[Bagian Pertama]
[Pendahuluan]
[0001a08] Demikianlah yang telah saya dengar.
[0001a08] Pada suatu waktu , Bhagavā sedang berdiam di puncak gunung Gṛdhrakūta sekitar wilayah Rājagṛha, bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari seribu dua ratus lima puluh biksu dan lima ribu bodhisattva mahāsattva, yang telah menguasai empat aspek ekspresi yang bebas dari semua halangan [aksara, makna, bahasa, kefasihan dalam menguraikan] , yang telah mencapai kesabaran dan toleransi tertinggi, yang telah menundukkan semua Māra dan para pasukannya, yang telah sangat dekat dengan kualitas dan pengetahuan para Buddha, yang akan mencapai kesempurnaan penggugahan hanya dalam satu kelahiran kembali, yang telah menguasai dhāraṇī, yang telah menguasai semua kefasihan dalam penguraian dengan tanpa jeda dan batasan, yang telah menguasai kepercayaan diri yang bebas dari semua halangan , yang telah mencapai penguasaan dan pengendalian semua pengetahuan tertinggi melampaui keduniawian, yang telah menguasai dengan sempurna semua akumulasi kualitas kebajikan .
Nama para bodhisattva mahāsattva yang telah hadir dalam persamuan ini sebagai berikut: Bodhisattva mahāsattva Samantabhadra, Samantanetra, Samantāvalokita, Samantaraśmi, Samantaprabha, Uttaramati, Vardhamānamati , Anantamati, Vipulamati, Akasayamati, Dhāraṇīṃdhara, Jagatīṃdhara, Jayamati , Viśeṣamati dan bodhisattva mahāsattva Dhāraṇīṃvararāja.
Selain itu , dalam persamuan ini juga dihadiri oleh enam puluh bodhisattva mahāsattva yang memiliki kesadaran tertinggi dan tidak tertandingi , dipimpin oleh bodhisattva mahāsattva Mañjuśrī dan juga dihadiri oleh enam belas manusia agung yang dipimpin oleh Bhadrapāla, Mahā Brahmā , Brahmā Sahāṃpati, Śakra, empat lokapāla, devaputra Susîma, devaputra Susthitamati dan juga semua penguasa ranah deva lainnya, penguasa para nāga , penguasa para kiṃnara , penguasa para gandharva , penguasa para yaksa, penguasa para asura, penguasa para garuḍa yang dikelilingi oleh ratusan ribu ragam pengiring mereka masing-masing .
[0001a24] Pada saat itu, Bhagavā yang sedang duduk diatas di singasana śrīgarbha, dikeliling oleh semua anggota yang hadir dalam persamuan ini , dengan jasmani yang memanifestasikan beragam cahaya berwarna seperti gunung Meru, mengiluminasi semua ranah eksistensi seperti matahari , mengiluminasi semua penjuru bumi seperti bulan , berdiam dalam ketenangan seperti Brahma , dengan jasmani yang jarang ditemukan seperti Śakra, dihiasi dengan sempurna oleh tujuh aspek menuju penggugahan [saptabodhyaṅga] seperti para penguasa cakravartīn yang dihiasi dengan tujuh harta , menguraikan dengan fasih mengenai ketiadaan diri dan kekosongan dari semua fenomena seperti penguasa para singa yang telah melampaui semua rasa takut, dengan cahaya jasmani yang mengiluminasi seperti nyala api yang berkobar, memanifestasikan cahaya yang penuh dengan keagungan seperti Rāja maṇi yang terbaik dan teragung dari para deva, dengan aspirasi agung dan penguasaan tertinggi dari semua kualitas yang mengiluminasi trisāhasramahāsāhasra lokadhātu , dengan suara Brahma menguraikan semua ajaran yang disesuaikan dengan kecenderungan semua makhluk hidup , mengungkapkan ajaran realitas yang memiliki kualitas kebajikan pada awal , tengah dan akhir , yang memiliki kualitas kebajikan pada setiap kata dan makna, tidak dapat ditiru, sempurna, tanpa cacat dan tidak dapat dicela.
[ Keagungan Buddha ]
[0001b05] Pada saat itu, seseorang bodhisattva mahâsattva bernama Prāmodyarāja yang sedang duduk diantara semua peserta persamuan ini, melihat Tathāgata berdiam diatas singasana, memanifestasikan cahaya yang mengiluminasi semua aspek dengan kecemerlangan melampaui ribuan matahari , menyebabkan semua cahaya dari para deva menjadi redup . Setelah melihat fenomena ini bodhisattva mahâsattva Prāmodyarāja dipenuh dengan sukacita, mencapai kelenturan dari jasmani dan kesadaran, dengan penuh keyakinan bangkit dari tempat duduknya, merangkupkan kedua tangannya dan memuji Bhagavān dengan gātha sebagai berikut :
Pemenang , dengan jasmani yang sempurna memanifestasikan cahaya agung seperti gunung emas, mengiluminasi dan menyeliputi semua para Śrāvaka dan Buddhasutā , persamuan para deva, asura, gandharva kiṃnara dan nāga, melampaui semua ranah eksistensi [1]
Seperti Gunung Meru kediaman dari para deva , berdiri menjulang tinggi di tengah samudera, demikian juga Bhagavān berdiri ditengah samudera welas asih , memancarkan ratusan ribu sinar cahaya [2]
Brahmâ yang telah mencapai moralitas tertinggi , bersinar melampaui semua Brahmâ, makhluk tertinggi dan teragung, yang berdiam dengan penuh suka cita dalam kontemplasi, pembebasan, dan samādhi, mengilluminasi semua ranah eksistensi [ 3]
Dihiasi dengan kecemerlangan yang mengagumkan, seperti Śakra yang berada diantara tiga puluh tiga deva dan makhluk agung lainnya, Rājā Muni , yang dihiasi dengan beragam karakteristik dan dipenuhi dengan pengetahuan mendalam dan kualitas manfaat , mengilluminasi semua ranah eksistensi [4]
Dengan cahaya yang berkobar dan penuh dengan gemerlapan, penguasa empat benua ini mengiluminasi semua ranah eksistensi, dengan kesadaran yang penuh dengan welas asih , mengiluminasi dan membimbing semua [makhluk dalam] ranah eksistensi untuk memasuki jalan para mulia.[5]
Seperti matahari yang melintasi angkasa dan mengiluminasi semua ranah eksistensi , demikian juga cahaya Buddha yang melampaui ribuan matahari, memudarkan semua cahaya dari agnimaṇi dan mengilluminasi semua ranah eksistensi [6]
Seperti bulan yang tanpa noda dan murni memanifestasikan cahaya pada malam hari, mengiluminasi semua penjuru bumi. Demikian juga wajah dari Jina seperti bulan purnama, memanifestasikan cahaya yang melampaui semua keagungan. [7]
Seperti kobaran api di puncak gunung yang mengiluminasi semua aspek dan melenyapkan semua kegelapan dari malam yang hening, demikian juga cahaya pengetahuan dari Rṣi agung ini mengiluminasi semua aspek dan melenyapkan semua kegelapan dari ketidaktahuan[8]
Seperti singa yang mengaum dalam gua di pegunungan, hingga menggetarkan semua mangsa yang berada disekitarnya, demikian jugaGuru para manusia dan deva, menguraikan ketiadaan diri dan kekosongan dari semua fenomena, hingga menggetarkan semua pengikut luar ajaran [9]
Seperti rāja maṇi yang terbaik dan termulia , dengan kecemerlangan melampaui semua permata, demikian juga jasmani dari Jina, dengan kecemerlangan menyerupai warna keemasan , melampaui semua ranah eksistensi.[10]
Yang tiada tandingan dalam semua ranah eksistensi , yang terbaik diantara semua makhluk hidup, dengan kualitas kebajikan , manfaat , ketekunan dan kefasihan yang tiada tandingannya [11]
Saya melihat penakhluk semua makhuk hidup ini mengiluminasi semua ranah eksistensi , samudra dari kualitas kebajikan, sang pelindung , dengan penuh rasa hormat dan sukacita, saya bersujud di kaki Jina [12]
Semoga semua makhluk hidup dalam semua ranah eksistensi mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi melalui kualitas kebajikan yang telah saya akumulasi dengan memuji dan menjunjung tinggi yang telah memahami pengetahuan semua aspek , samudra dari welas kasih, landasan dari semua kebajikan, pelita untuk semua ranah eksistensi. [13]
[0001c06] Kemudian , setelah bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja selesai melantunkan gātha pujian kepada Bhagavā, merangkupkan kedua tangannya untuk memberikan penghormatan dan menatap jasmani dari Tathāgata [tathāgatakāya] dengan mata yang tidak berkedip, dengan hanya mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi dari fenomena [dharmadhātu] yang sangat mendalam, sulit untuk diakses, sulit untuk dilihat, sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti, melampaui semua logika, tenang, dan halus. mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tidak dapat dibayangkan dan merenungkan pengetahuan dari Tathāgata [tathāgatajñāna] yang luas dan melingkupi semua esensi dari fenomena [dharmadhātu], menyelidiki ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tiada bandingnya, memahami aktivitas Buddha [buddhaviṣaya] yang melampaui kesetaraan dan ketidaksetaraan, meyakini para Buddha , memahami ruang lingkup aktivitas dan kefasihan dari Tathāgata [tathāgatopāyaviṣayagocara] dan sifat intrinsitik dari esensi fenomena [dharmadhātunayasvabhāvā] ,kemudian melihat bahwa para Buddha , Bhagavā berdiam dalam ruang lingkup tanpa landasan seperti ruang angkasa [anālayagaganagocarā] . Kemudian dia menegaskan aspirasi agung untuk memahami intrinsitik dari semua fenomena yang tidak memiliki batasan sebagai batasan realitas [bhūtakoṭi] mereka , menegaskan aspirasi agung untuk mencapai pembebasan dari para Buddha yang terbebaskan dari semua halangan, memahami jasmani dari para Buddha , Bhagavān yang tidak berubah, dipenuhi dengan keberuntungan, dan konstan, juga memahami jasmani dari Tathāgata [tathāgatakāya] sebagai ekspasif dari semua buddhakṣetra dan yang mengarah kepada semua makhluk hidup. Dia mengingat bahwa, walaupun hingga jutaan kalpa yang akan datang , tidak ada batasan dari kualitas kebajikan para Buddha , Bhagavā.
[0001c16] Pada saat itu bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja tidak mengucapkan apapun dan tetap dalam kediamannya, setelah mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi dari fenomena [dharmadhātu] .
[Rāṣṭrapāla Memasuki Rājagṛha dan Memuji Sang Buddha]
[0001c18] Pada saat itu Āyuṣmān Rāṣṭrapāla yang sedang berdiam di Śrāvastī untuk menjalankan varṣa selama tiga bulan. Setelah berlalunya varṣa , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla mengenakan jubah luar [cīvara] dan mengambil pātra , bersama dengan para bhikṣu yang berada dalam persamuaan agung [saṃgha] , termasuk para sramana yang baru meninggalkan kehidupan berumah tangga, melakukan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan tiba di puncak gunung Gṛdhrakūta sekitar wilayah Rājagṛha.
Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla menghadap Bhagavā, bersujud di kaki Bhagavā, dan mengelilinginya tiga kali, dan kemudian duduk disalah satu sisi. Setelah itu , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla merangkupkan kedua telapak tangannya untuk memberikan penghormatan dan memuji Bhagavā dengan gātha sebagai berikut :
Kami memberikan hormat kepada Yang Terunggul , Yang telah mencapai penggugahan. Kami memberikan hormat kepada yang memiliki kesadaran tak terbatas seperti ruang angkasa. Kami memberikan hormat kepada Jina yang telah memotong putus semua keraguan . Kami memberikan penghormatan kepada Muni yang telah melampaui tiga ranah eksistensi. [14]
Para nāyaka dari ratusan ribu koti kṣetra melantunkan pujian kepada kualitas kebajikan anda. Semua kṣetra dan putra Buddha [buddhasuta] yang mendengarkan pujian ini, akan diliputi dengan suka cita serta akan menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Muni, samudra dari kualitas kebajikan. [15]
Setelah putra Buddha menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Sugata dan mendengarkan ajaran realitas dari Mahāmuni, kembali ke kṣetra mereka masing masing dengan penuh suka cita, melantunkan kembali gātha mengenai kualitas Tathāgata. [16]
Tathāgata mengakumulasi kualitas kebajikan untuk semua makhluk hidup, melampaui koṭi nayuta kalpa yang tidak terbatas dan yang tidak dapat dibayangkan, menempuh jalan untuk menuju kesempurnaan penggugahan tertinggi dengan kesadaran anda tidak pernah lelah. [17]
Nāyaka melatih diri melalui pemberian [dāna] dan moralitas [śīla], kesabaran [kṣānti], ketekunan [vīrya] dan kontemplasi [dhyāna] hingga mencapai kesempurnaan kebijaksanaan [prajña] dan kefasihan [upāya] tertinggi. Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada pelatih agung [mahāvināyaka] [18]
Tathāgata menguasai dengan fasih [empat] landasan kekuatan yang lebih tinggi [ṛddhipāda] dan pengetahuan melampaui keduniawian [abhijña] yang terbaik, semua indriya, kekuatan [bala] , semua pembebasan dan juga fasih dalam membimbing semua makhluk hidup Oleh sebab itu kami memberikan hormat kepada yang telah menguasai semua pengetahuan yang tak tertandingi. [19]
Mengetahui dan memahami semua arus kesadaran [cittadhāra] dari makhluk hidup, demikian juga hasil dari aktivitas pikiran perbuatan dan ucapan yang keliru dan yang tidak keliru, juga mengetahui dan memahami pembebasan dan metoda kefasihan. Setelah memahami semua aspek ini , Bhagavā, Yang tertinggi, menguraikannya dengan terperinci kepada semua makhluk hidup [20]
Semua keinginan indriya [rāga] dan kebencian [dveṣa] dikondisikan oleh ketidaktahuan dari semua makhluk hidup , hingga jatuh dalam tiga ranah eksistensi yang tidak menyenangkan. Tathāgata menguraikan beragam pelatihan diri untuk memutuskan ini , hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan.[21]
Bhagavā mengetahui Semua Sugata dari masa lampau yang telah memberikan manfaat untuk semua makhluk hidup , Sugata dari masa sekarang yang dijunjung tinggi dan dihormati oleh para deva dan manusia dan juga semua Sugata dari masa yang akan datang yang masih mengakumulasi kualita kebajikan tertinggi mereka [22]
Tathāgata mengetahui semua aspek dari kṣetra murni [kṣetraśuddhirapi], bodhisattva beserta dengan pengikutnya ,śrāvaka dan juga rentang waktu kehidupan dari para rṣi agung [maharṣi] tersebut [23]
Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua , mengetahui dengan pasti ajaran realitas yang masih bertahan setelah parinirvāna mereka , pemujaan relik Jina hingga pendirian stupa dan juga semua aspek yang dilakukan dalam melestarikan harta dari ajaran realitas [24]
Dengan sepuluh kekuatan [daśabala] dan pengetahuan [jñāna] yang tidak terhalang , hingga mengetahui semua aktivitas dalam tiga masa [ masa lampau , sekarang, dan masa yang akan datang] dengan kesadaran yang telah terbebaskan dari semua fenomena Kami memberikan hormat kepada samudra pengetahuan [jñānasāgara] , Jina [25]
Tiada yang mampu menyamai ataupun melampaui semua aspek dari Buddha , dengan jasmani yang dhiasi dengan karakteristik manusia agung dengan tanda seperti bintang yang menghiasi ruang angkasa. Kami memberi hormat kepada Muni, Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua [26]
Bentuk jasmani Tathāgata sangat mengagumkan dan tiada bandingannya, mampu mengkondisikan sukacita pada kesadaran, mampu meredupkan semua cahaya para deva, Di hadapanmu, cahaya Brahma śakra dan para deva akaniṣṭha meredup dan tidak akan bermanifestasi [27]
Tidak ternoda seperti gunung emas yang kokoh , dengan rambut yang halus berputar dari arah kanan ke kiri, dengan uṣṇiṣa yang menonjol seperti seperti rāja Meru, dan bersinar dikondisikan oleh hasil dari kualitas kebajikan yang luas. [28]
Dengan urṇa diantara kedua alis mata yang memancarkan koti niyuta cahaya, dengan mata yang indah dan penuh dengan welas asih dalam mengamati semua ranah eksistensi seperti bunga teratai. [29]
Seperti bulan purnama di langit yang cerah, demikian juga wajah dari vināyaka, semua makhluk hidup menatap dengan tak teralihkan dan tak terpuaskan. Oleh sebab itu , kami memberi hormat kepada Yang Tertinggi di antara semua makhluk hidup berkaki dua yang diberkati dengan wajah yang menawan [30]
Melangkah dengan tenang seperti gajah , singa, angsa ataupun burung merak , baik berjalan ataupun berhenti mampu mengetarkan bumi . Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada yang telah menguasai sepuluh kekuatan [daśabala] melalui pelatihan diri [31]
Dengan jari tangan yang indah, panjang dan bulat, dengan kuku berwarna seperti jalinan tembaga murni. Pada saat berdiri, [tangan] mencapai tempurung lutut. Oleh sebab itu ,kami memberi hormat kepada pemilik jasmani yang berwarna keemasan [32]
Berjalan di permukaan tanah, menghiasinya dengan jejak kaki bertatahkan jalinan cakra, dengan sinar kaki yang mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi para deva pada saat rentang kehidupan berakhir [33]
Rāja dari ajaran realitas, yang menerima tujuh harta berharga, penderma ajaran realitas, yang telah menundukkan kesadarannya, yang menguraikan pelatihan diri yang selaras dengan ajaran realitas. Oleh sebab itu , Kami bersujud di hadapan penguasa ajaran realitas , Nāyaka. [34]
Dengan welas asih sebagai pelindung , perhatian penuh [smṛti] sebagai pedang , moralitas [śīla] sebagai busur dan kebijaksanaan dan kefasihan sebagai anak panah. Dengan senjata ini menghancurkan semua musuh dari kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] hingga kegiuran [tṛṣṇa] akan kelahiran, kematian, dan eksistensi ditundukkan.[35]
Yang telah mencapai pantai seberang, membimbing ratusan koṭi makhluk hidup untuk mencapai pembebasan, terbebaskan dari semua belenggu. Dengan menunjukkan jalan yang tenang dan tanpa penderitaan mental [nirjvaraṃ] yang juga merupakan jalan untuk para Sugatā mencapai pembebasan dan pemadaman [śivaṃ padam]. [36]
Dengan welas asih menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup mengenai yang tidak terkondisi [asaṃskṛta] dengan pembebasan tertinggi, melampaui kelahiran maupun kematian, melampaui semua pengetahuan , melampaui semua pelatihan diri dan juga melampaui semua asal mula dari penderitaan [37]
Semoga semua makhluk hidup dalam semua ranah eksistensi mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi melalui kualitas kebajikan yang telah saya akumulasi dengan memuji dan menjunjung tinggi penguasa ranah eksistensi [lokapravara], Mahāmuni, Jina yang telah menguasai semua kualitas [38]
[Pertanyaan Rāṣṭrapāla]
[0002b16] Kemudian setelah Āyuṣmān Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha pujian kepada Bhagavā, segera bangkit dari tempat duduknya, merapikan dan melipat jubah hingga bagian atas bahu kanan terbuka , bersujud dengan lutut kanan menyentuh tanah , menghadap ke arah Bhagavā dan berkata:
Saya masih diiputi oleh keraguan, Bhagavā, Arahat , Samyaksaṃbuddha, saya ingin mengajukan pertanyaan, mohon Bhagavā berkenan untuk menjawab pertanyaan untuk menghilangkan keraguan ini.
[0002b19] Kemudian Bhagavā memberitahukan kepada Āyuṣmān Rāṣṭrapāla dan berkata
Silahkan mengajukan pertanyaan, Rāṣṭrapāla, sesuai dengan keinginan anda dan saya akan memberikan jawaban yang tepat untuk menghilangkan keraguan dan menenangkan pikiran anda
[0002b20] Setelah mendapatkan jawaban dari Bhagavā , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla diliputi dengan sukacita dan mencapai kelenturan fisik dan kesadaran , kemudian kembali menyapa Bhagavā dan berkata
Dengan kualitas apa , Bhagavā, para bodhisattva mahāsattva mampu memperoleh pengetahuan dalam memahami semua fenonema, mampu mencapai kualitas kebajikan tertinggi , mampu mencapai kebijaksanaan dan pengetahuan dengan tidak tergantung pada orang lain, mampu melatih diri melalui pengamatan mendalam , mampu menguasai dengan fasih semua metoda analisis [viniścaya], mampu mencapai yang melampaui semua ranah eksistensi , mampu mengakses semua aspek yang dapat diketahui , mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup, mampu terbebaskan dari ketidakpastian , mampu terbebaskan dari keraguan , mampu menguasai dengan fasih semua metoda analisis terhadap semua aspek yang dapat diketahui, menguasai dengan fasih [empat metoda] perangkulan dalam membimbing dan membebaskan semua makhluk hidup berdasarkan kecenderungan mereka , menguasai dengan fasih [empat aspek] ekspresi yang tidak terhalang [ aksara, makna, bahasa, penguraian] , mampu mencapai perhatian penuh dalam perenungan Buddha, menguasai kefasihan dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan , mampu mempertahankan dan mengingat dengan baik semua ajaran realitas [sarvadharmadhāraṇatāṃ], mampu dengan cepat memahami semua aspek yang dapat diketahui ?
