keagungan ini untuk membasahi semua makhluk hidup, menggetarkan suara guntur dari ajaran realitas untuk menggugah semua makhluk hidup dalam buddhakestra ini, mengiluminasi dengan cahaya agung hingga menyeliputi semua ranah eksistensi dan juga menyebabkan semua ranah eksistensi berguncang dengan enam cara , termasuk wilayah kekuasaan para Māra dan istana Māra terguncang dan hancur hingga para Māra Pāpīyan terintimidasi dan ketakutan, menghancurkan benteng dari kondisi mental yang tidak bermanfaat , merobek jaring dari semua pandangan keliru hingga mereka mampu meninggalkan semua kualitas yang dipenuhi dengan kegelapan dan memunculkan kualitas kemurnian mereka.
Sang Buddha memasuki kota untuk meminta derma makanan, menerima persembahan makanan dalam kelimpahan, menunjukkan dirinya sebagai ladang dari kebajikan, memungkinkan para penderma mengakumulasi kualitas kebajikan, dengan tujuan untuk menundukkan semua makhluk hidup, tersenyum mengiluminasi ratusan ribu cahaya kualitas kebajikan yang tidak terukur untuk membangkitkan kesadaran penggugahan semua makhluk hidup dan juga memberikan kepastian prediksi pencapaian kepada para bodhisattva bahwa mereka akan mencapai tahapan Buddha. Melalui contoh dari dia dalam memasuki parinirvāṇa, dia telah menyelamatkan semua makhluk hidup yang tidak terhingga jumlahnya dalam memutuskan semua arus penyebab siklus eksistensi, memapankan akar kebajikan yang tidak terbatas untuk para bodhisattva. Demikianlah semua yang ditunjukkan oleh Sang Buddha dalam buddhaksetra ini, seperti seorang ilusionis yang telah memiliki keahlian yang sempurna dalam menciptakan berbagai bentuk ilusif. Dia menciptakan bentuk ilusif dirinya sebagai seorang pria, wanita ataupun beragam bentuk lainnya karena melalui kesempurnaan pengetahuan mengenai metoda ilusif yang telah dia pelajari sebelumnya maka dia mampu menciptakan berbagai bentuk ilusif dirinya sesuai dengan keinginannya.
Demikian juga para bodhisattva, untuk mempelajari semua ajaran realitas dalam jalan menuju penggugahan , mereka menerima dan mempertahankan dengan baik, melatih diri sesuai dengan ajaran realitas . Realitas yang mereka junjung dan pertahankan ini mampu menginspirasi dan mentransformasi semua makhluk hidup , dihiasi dengan beragam metoda dalam membimbing dan mentransformasi semua makhluk hidup dengan penuh welas asih, mereka memanifestasikan diri dalam beragam buddhaksetra yang yang tak terhitung banyaknya , tidak pernah bertindak arogan ataupun mendominasi Mereka memahami sepenuhnya esensi dari bodhisattva pitaka. Pada saat nama mereka tersebar, jalan yang penuh dengan kualitas kebajikan mereka juga terungkap dalam sepuluh penjuru. Mereka dilindungi dan diingat oleh para Buddha yang tak terhitung banyaknya. Mereka berdiam dalam ruang lingkup realitas dari para Buddha dan memapankan ajaran realitas yang telah diungkapkan oleh para arya . Dibawah bimbingan para Tathāgata, mereka adalah para bodhisattva dan guru agung dimana setiap dari mereka juga mampu menunjukkan jalan. Dengan kebijaksanaan yang muncul dari samādhi , mereka membimbing dan mengarahkan semua makhluk hidup , mengakses esensi dari ruang lingkup realitas, memahami perwujudan semua makhluk hidup dan memahami semua ksetra.
Dalam memberikan persembahan kepada para Buddha, mereka mentransformasikan jasmani seperti kilatan petir. Dengan pengetahuan yang penuh dengan kualitas kebajikan , mereka mencapai kepastian dalam tahapan tidak mengenal rasa takut dan memahami sepenuhnya bahwa semua fenomena merupakan delusif. Mereka memutuskan semua belenggu dan menghancurkan semua jaring dari Māra, melampaui semua tahapan Sravaka dan Pratyekabuddha, mencapai tiga gerbang samādhi dari kekosongan, tanpa nimitta dan tanpa hasrat, menguasai beragam metoda kefasihan dalam mengungkapkan ajaran dari ketiga yana. Untuk mereka yang berdiam dalam tahapan menengah dan bawah, dia menunjukkan parinirvāṇa . Mengetahui bahwa dalam realitas tertinggi itu , bukan aktivitas ataupun eksistensi, tidak muncul ataupun berhenti . Mereka memahami realitas yang melampaui semua perbedaan dan ketiada perbedaan dari semua fenomena. Dia telah menguasai dengan fasih semua metoda menerima dan mempertahankan dengan baik [dhāraṇī] yang tak terhitung banyaknya, menguasai ratusan ribu metoda samādhi, menguasai semua akar penyebab pengetahuan dan kebijaksanaan yang ekspansif melalui samādhi ini, dengan indera dan pengetajuan yang berdiam dalam keheningan yang tidak terbatas , mereka mengamati mendalam dan mengakses esensi dari pelatihan diri para Bodhisattva dan mencapai buddhāvamtasaka samādhi . Pada saat dluar dari kediaman dari gerbang samādhi, mereka melihat para Buddha yang tidak terhitung jumlahnya memanifestasikan diri dihadapan mereka.