[0002b28] Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla melanjutkan pertanyaan dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
[0001c06] Kemudian , setelah bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja selesai melantunkan gātha pujian kepada Bhagavā, merangkupkan kedua tangannya untuk memberikan penghormatan dan menatap jasmani dari Tathāgata [tathāgatakāya] dengan mata yang tidak berkedip, dengan hanya mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi dari fenomena [dharmadhātu] yang sangat mendalam, sulit untuk diakses, sulit untuk dilihat, sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti, melampaui semua logika, tenang, dan halus. mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tidak dapat dibayangkan dan merenungkan pengetahuan dari Tathāgata [tathāgatajñāna] yang luas dan melingkupi semua esensi dari fenomena [dharmadhātu], menyelidiki ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tiada bandingnya, memahami aktivitas Buddha [buddhaviṣaya] yang melampaui kesetaraan dan ketidaksetaraan, meyakini para Buddha , memahami ruang lingkup aktivitas dan kefasihan dari Tathāgata [tathāgatopāyaviṣayagocara] dan sifat intrinsitik dari esensi fenomena [dharmadhātunayasvabhāvā] ,kemudian melihat bahwa para Buddha , Bhagavā berdiam dalam ruang lingkup tanpa landasan seperti ruang angkasa [anālayagaganagocarā] . Kemudian dia menegaskan aspirasi agung untuk memahami intrinsitik dari semua fenomena yang tidak memiliki batasan sebagai batasan realitas [bhūtakoṭi] mereka , menegaskan aspirasi agung untuk mencapai pembebasan dari para Buddha yang terbebaskan dari semua halangan, memahami jasmani dari para Buddha , Bhagavān yang tidak berubah, dipenuhi dengan keberuntungan, dan konstan, juga memahami jasmani dari Tathāgata [tathāgatakāya] sebagai ekspasif dari semua buddhakṣetra dan yang mengarah kepada semua makhluk hidup. Dia mengingat bahwa, walaupun hingga jutaan kalpa yang akan datang , tidak ada batasan dari kualitas kebajikan para Buddha , Bhagavā.
[0001c16] Pada saat itu bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja tidak mengucapkan apapun dan tetap dalam kediamannya, setelah mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi dari fenomena [dharmadhātu] .
[Rāṣṭrapāla Memasuki Rājagṛha dan Memuji Sang Buddha]
[0001c18] Pada saat itu Āyuṣmān Rāṣṭrapāla yang sedang berdiam di Śrāvastī untuk menjalankan varṣa selama tiga bulan. Setelah berlalunya varṣa , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla mengenakan jubah luar [cīvara] dan mengambil pātra , bersama dengan para bhikṣu yang berada dalam persamuaan agung [saṃgha] , termasuk para sramana yang baru meninggalkan kehidupan berumah tangga, melakukan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan tiba di puncak gunung Gṛdhrakūta sekitar wilayah Rājagṛha.
Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla menghadap Bhagavā, bersujud di kaki Bhagavā, dan mengelilinginya tiga kali, dan kemudian duduk disalah satu sisi. Setelah itu , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla merangkupkan kedua telapak tangannya untuk memberikan penghormatan dan memuji Bhagavā dengan gātha sebagai berikut :
Kami memberikan hormat kepada Yang Terunggul , Yang telah mencapai penggugahan. Kami memberikan hormat kepada yang memiliki kesadaran tak terbatas seperti ruang angkasa. Kami memberikan hormat kepada Jina yang telah memotong putus semua keraguan . Kami memberikan penghormatan kepada Muni yang telah melampaui tiga ranah eksistensi. [14]
Para nāyaka dari ratusan ribu koti kṣetra melantunkan pujian kepada kualitas kebajikan anda. Semua kṣetra dan putra Buddha [buddhasuta] yang mendengarkan pujian ini, akan diliputi dengan suka cita serta akan menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Muni, samudra dari kualitas kebajikan. [15]
Setelah putra Buddha menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Sugata dan mendengarkan ajaran realitas dari Mahāmuni, kembali ke kṣetra mereka masing masing dengan penuh suka cita, melantunkan kembali gātha mengenai kualitas Tathāgata. [16]
Tathāgata mengakumulasi kualitas kebajikan untuk semua makhluk hidup, melampaui koṭi nayuta kalpa yang tidak terbatas dan yang tidak dapat dibayangkan, menempuh jalan untuk menuju kesempurnaan penggugahan tertinggi dengan kesadaran anda tidak pernah lelah. [17]
Nāyaka melatih diri melalui pemberian [dāna] dan moralitas [śīla], kesabaran [kṣānti], ketekunan [vīrya] dan kontemplasi [dhyāna] hingga mencapai kesempurnaan kebijaksanaan [prajña] dan kefasihan [upāya] tertinggi. Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada pelatih agung [mahāvināyaka] [18]
Tathāgata menguasai dengan fasih [empat] landasan kekuatan yang lebih tinggi [ṛddhipāda] dan pengetahuan melampaui keduniawian [abhijña] yang terbaik, semua indriya, kekuatan [bala] , semua pembebasan dan juga fasih dalam membimbing semua makhluk hidup Oleh sebab itu kami memberikan hormat kepada yang telah menguasai semua pengetahuan yang tak tertandingi. [19]
Mengetahui dan memahami semua arus kesadaran [cittadhāra] dari makhluk hidup, demikian juga hasil dari aktivitas pikiran perbuatan dan ucapan yang keliru dan yang tidak keliru, juga mengetahui dan memahami pembebasan dan metoda kefasihan. Setelah memahami semua aspek ini , Bhagavā, Yang tertinggi, menguraikannya dengan terperinci kepada semua makhluk hidup [20]
Semua keinginan indriya [rāga] dan kebencian [dveṣa] dikondisikan oleh ketidaktahuan dari semua makhluk hidup , hingga jatuh dalam tiga ranah eksistensi yang tidak menyenangkan. Tathāgata menguraikan beragam pelatihan diri untuk memutuskan ini , hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan.[21]
Bhagavā mengetahui Semua Sugata dari masa lampau yang telah memberikan manfaat untuk semua makhluk hidup , Sugata dari masa sekarang yang dijunjung tinggi dan dihormati oleh para deva dan manusia dan juga semua Sugata dari masa yang akan datang yang masih mengakumulasi kualita kebajikan tertinggi mereka [22]
Tathāgata mengetahui semua aspek dari kṣetra murni [kṣetraśuddhirapi], bodhisattva beserta dengan pengikutnya ,śrāvaka dan juga rentang waktu kehidupan dari para rṣi agung [maharṣi] tersebut [23]
Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua , mengetahui dengan pasti ajaran realitas yang masih bertahan setelah parinirvāna mereka , pemujaan relik Jina hingga pendirian stupa dan juga semua aspek yang dilakukan dalam melestarikan harta dari ajaran realitas [24]
Dengan sepuluh kekuatan [daśabala] dan pengetahuan [jñāna] yang tidak terhalang , hingga mengetahui semua aktivitas dalam tiga masa [ masa lampau , sekarang, dan masa yang akan datang] dengan kesadaran yang telah terbebaskan dari semua fenomena Kami memberikan hormat kepada samudra pengetahuan [jñānasāgara] , Jina [25]
Tiada yang mampu menyamai ataupun melampaui semua aspek dari Buddha , dengan jasmani yang dhiasi dengan karakteristik manusia agung dengan tanda seperti bintang yang menghiasi ruang angkasa. Kami memberi hormat kepada Muni, Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua [26]
Bentuk jasmani Tathāgata sangat mengagumkan dan tiada bandingannya, mampu mengkondisikan sukacita pada kesadaran, mampu meredupkan semua cahaya para deva, Di hadapanmu, cahaya Brahma śakra dan para deva akaniṣṭha meredup dan tidak akan bermanifestasi [27]
Tidak ternoda seperti gunung emas yang kokoh , dengan rambut yang halus berputar dari arah kanan ke kiri, dengan uṣṇiṣa yang menonjol seperti seperti rāja Meru, dan bersinar dikondisikan oleh hasil dari kualitas kebajikan yang luas. [28]
Dengan urṇa diantara kedua alis mata yang memancarkan koti niyuta cahaya, dengan mata yang indah dan penuh dengan welas asih dalam mengamati semua ranah eksistensi seperti bunga teratai. [29]
Seperti bulan purnama di langit yang cerah, demikian juga wajah dari vināyaka, semua makhluk hidup menatap dengan tak teralihkan dan tak terpuaskan. Oleh sebab itu , kami memberi hormat kepada Yang Tertinggi di antara semua makhluk hidup berkaki dua yang diberkati dengan wajah yang menawan [30]
Melangkah dengan tenang seperti gajah , singa, angsa ataupun burung merak , baik berjalan ataupun berhenti mampu mengetarkan bumi . Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada yang telah menguasai sepuluh kekuatan [daśabala] melalui pelatihan diri [31]
Dengan jari tangan yang indah, panjang dan bulat, dengan kuku berwarna seperti jalinan tembaga murni. Pada saat berdiri, [tangan] mencapai tempurung lutut. Oleh sebab itu ,kami memberi hormat kepada pemilik jasmani yang berwarna keemasan [32]
Berjalan di permukaan tanah, menghiasinya dengan jejak kaki bertatahkan jalinan cakra, dengan sinar kaki yang mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi para deva pada saat rentang kehidupan berakhir [33]
Rāja dari ajaran realitas, yang menerima tujuh harta berharga, penderma ajaran realitas, yang telah menundukkan kesadarannya, yang menguraikan pelatihan diri yang selaras dengan ajaran realitas. Oleh sebab itu , Kami bersujud di hadapan penguasa ajaran realitas , Nāyaka. [34]
Dengan welas asih sebagai pelindung , perhatian penuh [smṛti] sebagai pedang , moralitas [śīla] sebagai busur dan kebijaksanaan dan kefasihan sebagai anak panah. Dengan senjata ini menghancurkan semua musuh dari kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] hingga kegiuran [tṛṣṇa] akan kelahiran, kematian, dan eksistensi ditundukkan.[35]
Yang telah mencapai pantai seberang, membimbing ratusan koṭi makhluk hidup untuk mencapai pembebasan, terbebaskan dari semua belenggu. Dengan menunjukkan jalan yang tenang dan tanpa penderitaan mental [nirjvaraṃ] yang juga merupakan jalan untuk para Sugatā mencapai pembebasan dan pemadaman [śivaṃ padam]. [36]
Dengan welas asih menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup mengenai yang tidak terkondisi [asaṃskṛta] dengan pembebasan tertinggi, melampaui kelahiran maupun kematian, melampaui semua pengetahuan , melampaui semua pelatihan diri dan juga melampaui semua asal mula dari penderitaan [37]
Semoga semua makhluk hidup dalam semua ranah eksistensi mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi melalui kualitas kebajikan yang telah saya akumulasi dengan memuji dan menjunjung tinggi penguasa ranah eksistensi [lokapravara], Mahāmuni, Jina yang telah menguasai semua kualitas [38]
[Pertanyaan Rāṣṭrapāla]
[0002b16] Kemudian setelah Āyuṣmān Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha pujian kepada Bhagavā, segera bangkit dari tempat duduknya, merapikan dan melipat jubah hingga bagian atas bahu kanan terbuka , bersujud dengan lutut kanan menyentuh tanah , menghadap ke arah Bhagavā dan berkata:
Saya masih diiputi oleh keraguan, Bhagavā, Arahat , Samyaksaṃbuddha, saya ingin mengajukan pertanyaan, mohon Bhagavā berkenan untuk menjawab pertanyaan untuk menghilangkan keraguan ini.
[0002b19] Kemudian Bhagavā memberitahukan kepada Āyuṣmān Rāṣṭrapāla dan berkata
Silahkan mengajukan pertanyaan, Rāṣṭrapāla, sesuai dengan keinginan anda dan saya akan memberikan jawaban yang tepat untuk menghilangkan keraguan dan menenangkan pikiran anda
[0002b20] Setelah mendapatkan jawaban dari Bhagavā , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla diliputi dengan sukacita dan mencapai kelenturan fisik dan kesadaran , kemudian kembali menyapa Bhagavā dan berkata
Dengan kualitas apa , Bhagavā, para bodhisattva mahāsattva mampu memperoleh pengetahuan dalam memahami semua fenonema, mampu mencapai kualitas kebajikan tertinggi , mampu mencapai kebijaksanaan dan pengetahuan dengan tidak tergantung pada orang lain, mampu melatih diri melalui pengamatan mendalam , mampu menguasai dengan fasih semua metoda analisis [viniścaya], mampu mencapai yang melampaui semua ranah eksistensi , mampu mengakses semua aspek yang dapat diketahui , mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup, mampu terbebaskan dari ketidakpastian , mampu terbebaskan dari keraguan , mampu menguasai dengan fasih semua metoda analisis terhadap semua aspek yang dapat diketahui, menguasai dengan fasih [empat metoda] perangkulan dalam membimbing dan membebaskan semua makhluk hidup berdasarkan kecenderungan mereka , menguasai dengan fasih [empat aspek] ekspresi yang tidak terhalang [ aksara, makna, bahasa, penguraian] , mampu mencapai perhatian penuh dalam perenungan Buddha, menguasai kefasihan dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan , mampu mempertahankan dan mengingat dengan baik semua ajaran realitas [sarvadharmadhāraṇatāṃ], mampu dengan cepat memahami semua aspek yang dapat diketahui ?
[0002b28] Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla melanjutkan pertanyaan dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Mohon Jina, Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua, berkenan untuk menguraikan kepada saya, uraian terperinci mengenai samudera pengetahuan, kepastian [suniścita] dari pelatihan diri [jalan] bodhisattva [bodhisattvacarya] yang berlandaskan realitas [39]
Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua dengan jasmani seperti emas murni , sebagai sarana dalam mengakumulasi kualitas kebajikan, sebagai sarana perlindungan dan sebagai kediaman, sebagai pengasingan diri. Mohon uraikan sekarang mengenai ajaran realitas tertinggi yang tidak dapat dicela ini [40]
Bagaimana seseorang mampu mencapai kualitas kebajikan yang tidak akan berakhir , mempertahankan dan mengingat dengan baik [dhāraṇī], mencapai penggugahan [bodhi] dan memperoleh nektar [amṛta], Bagaimana samudra kebijaksanaan [prajñāsāgara] mampu memurnikan semua keraguan makhluk hidup dan memutuskan semua aspek ini ? [41]
Berputar dalam siklus kelahiran dan kematian hingga kalpa yang tidak terhitung , tanpa lelah dan tanpa penyesalan yang mendalam. Melihat semua makhluk hidup yang demikian , dipenuhi dengan penderitaan, maka [Buddha] mengakumulasi kualitas kebajikan demi mereka [42]
Semoga berkenan menguraikan kṣetra murni, persamuan terbaik, rentang waktu kehidupan yang panjang dan kṣetra terbaik, serta uraian yang tidak tertandingi untuk semua makhluk hidup dan juga uraian yang tidak tercela dalam menuju penggugahan.[43]
Yang telah menundukkan Māra dan menghancurkan pandangan keliru, yang telah mengeringkan semua keinginan dan mencapai pembebasan, yang telah mencapai kepastian dalam pelatihan diri melalui jalan dari ajaran realitas . Semoga berkenan menguraikan, Permata untuk semua makhluk hidup , mengenai jalan tertinggi.[44]
Yang diberkati dengan jasmani yang indah, kemakmuran, dan juga kefasihan, juga membuat dikenal ruang lingkup para Buddha, berikanlah suka cita kepada persamuan ini melalui suara yang lembut dan lepaskan dahaga semua makhluk hidup seperti awan pada musim hujan. [45]
Yang bersuara indah suara indah seperti senandung burung kalaviṅka, seperti suara Brahma yang menggelegar hingga menghancurkan semua kekeliruan. Persamuan yang ingin mendengarkan ajaran realitas telah hadir disini ,berikan mereka sukacita , melalui nektar [amṛta] [46]
Saya memiliki keinginan untuk mencapai kesempurnaan pengggugahan tertinggi, juga memiliki keinginan untuk memahami ajaran realitas, seharusnya tidak ditolak. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menegaskannya kembali, Nāyaka, semoga berkenan untuk menguraikannya sekarang, Permata Tertinggi.[47]
Saya menegaskan aspirasi untuk mencapai penggugahan, Muni, anda juga mengetahui dengan baik niat yang penuh dengan sukacita ini, Jina. Semoga saya tidak menganggu Jina, sādhu semoga berkenan menguraikan ajaran realitas yang tertinggi [48]
[0002c20] Setelah Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha ini, Bhagavā kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Sādhu sādhu, Rāṣṭrapāla, memang seharusnya demikian, Rāṣṭrapāla, anda telah mengajukan pertanyaan ini dengan tujuan untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan kepada semua mahkluk hidup, Rāṣṭrapāla, untuk memberikan manfaat , kesejahteraan dan suka cita kepada semua makhluk hidup termasuk para deva dan manusia, dan juga untuk pencapaian bodhisattva mahāsattva di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Rāṣṭrapāla, dengarkan baik-baik dan perhatian dengan seksama . Sekarang saya akan menguraikan dengan terperinci untuk anda.
[0002c23] Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla berkata
Sādhu , Bhagavā, saya akan mendengarkannya dengan baik dan menerima uraian ini dengan penuh suka cita
[Kualitas Bodhisattva]
Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua dengan jasmani seperti emas murni , sebagai sarana dalam mengakumulasi kualitas kebajikan, sebagai sarana perlindungan dan sebagai kediaman, sebagai pengasingan diri. Mohon uraikan sekarang mengenai ajaran realitas tertinggi yang tidak dapat dicela ini [40]
Bagaimana seseorang mampu mencapai kualitas kebajikan yang tidak akan berakhir , mempertahankan dan mengingat dengan baik [dhāraṇī], mencapai penggugahan [bodhi] dan memperoleh nektar [amṛta], Bagaimana samudra kebijaksanaan [prajñāsāgara] mampu memurnikan semua keraguan makhluk hidup dan memutuskan semua aspek ini ? [41]
Berputar dalam siklus kelahiran dan kematian hingga kalpa yang tidak terhitung , tanpa lelah dan tanpa penyesalan yang mendalam. Melihat semua makhluk hidup yang demikian , dipenuhi dengan penderitaan, maka [Buddha] mengakumulasi kualitas kebajikan demi mereka [42]
Semoga berkenan menguraikan kṣetra murni, persamuan terbaik, rentang waktu kehidupan yang panjang dan kṣetra terbaik, serta uraian yang tidak tertandingi untuk semua makhluk hidup dan juga uraian yang tidak tercela dalam menuju penggugahan.[43]
Yang telah menundukkan Māra dan menghancurkan pandangan keliru, yang telah mengeringkan semua keinginan dan mencapai pembebasan, yang telah mencapai kepastian dalam pelatihan diri melalui jalan dari ajaran realitas . Semoga berkenan menguraikan, Permata untuk semua makhluk hidup , mengenai jalan tertinggi.[44]
Yang diberkati dengan jasmani yang indah, kemakmuran, dan juga kefasihan, juga membuat dikenal ruang lingkup para Buddha, berikanlah suka cita kepada persamuan ini melalui suara yang lembut dan lepaskan dahaga semua makhluk hidup seperti awan pada musim hujan. [45]
Yang bersuara indah suara indah seperti senandung burung kalaviṅka, seperti suara Brahma yang menggelegar hingga menghancurkan semua kekeliruan. Persamuan yang ingin mendengarkan ajaran realitas telah hadir disini ,berikan mereka sukacita , melalui nektar [amṛta] [46]
Saya memiliki keinginan untuk mencapai kesempurnaan pengggugahan tertinggi, juga memiliki keinginan untuk memahami ajaran realitas, seharusnya tidak ditolak. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menegaskannya kembali, Nāyaka, semoga berkenan untuk menguraikannya sekarang, Permata Tertinggi.[47]
Saya menegaskan aspirasi untuk mencapai penggugahan, Muni, anda juga mengetahui dengan baik niat yang penuh dengan sukacita ini, Jina. Semoga saya tidak menganggu Jina, sādhu semoga berkenan menguraikan ajaran realitas yang tertinggi [48]
[0002c20] Setelah Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha ini, Bhagavā kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Sādhu sādhu, Rāṣṭrapāla, memang seharusnya demikian, Rāṣṭrapāla, anda telah mengajukan pertanyaan ini dengan tujuan untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan kepada semua mahkluk hidup, Rāṣṭrapāla, untuk memberikan manfaat , kesejahteraan dan suka cita kepada semua makhluk hidup termasuk para deva dan manusia, dan juga untuk pencapaian bodhisattva mahāsattva di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Rāṣṭrapāla, dengarkan baik-baik dan perhatian dengan seksama . Sekarang saya akan menguraikan dengan terperinci untuk anda.
[0002c23] Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla berkata
Sādhu , Bhagavā, saya akan mendengarkannya dengan baik dan menerima uraian ini dengan penuh suka cita
[Kualitas Bodhisattva]
[0002c25] Bhagavā kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva mencapai kemurnian tertinggi. apakah ke empat ini ? pertama , moralitas yang sesuai dengan kecenderungan kualitas kebajikan dan aspirasi , kedua , kesadaran yang tidak membedakan semua makhluk hidup; ketiga , kontemplasi mengenai kekosongan; dan keempat ,melatih diri sesuai dengan uraian.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva mencapai kemurnian tertinggi .