Kemudian mereka menyebarkan dan menguraikan dengan terperinci semua ajaran realitas. Dalam sekejab dalam satu momen pemikiran, mereka mampu mengunjungi semua ranah eksistensi di seluruh buddhaksetra, menyelamatkan semua makhluk hidup yang dipenuhi oleh penderitaan, baik kepada mereka yang mencari ataupun tidak mencari penghentian dari penderitaan. Pada saat mereka menguraikan dengan terperinci ajaran realitas ini, mereka memperoleh kefasihan Tathāgata. Dengan penguasaan beragam kefasihan dalam lingustik, mereka membimbing dan mentransformasi semua makhluk hidup . Mereka telah melampaui semua kualitas keduniawian, kesadaran mereka berdiam dalam jalan untuk menuju pembebasan, yang akan memberikan mereka penguasaan dan pengetahuan mengenai semua fenomena dalam ranah eksistensi ini. Mereka juga merupakan teman spiritual yang baik dan tidak perlu diundang untuk datang bagi semua makhluk hidup dan mereka membawa semua beban berat dari para makhluk hidup tersebut.
Para bodhisattva tersebut selalu menerima dan mempertahankan esensi ajaran realitas dari para Tathāgata dan juga melindungi dan mengembangkan semua benih penggugahan, dengan mengiluminasikan welas asih yang tidak terbatas kepada semua makhluk hidup, mereka berkomunikasi dengan penuh empati untuk membuka mata ajaran realitas semua makhluk hidup , menutup jalan untuk menuju kelahiran kembali dalam tiga ranah eksistensi yang tidak menyenangkan dan membuka jalan untuk menuju kelahiran kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan dan tidak perlu diminta mereka akan menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup . Seperti seorang anak yang berbakti , yang mencintai dan menghormati orang tuanya, mereka menganggap semua makhluk hidup seperti mereka sendiri. Dengan akar kebajikan yang demikian, mereka melampaui jauh ke pantai seberang, mengakumulasi kualitas kebajikan yang tak terukur, kebijaksanaan yang tak terbayangkan, dan pengetahuan agung dari para Buddha.
Demikianlah kualitas bodhisattva mahāsattva yang tak terhitung jumlahnya , yang telah hadir dalam persamuan ini.
[0092b13] Pada saat itu Āyuṣmat Ānanda, bangkit dari tempat duduknya, merapikan dan melipat jubahnya hingga bahu sebelah kanan terbuka, bersujud dengan lutut kanan menyentuh tanah menghadap dan merangkupkan kedua telapak tangannya untuk memberikan penghormatan kepada Bhagavān, kemudian berkata :
Yang terluhur, Bhagavā, seluruh jasmani dan organ indriya terlihat sangat tenang dan murni, memancarkan yang mengagumkan seperti cahaya kuning keemasan dari perhiasan yang ditempa dari emas di sungai Jambudvipa juga seperti cermin bening yang mampu memantulkan objek dari dalam dan berkilau pada bagian luarnya .Dari dulu hingga sekarang , saya belum pernah melihat ini , hingga pikiran ini diliputi oleh suka cita mendalam pada saat menatap fenomena yang jarang terjadi ini .
Bhagavā, sekarang Tathāgata sedang memasuki samadhi agung , Tathāgata sedang berdiam dalam ruang lingkup para Buddha, sekarang Tathāgata sedang berdiam dalam ruang lingkup para Jina ,sekarang Tathāgata sedang berdiam dalam pengetahuan semua aspek , dengan keagunganseperti para gajah besar, mengkontemplasi para Tathāgatā dari masa lampau ,sekarang dan masa yang akan datang. Bhagavā, mengapa berdiam dan mengkontemplasi ini ?
[0092b20] Kemudian Bhagavā memberitahukan kepada Ānanda dan berkata ,
Hari ini, mengapa anda mampu mengetahui ini ? apakah karena para deva datang untuk memberitahukannya kepadamu ? atau karena pada saat anda melihat saya dan kemudian mengetahui ini dengan sendirinya ?
[0092b22] Ānanda memberitahukan kepada Bhagavā dan berkata ,
Bhagavā, bukan karena diberitahukan oleh para deva melainkan melalui pengetahuan yang muncul pada saat perenungan karena melihat cahaya Tathāgata yang menguntungkan dan jarang terjadi ini .