[0459a25] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Yang memiliki pengetahuan tak terbatas , yang selalu tekun dan penuh dengan semangat, dengan kesadaran yang tidak mungkin berbalik arah dari jalan menuju penggugahan, meninggalkan ketidakjujuran , meninggalkan aspek yang tidak terlatih , meninggalkan yang bukan realitas. [49]
Melihat makhluk hidup diliputi penderitaan dan tidak bahagia, disiksa oleh kelahiran, penyakit, usia tua, dan kematian, mereka [yakni, para bodhisattva] mempersiapkan perahu ajaran realitas untuk mengangkut semua makhluk hidup dalam samudra eksistensi. [50]
Sūratā yang berwatak halus , dengan kesadaran yang tidak membedakan semua makhluk hidup , melihat semua makhluk hidup seperti putra tunggal sendiri, kemudian manusia tertinggi ini beraspirasi untuk menyelamatkan dan membimbing mereka [51]
Dengan empat postur [berjalan, berbaring , berdiri dan duduk] yang selalu merenungkan pintu kekosongan, memahami dengan baik bahwa diri maupun entitas itu tidak eksis. Yang terkondisi itu seperti mimpi atau ilusi , yang masih diliputi ketidaktahuan dan yang belum matang [dalam spiritual] tidak akan memahami ini [52]
Yang berdiam dalam pelatihan diri yang sesuai dengan uraian, Jinātmaja dengan kesadaran yang telah jinak dan tenang dan meninggalkan semua kebencian, menempuh jalan bodhisattva untuk menuju penggugahan [53]
[0003a12] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva mencapai kepastian. Apakah keempat ini ? pertama, mempertahankan dan mengingat dengan baik [dharani], kedua, memperoleh teman spiritual yang baik , ketiga memperoleh kepastian dan meninggalkan rasa takut dalam mendengarkan ajaran realitas yang mendalam, dan keempat, mencapai pelatihan diri melalui moralitas yang murni.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva mencapai kepastian.
[0003a17] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Para bodhisattva yang terkemuka, selalu mampu mempertahankan dan mengingat dengan baik, menerima dan mempertahankan ajaran realitas yang terbaik yang diuraikan oleh para Buddha , dengan tidak mudah melupakan semua aspek ini , selalu bertekad untuk meningkatkan pengetahuan yang tidak terhalang, yang melampaui semua fenomena [54]
Para bodhisattva yang terkemuka memperoleh teman spiritual yang baik, yang mampu memperkuat aspek menuju jalan penggugahan, yang mampu menguraikan kepada mereka jalan terbaik yang telah ditempuh oleh para Nāyaka, mereka tidak akan mengikuti teman spiritual yang tidak baik walaupun sesaat , melainkan meninggalkannya seperti api yang akan membakar mereka.[55]
Para bodhisattva yang terkemuka ini mencapai kepastian dan terbebaskan dari rasa takut dengan mendengarkan ajaran realitas mengenai kekosongan, sehingga mereka mampu meninggalkan diri, entitas dan semua pandangan yang keliru lainnya . Dengan moralitas yang terbebaskan dari dari cacat, dengan kesadaran yang tenang dan telah dijinakkan, mereka membimbing semua makhluk hidup menuju moralitas yang tidak tertandingi dari para Buddha [56]
[0003a28] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla , yang menyebabkan para bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka di dalam siklus eksistensi kelahiran dan kematian. Apakah ke empat itu? pertama , melihat Buddha, Rāṣṭrapāla , yang menyebabkan para bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka, kedua mendengarkan uraian dari ajaran realitas yang sesuai, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka, demikian juga ketiga, meninggalkan semua kepemilikan dan keempat, tidak tergoyahkan dalam ajaran realitas yang tidak tertandingi.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka di dalam siklus eksistensi kelahiran dan kematian.
[0003b04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Mereka melihat setiap kehidupan masa lalu dari Samyaksambuddha, Yang tertinggi diantara semua makhluk yang berkaki dua , yang mengiluminasi semua ranah eksistensi. Kemudian beraspirasi untuk untuk menjunjung tinggi dan menghormati dan memberikan persembahan kepada , beraspirasi untuk mencapai kesempurnan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingh dengan tujuan untuk membebaskan semua makhluk hidup. [57]
Para putra tidak tergoyahkan dalam mendengarkan ajaran realitas, berdiam sesuai dengan uraian para Nāyaka dan kemudian mengaplikasikannya dengan sungguh-sungguh dan sempurna. Dengan mendengarkan ajaran realitas yang tak terbayangkan, tiada keraguan yang akan muncul kembali dan memahami bahwa semua fenomena itu tanpa entitas dan tidak ada yang disebut sebagai diri.[58]
Yang meninggalkan semua kepemilikan, yang tidak akan pernah bersandar pada semua aspek apapun, juga diliputi dengan suka cita pada saat melihat kehidupan para petapa . Kemudian meninggalkan semuanya desa, kerajaan, tanah, putra, istri, dan kehidupan mewah dengan tanpa keraguan [59]
[0003b16] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus tidak diikat oleh para bodhisattva , apakah keempat ini ? pertama , seorang bodhisattva harus tidak terikat , Rāṣṭrapāla,dengan kehidupan berumah tangga, kedua setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, Rāṣṭrapāla, seorang bodhisattva juga harus tidak terikat dengan ketamakan, kepemilikan ataupun kehormatan, ketiga seorang bodhisattva harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dan tidak bergaul dengan para pemberi derma , keempat, seorang bodhisattva harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dengan jasmani dan rentang waktu kehidupan mereka sendiri .
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang harus tidak diikat oleh para bodhisattva.
[0003b21] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, tidak terikat dengan kebencian yang tidak akan berakhir, para [bodhisattva] ini selalu tidak terikat dengan semua bentuk kekayaan, kualitas kebajikan, dengan indriya yang terkendali dan tenang, dan moralitas yang sempurna, mereka bersukacita dengan berdiam dan melatih diri di daerah pegunungan, hutan ataupun dataran [araṇya]. Mereka tidak pernah dekat dengan wanita atau dengan pria, berdiam dalam kesendirian seperti badak, dengan niat yang tidak ternoda dan murni.[60]
Mereka tidak akan bersuka cita dalam kepemilikan dan juga tidak akan putus asa karena kehilangan, hanya dengan memiliki sedikit keinginan dan menikmati semua apa adanya, mereka meninggalkan semua tipu muslihat dan kemunafikan. Kesadaran mereka didisiplinkan melalui ketekunan dan semangat kepahlawanan. Mereka menegaskan aspirasi untuk selalu memberi dan membimbing semua makhluk hidup. Mereka mencapai penguasaan dalam meditasi dan mengakumulasi kualitas kebajikan yang berasal dari upaya kepahlawanan mereka hingga mencapai pengetahuan dari Saṃbuddha. [61]
Mereka tidak terikat dengan jasmani dan kepemilikan dan juga semua kerabat dekat , selalu melatih diri diri melalui jalan menuju pengugahan dengan tidak tergoyahkan, dengan tekad seperti intan. Jika ada bagian jasmani mereka yang dipotong juga tidak akan tergoyahkan. Mereka sangat tabah dan ingin mencapai pengetahuan semua aspek serta memegang teguh upaya kepahlawanan mereka. [62]
[0003c02] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal , apakah keempat ini ? pertama , tidak pernah beraktivitas dengan semua aspek yang tidak sesuai dengan moralitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini tidak pernah menyesal , kedua, berdiam dalam kesendirian dan melatih diri di daerah pegunungan , hutan ataupun dataran [araṇya], ketiga, kedisiplinan dalam menjalankan empat tradisi kehidupan spiritual dari para ārya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā] keempat, memperoleh pengetahuan yang mendalam, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini tidak pernah menyesal.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal .
[0003c06] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Mereka melindungi kemurnian dari moralitas [śīla] seperti permata maṇi yang berharga, dengan tidak mengkondisikan keangkuhan dan mengatakan bahwa mereka telah berhasil dalam mempertahankan moralitas.Mereka selalu memberikan dorongan semangat kepada makhluk hidup yang sedang berusaha dengan keras untuk mencapai moralitas tertinggi dari para Buddha. [63]
Mereka berdiam dengan penuh sukacita dalam kesendirian di pegunungan, hutan ataupun dataran dan tidak memiliki konsepsual mengenai diri ataupun kepemilikan, melihat semua bentuk seperti rumput ataupun batang kayu, untuk mereka tidak ada wanita atau makhluk atau apapun yang berkaitan dengan diri [64]
Bersukacita dalam empat tradisi kehidupan spiritual dari para arya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā], tanpa tipu muslihat [akuhā], tanpa ketidakjujuran [āśāṭhyā] dan juga tanpa nafsu indriya. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh, selalu berjuang untuk pengetahuan dan kualita kebajikan, sangat rajin dalam mencari kekuasaan agung [mahānubhāva] dari pengetahuan para Sugata [65]
Mengamati dunia dalam arus eksistensi, tanpa pelindung, [semua makhluk tersebut] mengalami lahir, tua, sakit dan mati, maka [bodhisattva bertekad ] untuk menyelamatkan semua makhluk hidup dari pusaran samudra eksistensi dengan menyiapkan perahu ajaran realitas yang terbaik dan bermanfaat. [66]
Memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi , bukan pelindungan , bukan pelindung, ataupun kediamanan untuk semua makhluk hidup , kemudian mengenasikan aspirasi untuk membebaskan semua makhluk hidup dari penderitaan dan membimbing mereka hingga mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi [67]
[0003c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva, apakah keempat itu ? pertama , menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam kondisi yang baik yakni pada saat kemunculan seorang Buddha, kedua, menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada guru dengan tidak mengharapkan balasan, ketiga, bersuka cita dalam kediamannya di daerah terpencil dengan meninggalkan semua keuntungan dan kehormatan, dan keempat, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva
[0003c22] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Yang teguh selalu berdiam dalam hutan ataupun gua, tidak pernah memiliki keinginan untuk mengambil keuntungan dari orang lain, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam , fasih dalam mengakses ataupun penetrasi mendalam terhadap semua karakteristik dari semua fenomena. [68]
Selalu menjunjung tinggi kepada guru mereka dan selalu mematuhi dan bertindak berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh guru mereka , selalu dihargai oleh para Sugata yang tidak terbatas jumlahnya ,selalu menjunjung tinggi dan memberikan persembahan dalam mencari pengetahuan para Jina. [69]
Selalu memanifestasikan semua ruang lingkup penguasaan dari para termasyhur yang agung , yang tertinggi di antara semua deva dan manusia , membimbing semua makhluk hidup memasuki jalan menuju kesempurnaan penggugahan dan juga mengarahkan mereka melalui sepuluh aktivitas yang memiliki kualitas kebajikan [70]
Selalu bersuka cita dalam merenungkan kualitas kebajikan dari para Buddha, [berpikir], tidak lama lagi saya akan memasuki tahapan Buddha, akan tergugahkan dan mencapai penggugahan yang penuh dengan kualitas kebajikan, tidak ternoda, tertinggi, serta akan membebaskan semua makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya dari penderitaan tanpa akhir.[71]
[0004a02] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang memurnikan pelatihan diri para bodhisattva [bodhicarya] . Apakah keempat ini? Pertama, pelatihan diri para bodhisattva ini ditujukan untuk seseorang yang tidak terpisahkan dengan ketajamanan [intelektual] yang tidak terhalang. Kedua kediaman di dalam hutan , gunung ataupun dataran , ditujukan untuk seseorang yang telah menolak kemunafikan, ketidak jujuran, dan pemerasan. Ketiga, tidak mengharapkan balas jasa ditujukan untuk seseorang yang telah meninggalkan sema bentuk kekayaan dan keempat , menginginkan ajaran realitas siang dan malam, ditujukan untuk seseorang yang tidak mencari kekurangan dari para penyebar ajaran realitas.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , , yang memurnikan pelatihan diri para bodhisattva.
[0004a07] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Dengan kesadaran yang tanpa kekerasan hati, ketidakmurnian, ataupun kemarahan, [bodhisattva] tidak mencari kesalahan orang lain , tanpa kemunafikan ataupun ketidak jujuran, dengan kesadaran yang telah terbebaskan dari perkembangan konseptual , dengan tujuan untuk mencapai penggugahan yang tidak tertandingi.[72]
Setelah hidup lama dalam kehidupan berumah tangga, yang sangat beracun, akar dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat , sumber dari pergaulan dengan orang jahat, kemudian mereka meninggalkannya dengan tidak terikat.Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, mereka mengembara jauh memasuki semua hutan, pegunungan dan dataran untuk mencapai pembebasan. [73]
Dengan berdiam dalam beragam pegunungan, hutan dan dataran [bodhisattva] tidak terikat dengan semua kepemilikan dan kehormatan, tidak terikat dengan jasmani dan rentang waktu kehidupan, berdiam dengan tidak mengenal rasa takut, seperti singa yang mampu menundukkan semua musuhnya [74]
Bebas dan lepas seperti seekor burung, [seorang bodhisattva] bersuka cita dalam semua aspek. Tidak ada kediaman yang tetap dalam semua ranah eksistensi untuk seseorang yang selalu mencari pengetahuan dalam jalan jalan menuju penggugahan [75]
Hidup dalam kesendirian seperti badak , tidak mengenal rasa takut seperti singa , cepat dan tangkas seperti rusa gugup, mereka tidak beristirahat dalam semua ranah eksistensi ini dan juga tidak pernah sombong karena dihormati oleh orang lain. [76]
Melihat semua makhluk hidup jatuh dalam jurang, [bodhisattva] tersadarkan untuk membebaskan mereka. Oleh sebab itu dia menegaskan aspirasi : Saya akan menjadi tempat berlindung untuk semua makhluk hidup , dan terus maju dalam semua aktivitas yang penuh dengan kualitas kebajikan tanpa teralihkan [77]
Penguraian [dari bodhisattva] selalu memberikan suka cita, selalu tersenyum pada saat berbicara , kesadarannya tidak pernah mengarah pada semua aspek yang dapat disetujui ataupun yang tidak dapat disetujui. Berjuang untuk memperoleh jalan dari Yang Tertinggi di antara semua makhluk berkaki dua, berdiam tanpa kemelekatan seperti angin. [78]
Dengan gerbang samadhi kekosongan [śūnyata] dan ketiadaan pantulan dari jejak mental [animitta], memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi, berdiam dalam ketenangan yang penuh suka cita, menguasai diri dan juga memiliki inteletual yang mendalam, terpuaskan sepanjang waktu dengan rasa dari amtra.[79]
Ketika [bodhisattva] menempuh jalan menuju penggugahan, selalu memurnikan niatnya ,memperoleh kefasihan dalam mempertahankn dan mengingat dengan baik [dhāraṇī], kualitas kebajikan dan juga ketahanan terhadap ratusan penderitaan . [80]
Para bodhisattva, yang mengamati jalan spiritual dengan cara demikian, menegaskannya sebagai tujuan mereka, akan terpuaskan sedangkan yang memiliki intelektual yang tumpul, tidak akan perduli dengan penggugahan, hanya memunculkan beragam ketidak baikan [81]
[0004a29] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan perangkap bagi para bodhisattva , apakah keempat ini? pertama, kurangnya rasa hormat, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Kedua , tidak tahu berterima kasih dan suka tipu muslihat, Rāṣṭrapāla, merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Ketiga , melekat pada kebiasaan sikap dan kehormatan, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Keempat , pemerasan demi keuntungan dan kehormatan melalui tipu daya dan rayuan, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva .
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan perangkap bagi para bodhisattva.
[0004b04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang selalu tidak menghormati para guru agung dan juga kedua orang tua mereka , tidak pernah berterima kasih dan dipenuhi dengan kesombongan, orang-orang bodoh ini akan selalu tidak terkendali dalam moralitas. [82]
Yang selalu berpegang teguh pada keuntungan dengan tanpa lelah , mereka akan tergiur dengan kemunafikan dan tipu daya, dan akan berkata: tidak ada seorang pun di sini yang setara dengan moralitas ataupun kebaikan saya. [83]
Saling bersaing dan bermusuhan satu dengan yang lain, dengan terus mencari kesalahan lawan masing masing , tergiur dengan pertanian dan perdagangan. Dengan demikian , kualitas dari seorang śramaṇā akan sangat jauh untuk mereka [84]
Para bhikṣu yang tidak terkendali dalam masa kemunduran dari ajaran realitas ,jauh dari moralitas dan kebajikan, menyebabkan ajaran realitasni lenyap karena perselisihan, persaingan dan keiri hatian mereka. [85]
Selalu menjauh dari jalan menuju penggugahan,dan juga sangat jauh dari pemberian para arya, meninggalkan jalan tertinggi untuk menuju pembebasan, mereka berputar dalam lima ranah eksitensi.[86]
[0004b15] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan, apakah keempat ini? pertama , tidak memiliki keyakinan [aśradda], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Kedua, kemalasan [kausīdya], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Ketiga , kesombongan [māna], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Keempat , kesadaran yang dipenuhi dengan cemburu dan irihat kepada orang lain yang layak untuk dihormati [parapūjerṣyāmātsaryacitta], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan.
[0004b18] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Pada saat itu , mereka yang selalu tidak memiliki keyakinan, malas, bodoh, sombong, dan selalu diliputi kemarahan, melihat seorang bhikṣu yang konsisten, sabar dan terkendali, mereka akan memukulinya dengan sebatang tongkat dan mengusirnya dari kediaman mereka. [87]
Dengan kesadaran yang tidak stabil, diliputi dengan irihati pada seseorang yang layak dihormati oleh orang lain. mereka mencari berbagai kesempatan untuk melukai dan mencari kekurangan [orang lain tersebut dan berkata]: apa yang telah tidak sesuai dengan moralitas? Saya akan menuduhnya. [88]
Menjauh dari ajaran realitas, para musuh dari kebajikan ini mengarah pada akhir yang menyedihkan. Meninggalkan semua ajaran dari para Jina, mereka akan menemui akhir yang membakar, menghanguskan dan juga tidak menguntungkan. [89]
Setelah mendengar tentang perjalanan mereka yang dipenuhi dengan kekeliruan dan ketidak baikan, dan juga sangat mengerikan. Oleh sebab itu , harus selalu memiliki aspirasi untuk menempuh jalan menuju penggugahan jangan sampai anda menderita karena jatuh ke dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan [90]
Tetapi dalam ratusan koṭī kalpa , akankah seorang Buddha, rṣi agung [maharṣi] itu muncul untuk memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup ?. Saat berharga ini telah tiba sekarang, lepaskanlah semua kekecewaan anda hari ini jika menginginkan pembebasan. [91]
[0004b28] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva , apakah keempat ini? pertama, seorang sahabat spiritual yang tidak baik, Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Kedua , seseorang yang teguh dalam melekat pada pandangan keliru, Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Ketiga , seseorang yang meninggalkan ajaran realitas Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Keempat seseorang yang tamak akan semua keduniawian , Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang Bodhisattva.
[0004c04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Mereka yang meninggalkan sahabat spiritual yang tidak baik akan selalu berada dalam lingkungan dan didukung oleh para sahabat spiritual yang baik. Mereka selalu berhasil di sepanjang jalan menuju penggugahan, seperti lingkaran cahaya di sekeliling bulan pada suklapaksa [92]
Yang bertujuan untuk tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi dari para Buddha, akan selalu menolak tempat penyimpanan tahi, misalnya seseorang yang berpegang teguh pada pandangan keliru akan diri , kepemilikan dan juga entitas [93]
Yang bertujuan untuk tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi dari para Buddha, akan selalu menolak tempat penyimpanan tahi, misalnya mereka yang mencerca ajaran realitas dan kediaman dari Yang Tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua, ajaran realitas yang tidak terikat dengan semua keduniawian dan selaras dengan yang melampuai semua kelahiran dan kematian. [94]
Selain itu, juga seharusnya tidak dekat dengan ataupun harus menolak lubang yang dipenuhi dengan api misalnya seseorang yang telah terlena dalam keduniawian, mengambil patra , mengenakan jubah, hanya untuk bergaul dengan para pemberi derma [95]
Yang telah memiliki keinginan untuk menundukkan Māra , untuk memutar roda ajaran realitas tertinggi, dan juga menyebarkan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup , juga harus menolak sahabat spiritual yang tidak baik. [96]
Setelah meninggalkan meninggalkan semua aspek yang disayangi ataupun dibenci, keuntungan, ketenaran, perselisihan, kesombongan dan juga iri hati, [para bodhisattva] yang ingin tersadarkan melalui jalan menuju penggugahan tertinggi harus selalu mencari pengetahuan dari para Buddha.[97]
[0004c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan [duḥkhavipākā] bagi para bodhisattva, apakah keempat ini? pertama , kesombongan akan pencapaian pengetahuan, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Kedua , kesadaran yang dipenuhi dengan irihati dan cemburu, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Ketiga , tidak memiliki komitmen, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Keempat , mencari melalui pengetahuan dan moralitas yang tidak murni , Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva,
[0004c21] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang menerima dan mempertahankan ajaran realitas dalam ranah eksistensi ini akan dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup , hanya orang bodoh yang akan membenci mereka . Oleh sebab itu orang bodoh akan mengalami penderitaan yang tidak berakhir. [98]
Yang tidak memiliki kepastian , mencari kenikmatan nafsu indriya, selalu tergiur dengan pengetahuan yang tidak murni, selalu angkuh dan sombong, tidak menghormati para guru dan arya [99]
Yang memiliki kesadaran keliru akan mengarah pada ranah eksistensi yang tidak menyenangkan , tidak memiliki keyakinan terhadap Buddha dan tidak memiliki keyakinan terhadap ajaran realitas atau persamuan agung , juga tidak memiliki keyakinan untuk melatih diri dan mempertahankan moralitas [100]
Yang belum matang dalam spiritual dan yang masih diliputi oleh ketidaktahuan karena aktivitasnya dalam ranah kehidupan manusia , jatuh dari sini menuju neraka, menuju ranah eksistensi hewan ataupun para preta , disana mereka akan mengalami penderitaan. [101]
Yang berniat menjadi lentera untuk semua makhluk hidup dalam ranah eksistensi ini, yang akan menghancurkan dan mengakhiri semua penderitaan, pejuang di antara manusia, melalui mereka seharusnya kelahiran kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan ini dapat ditinggalkan dengan terus melatih diri melalui jalan menuju penggugahan [102]
[0005a11] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva,
[0005a12] apakah keempat ini ? Pertama, menghina dan memandang rendah orang lain, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva .Kedua, konseptual mengenai kontemplasi keduniawian merupakan karakteristik dari pelatihan diri , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva. Ketiga , kesadaran yang tidak terkendali, kehilangan pengetahuan, ataupun tidak memiliki moralitas, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva. Keempat , bergaul dan terikat dengan dengan pemberi derma , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva .
[0005a15] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang selalu membenci orang lain dan selalu melatih diri untuk tujuan keduniawian terikat oleh pandangan salah ini, seperti gajah kurus yang terjebak dalam lumpur. [103]
Yang terikat dan bergaul dengan pemberi derma , tidak memiliki moralitas dan pelit, hanya orang bodoh yang akan meninggalkan semua pengetahuan dan melekat pada moralitas yang tidak terjaga dengan baik ini [104]
Yang ingin terbebaskan dari penderitaan dan ketakutan akan lahir, sakit , tua dan mati, harus selalu tekun melatih diri dalam jalan menuju penggugahan, melepaskan semua kemuakan dan kesombongan. [105]
Setelah menanggung penderitaan tanpa akhir, setelah meninggalkan sepenuhnya semua kegiuran, dan setelah melepaskan semua aspek yang disayangi dan dibenci serta ketenaran, dengan teguh berusaha untuk mencapai tahapan buddha , yang bebas dari noda. [106]
Dengan melatih diri melalui enam kesempurnaan, tahapan pelatihan diri dari para bodhisattva, mengakumulasi kualitas kebajikan, dan mencapai kekuatan, kekuasaan dan pengetahuan, juga akan selalu dilengkapi dengan semua kebajikan. Dia akan menjadi seorang buddha , terbebaskan dari kurungan lahir , sakit , tua dan mati [107]
[ Kehidupan masa lampau Sang Buddha]
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus tidak diikat oleh para bodhisattva , apakah keempat ini ? pertama , seorang bodhisattva harus tidak terikat , Rāṣṭrapāla,dengan kehidupan berumah tangga, kedua setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, Rāṣṭrapāla, seorang bodhisattva juga harus tidak terikat dengan ketamakan, kepemilikan ataupun kehormatan, ketiga seorang bodhisattva harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dan tidak bergaul dengan para pemberi derma , keempat, seorang bodhisattva harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dengan jasmani dan rentang waktu kehidupan mereka sendiri .
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang harus tidak diikat oleh para bodhisattva.
[0003b21] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, tidak terikat dengan kebencian yang tidak akan berakhir, para [bodhisattva] ini selalu tidak terikat dengan semua bentuk kekayaan, kualitas kebajikan, dengan indriya yang terkendali dan tenang, dan moralitas yang sempurna, mereka bersukacita dengan berdiam dan melatih diri di daerah pegunungan, hutan ataupun dataran [araṇya]. Mereka tidak pernah dekat dengan wanita atau dengan pria, berdiam dalam kesendirian seperti badak, dengan niat yang tidak ternoda dan murni.[60]
Mereka tidak akan bersuka cita dalam kepemilikan dan juga tidak akan putus asa karena kehilangan, hanya dengan memiliki sedikit keinginan dan menikmati semua apa adanya, mereka meninggalkan semua tipu muslihat dan kemunafikan. Kesadaran mereka didisiplinkan melalui ketekunan dan semangat kepahlawanan. Mereka menegaskan aspirasi untuk selalu memberi dan membimbing semua makhluk hidup. Mereka mencapai penguasaan dalam meditasi dan mengakumulasi kualitas kebajikan yang berasal dari upaya kepahlawanan mereka hingga mencapai pengetahuan dari Saṃbuddha. [61]
Mereka tidak terikat dengan jasmani dan kepemilikan dan juga semua kerabat dekat , selalu melatih diri diri melalui jalan menuju pengugahan dengan tidak tergoyahkan, dengan tekad seperti intan. Jika ada bagian jasmani mereka yang dipotong juga tidak akan tergoyahkan. Mereka sangat tabah dan ingin mencapai pengetahuan semua aspek serta memegang teguh upaya kepahlawanan mereka. [62]
[0003c02] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal , apakah keempat ini ? pertama , tidak pernah beraktivitas dengan semua aspek yang tidak sesuai dengan moralitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini tidak pernah menyesal , kedua, berdiam dalam kesendirian dan melatih diri di daerah pegunungan , hutan ataupun dataran [araṇya], ketiga, kedisiplinan dalam menjalankan empat tradisi kehidupan spiritual dari para ārya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā] keempat, memperoleh pengetahuan yang mendalam, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini tidak pernah menyesal.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal .
[0003c06] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Mereka melindungi kemurnian dari moralitas [śīla] seperti permata maṇi yang berharga, dengan tidak mengkondisikan keangkuhan dan mengatakan bahwa mereka telah berhasil dalam mempertahankan moralitas.Mereka selalu memberikan dorongan semangat kepada makhluk hidup yang sedang berusaha dengan keras untuk mencapai moralitas tertinggi dari para Buddha. [63]
Mereka berdiam dengan penuh sukacita dalam kesendirian di pegunungan, hutan ataupun dataran dan tidak memiliki konsepsual mengenai diri ataupun kepemilikan, melihat semua bentuk seperti rumput ataupun batang kayu, untuk mereka tidak ada wanita atau makhluk atau apapun yang berkaitan dengan diri [64]
Bersukacita dalam empat tradisi kehidupan spiritual dari para arya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā], tanpa tipu muslihat [akuhā], tanpa ketidakjujuran [āśāṭhyā] dan juga tanpa nafsu indriya. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh, selalu berjuang untuk pengetahuan dan kualita kebajikan, sangat rajin dalam mencari kekuasaan agung [mahānubhāva] dari pengetahuan para Sugata [65]
Mengamati dunia dalam arus eksistensi, tanpa pelindung, [semua makhluk tersebut] mengalami lahir, tua, sakit dan mati, maka [bodhisattva bertekad ] untuk menyelamatkan semua makhluk hidup dari pusaran samudra eksistensi dengan menyiapkan perahu ajaran realitas yang terbaik dan bermanfaat. [66]
Memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi , bukan pelindungan , bukan pelindung, ataupun kediamanan untuk semua makhluk hidup , kemudian mengenasikan aspirasi untuk membebaskan semua makhluk hidup dari penderitaan dan membimbing mereka hingga mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi [67]
[0003c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva, apakah keempat itu ? pertama , menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam kondisi yang baik yakni pada saat kemunculan seorang Buddha, kedua, menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada guru dengan tidak mengharapkan balasan, ketiga, bersuka cita dalam kediamannya di daerah terpencil dengan meninggalkan semua keuntungan dan kehormatan, dan keempat, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva
[0003c22] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Yang teguh selalu berdiam dalam hutan ataupun gua, tidak pernah memiliki keinginan untuk mengambil keuntungan dari orang lain, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam , fasih dalam mengakses ataupun penetrasi mendalam terhadap semua karakteristik dari semua fenomena. [68]
Selalu menjunjung tinggi kepada guru mereka dan selalu mematuhi dan bertindak berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh guru mereka , selalu dihargai oleh para Sugata yang tidak terbatas jumlahnya ,selalu menjunjung tinggi dan memberikan persembahan dalam mencari pengetahuan para Jina. [69]
Selalu memanifestasikan semua ruang lingkup penguasaan dari para termasyhur yang agung , yang tertinggi di antara semua deva dan manusia , membimbing semua makhluk hidup memasuki jalan menuju kesempurnaan penggugahan dan juga mengarahkan mereka melalui sepuluh aktivitas yang memiliki kualitas kebajikan [70]
Selalu bersuka cita dalam merenungkan kualitas kebajikan dari para Buddha, [berpikir], tidak lama lagi saya akan memasuki tahapan Buddha, akan tergugahkan dan mencapai penggugahan yang penuh dengan kualitas kebajikan, tidak ternoda, tertinggi, serta akan membebaskan semua makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya dari penderitaan tanpa akhir.[71]
[0004a02] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang memurnikan pelatihan diri para bodhisattva [bodhicarya] . Apakah keempat ini? Pertama, pelatihan diri para bodhisattva ini ditujukan untuk seseorang yang tidak terpisahkan dengan ketajamanan [intelektual] yang tidak terhalang. Kedua kediaman di dalam hutan , gunung ataupun dataran , ditujukan untuk seseorang yang telah menolak kemunafikan, ketidak jujuran, dan pemerasan. Ketiga, tidak mengharapkan balas jasa ditujukan untuk seseorang yang telah meninggalkan sema bentuk kekayaan dan keempat , menginginkan ajaran realitas siang dan malam, ditujukan untuk seseorang yang tidak mencari kekurangan dari para penyebar ajaran realitas.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , , yang memurnikan pelatihan diri para bodhisattva.
[0004a07] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut :
Dengan kesadaran yang tanpa kekerasan hati, ketidakmurnian, ataupun kemarahan, [bodhisattva] tidak mencari kesalahan orang lain , tanpa kemunafikan ataupun ketidak jujuran, dengan kesadaran yang telah terbebaskan dari perkembangan konseptual , dengan tujuan untuk mencapai penggugahan yang tidak tertandingi.[72]
Setelah hidup lama dalam kehidupan berumah tangga, yang sangat beracun, akar dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat , sumber dari pergaulan dengan orang jahat, kemudian mereka meninggalkannya dengan tidak terikat.Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, mereka mengembara jauh memasuki semua hutan, pegunungan dan dataran untuk mencapai pembebasan. [73]
Dengan berdiam dalam beragam pegunungan, hutan dan dataran [bodhisattva] tidak terikat dengan semua kepemilikan dan kehormatan, tidak terikat dengan jasmani dan rentang waktu kehidupan, berdiam dengan tidak mengenal rasa takut, seperti singa yang mampu menundukkan semua musuhnya [74]
Bebas dan lepas seperti seekor burung, [seorang bodhisattva] bersuka cita dalam semua aspek. Tidak ada kediaman yang tetap dalam semua ranah eksistensi untuk seseorang yang selalu mencari pengetahuan dalam jalan jalan menuju penggugahan [75]
Hidup dalam kesendirian seperti badak , tidak mengenal rasa takut seperti singa , cepat dan tangkas seperti rusa gugup, mereka tidak beristirahat dalam semua ranah eksistensi ini dan juga tidak pernah sombong karena dihormati oleh orang lain. [76]
Melihat semua makhluk hidup jatuh dalam jurang, [bodhisattva] tersadarkan untuk membebaskan mereka. Oleh sebab itu dia menegaskan aspirasi : Saya akan menjadi tempat berlindung untuk semua makhluk hidup , dan terus maju dalam semua aktivitas yang penuh dengan kualitas kebajikan tanpa teralihkan [77]
Penguraian [dari bodhisattva] selalu memberikan suka cita, selalu tersenyum pada saat berbicara , kesadarannya tidak pernah mengarah pada semua aspek yang dapat disetujui ataupun yang tidak dapat disetujui. Berjuang untuk memperoleh jalan dari Yang Tertinggi di antara semua makhluk berkaki dua, berdiam tanpa kemelekatan seperti angin. [78]
Dengan gerbang samadhi kekosongan [śūnyata] dan ketiadaan pantulan dari jejak mental [animitta], memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi, berdiam dalam ketenangan yang penuh suka cita, menguasai diri dan juga memiliki inteletual yang mendalam, terpuaskan sepanjang waktu dengan rasa dari amtra.[79]
Ketika [bodhisattva] menempuh jalan menuju penggugahan, selalu memurnikan niatnya ,memperoleh kefasihan dalam mempertahankn dan mengingat dengan baik [dhāraṇī], kualitas kebajikan dan juga ketahanan terhadap ratusan penderitaan . [80]
Para bodhisattva, yang mengamati jalan spiritual dengan cara demikian, menegaskannya sebagai tujuan mereka, akan terpuaskan sedangkan yang memiliki intelektual yang tumpul, tidak akan perduli dengan penggugahan, hanya memunculkan beragam ketidak baikan [81]
[0004a29] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan perangkap bagi para bodhisattva , apakah keempat ini? pertama, kurangnya rasa hormat, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Kedua , tidak tahu berterima kasih dan suka tipu muslihat, Rāṣṭrapāla, merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Ketiga , melekat pada kebiasaan sikap dan kehormatan, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Keempat , pemerasan demi keuntungan dan kehormatan melalui tipu daya dan rayuan, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva .
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan perangkap bagi para bodhisattva.
[0004b04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang selalu tidak menghormati para guru agung dan juga kedua orang tua mereka , tidak pernah berterima kasih dan dipenuhi dengan kesombongan, orang-orang bodoh ini akan selalu tidak terkendali dalam moralitas. [82]
Yang selalu berpegang teguh pada keuntungan dengan tanpa lelah , mereka akan tergiur dengan kemunafikan dan tipu daya, dan akan berkata: tidak ada seorang pun di sini yang setara dengan moralitas ataupun kebaikan saya. [83]
Saling bersaing dan bermusuhan satu dengan yang lain, dengan terus mencari kesalahan lawan masing masing , tergiur dengan pertanian dan perdagangan. Dengan demikian , kualitas dari seorang śramaṇā akan sangat jauh untuk mereka [84]
Para bhikṣu yang tidak terkendali dalam masa kemunduran dari ajaran realitas ,jauh dari moralitas dan kebajikan, menyebabkan ajaran realitasni lenyap karena perselisihan, persaingan dan keiri hatian mereka. [85]
Selalu menjauh dari jalan menuju penggugahan,dan juga sangat jauh dari pemberian para arya, meninggalkan jalan tertinggi untuk menuju pembebasan, mereka berputar dalam lima ranah eksitensi.[86]
[0004b15] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan, apakah keempat ini? pertama , tidak memiliki keyakinan [aśradda], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Kedua, kemalasan [kausīdya], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Ketiga , kesombongan [māna], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan. Keempat , kesadaran yang dipenuhi dengan cemburu dan irihat kepada orang lain yang layak untuk dihormati [parapūjerṣyāmātsaryacitta], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan rintangan para Bodhisattva dalam mencapai penggugahan.
[0004b18] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Pada saat itu , mereka yang selalu tidak memiliki keyakinan, malas, bodoh, sombong, dan selalu diliputi kemarahan, melihat seorang bhikṣu yang konsisten, sabar dan terkendali, mereka akan memukulinya dengan sebatang tongkat dan mengusirnya dari kediaman mereka. [87]
Dengan kesadaran yang tidak stabil, diliputi dengan irihati pada seseorang yang layak dihormati oleh orang lain. mereka mencari berbagai kesempatan untuk melukai dan mencari kekurangan [orang lain tersebut dan berkata]: apa yang telah tidak sesuai dengan moralitas? Saya akan menuduhnya. [88]
Menjauh dari ajaran realitas, para musuh dari kebajikan ini mengarah pada akhir yang menyedihkan. Meninggalkan semua ajaran dari para Jina, mereka akan menemui akhir yang membakar, menghanguskan dan juga tidak menguntungkan. [89]
Setelah mendengar tentang perjalanan mereka yang dipenuhi dengan kekeliruan dan ketidak baikan, dan juga sangat mengerikan. Oleh sebab itu , harus selalu memiliki aspirasi untuk menempuh jalan menuju penggugahan jangan sampai anda menderita karena jatuh ke dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan [90]
Tetapi dalam ratusan koṭī kalpa , akankah seorang Buddha, rṣi agung [maharṣi] itu muncul untuk memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup ?. Saat berharga ini telah tiba sekarang, lepaskanlah semua kekecewaan anda hari ini jika menginginkan pembebasan. [91]
[0004b28] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva , apakah keempat ini? pertama, seorang sahabat spiritual yang tidak baik, Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Kedua , seseorang yang teguh dalam melekat pada pandangan keliru, Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Ketiga , seseorang yang meninggalkan ajaran realitas Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Keempat seseorang yang tamak akan semua keduniawian , Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang Bodhisattva.
[0004c04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Mereka yang meninggalkan sahabat spiritual yang tidak baik akan selalu berada dalam lingkungan dan didukung oleh para sahabat spiritual yang baik. Mereka selalu berhasil di sepanjang jalan menuju penggugahan, seperti lingkaran cahaya di sekeliling bulan pada suklapaksa [92]
Yang bertujuan untuk tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi dari para Buddha, akan selalu menolak tempat penyimpanan tahi, misalnya seseorang yang berpegang teguh pada pandangan keliru akan diri , kepemilikan dan juga entitas [93]
Yang bertujuan untuk tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi dari para Buddha, akan selalu menolak tempat penyimpanan tahi, misalnya mereka yang mencerca ajaran realitas dan kediaman dari Yang Tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua, ajaran realitas yang tidak terikat dengan semua keduniawian dan selaras dengan yang melampuai semua kelahiran dan kematian. [94]
Selain itu, juga seharusnya tidak dekat dengan ataupun harus menolak lubang yang dipenuhi dengan api misalnya seseorang yang telah terlena dalam keduniawian, mengambil patra , mengenakan jubah, hanya untuk bergaul dengan para pemberi derma [95]
Yang telah memiliki keinginan untuk menundukkan Māra , untuk memutar roda ajaran realitas tertinggi, dan juga menyebarkan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup , juga harus menolak sahabat spiritual yang tidak baik. [96]
Setelah meninggalkan meninggalkan semua aspek yang disayangi ataupun dibenci, keuntungan, ketenaran, perselisihan, kesombongan dan juga iri hati, [para bodhisattva] yang ingin tersadarkan melalui jalan menuju penggugahan tertinggi harus selalu mencari pengetahuan dari para Buddha.[97]
[0004c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan [duḥkhavipākā] bagi para bodhisattva, apakah keempat ini? pertama , kesombongan akan pencapaian pengetahuan, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Kedua , kesadaran yang dipenuhi dengan irihati dan cemburu, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Ketiga , tidak memiliki komitmen, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Keempat , mencari melalui pengetahuan dan moralitas yang tidak murni , Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva,
[0004c21] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang menerima dan mempertahankan ajaran realitas dalam ranah eksistensi ini akan dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup , hanya orang bodoh yang akan membenci mereka . Oleh sebab itu orang bodoh akan mengalami penderitaan yang tidak berakhir. [98]
Yang tidak memiliki kepastian , mencari kenikmatan nafsu indriya, selalu tergiur dengan pengetahuan yang tidak murni, selalu angkuh dan sombong, tidak menghormati para guru dan arya [99]
Yang memiliki kesadaran keliru akan mengarah pada ranah eksistensi yang tidak menyenangkan , tidak memiliki keyakinan terhadap Buddha dan tidak memiliki keyakinan terhadap ajaran realitas atau persamuan agung , juga tidak memiliki keyakinan untuk melatih diri dan mempertahankan moralitas [100]
Yang belum matang dalam spiritual dan yang masih diliputi oleh ketidaktahuan karena aktivitasnya dalam ranah kehidupan manusia , jatuh dari sini menuju neraka, menuju ranah eksistensi hewan ataupun para preta , disana mereka akan mengalami penderitaan. [101]
Yang berniat menjadi lentera untuk semua makhluk hidup dalam ranah eksistensi ini, yang akan menghancurkan dan mengakhiri semua penderitaan, pejuang di antara manusia, melalui mereka seharusnya kelahiran kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan ini dapat ditinggalkan dengan terus melatih diri melalui jalan menuju penggugahan [102]
[ Bagian kedua ]
[0005a11] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini, kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla dan berkata:
Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva,
[0005a12] apakah keempat ini ? Pertama, menghina dan memandang rendah orang lain, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva .Kedua, konseptual mengenai kontemplasi keduniawian merupakan karakteristik dari pelatihan diri , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva. Ketiga , kesadaran yang tidak terkendali, kehilangan pengetahuan, ataupun tidak memiliki moralitas, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva. Keempat , bergaul dan terikat dengan dengan pemberi derma , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu untuk para bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva .
[0005a15] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini dengan melantunkan gātha sebagai berikut
Yang selalu membenci orang lain dan selalu melatih diri untuk tujuan keduniawian terikat oleh pandangan salah ini, seperti gajah kurus yang terjebak dalam lumpur. [103]
Yang terikat dan bergaul dengan pemberi derma , tidak memiliki moralitas dan pelit, hanya orang bodoh yang akan meninggalkan semua pengetahuan dan melekat pada moralitas yang tidak terjaga dengan baik ini [104]
Yang ingin terbebaskan dari penderitaan dan ketakutan akan lahir, sakit , tua dan mati, harus selalu tekun melatih diri dalam jalan menuju penggugahan, melepaskan semua kemuakan dan kesombongan. [105]
Setelah menanggung penderitaan tanpa akhir, setelah meninggalkan sepenuhnya semua kegiuran, dan setelah melepaskan semua aspek yang disayangi dan dibenci serta ketenaran, dengan teguh berusaha untuk mencapai tahapan buddha , yang bebas dari noda. [106]
Dengan melatih diri melalui enam kesempurnaan, tahapan pelatihan diri dari para bodhisattva, mengakumulasi kualitas kebajikan, dan mencapai kekuatan, kekuasaan dan pengetahuan, juga akan selalu dilengkapi dengan semua kebajikan. Dia akan menjadi seorang buddha , terbebaskan dari kurungan lahir , sakit , tua dan mati [107]
[ Kehidupan masa lampau Sang Buddha]