Pages

T 321- 護國尊者所問大乘經 [sūtra mahāyāna yang bernama pertanyaan dari rāṣṭrapāla]

[Bagian Pertama] 
[Pendahuluan]

[0001a08] Demikianlah yang telah saya dengar.

[0001a08] Pada suatu waktu , Bhagavā  sedang berdiam di puncak gunung  Gṛdhrakūta sekitar wilayah Rājagṛha, bersama dengan  persamuan agung  yang terdiri dari seribu dua ratus lima puluh biksu dan  lima ribu bodhisattva mahāsattva,  yang telah menguasai  empat  aspek  ekspresi yang bebas dari semua halangan [aksara, makna, bahasa, kefasihan dalam menguraikan] , yang telah mencapai kesabaran dan toleransi tertinggi, yang  telah menundukkan semua  Māra dan para pasukannya, yang telah sangat dekat dengan kualitas dan pengetahuan para Buddha,  yang akan mencapai kesempurnaan penggugahan hanya dalam satu kelahiran kembali,   yang telah  menguasai  dhāraṇī,  yang telah  menguasai semua  kefasihan dalam penguraian  dengan tanpa jeda dan batasan, yang telah menguasai kepercayaan diri  yang bebas dari semua halangan , yang telah mencapai  penguasaan dan  pengendalian semua pengetahuan tertinggi melampaui keduniawian, yang telah menguasai dengan  sempurna  semua akumulasi kualitas kebajikan .

Nama  para bodhisattva mahāsattva  yang telah hadir dalam persamuan ini sebagai berikut:  Bodhisattva mahāsattva  Samantabhadra, Samantanetra, Samantāvalokita, Samantaraśmi, Samantaprabha, Uttaramati, Vardhamānamati , Anantamati, Vipulamati, Akasayamati, Dhāraṇīṃdhara, Jagatīṃdhara, Jayamati , Viśeṣamati dan bodhisattva mahāsattva Dhāraṇīṃvararāja. 

Selain itu , dalam  persamuan ini juga dihadiri oleh enam puluh bodhisattva mahāsattva yang memiliki kesadaran tertinggi dan tidak tertandingi , dipimpin oleh bodhisattva mahāsattva  Mañjuśrī dan juga dihadiri oleh enam belas manusia agung yang dipimpin oleh Bhadrapāla, Mahā Brahmā , Brahmā  Sahāṃpati, Śakra, empat lokapāla, devaputra Susîma, devaputra Susthitamati dan  juga  semua penguasa ranah deva lainnya,  penguasa para nāga , penguasa para kiṃnara , penguasa para gandharva , penguasa para yaksa, penguasa para asura, penguasa para garuḍa yang dikelilingi oleh ratusan ribu ragam pengiring mereka masing-masing .

[0001a24]  Pada saat itu, Bhagavā  yang  sedang duduk diatas di singasana śrīgarbha, dikeliling oleh semua anggota  yang hadir dalam persamuan ini ,  dengan  jasmani yang memanifestasikan beragam cahaya berwarna seperti gunung Meru,  mengiluminasi semua ranah eksistensi seperti matahari , mengiluminasi semua penjuru bumi seperti bulan , berdiam dalam ketenangan seperti Brahma , dengan jasmani  yang jarang ditemukan seperti Śakra, dihiasi dengan sempurna oleh tujuh aspek menuju penggugahan [saptabodhyaṅga] seperti   para penguasa cakravartīn  yang dihiasi dengan tujuh harta ,  menguraikan dengan fasih mengenai  ketiadaan diri dan kekosongan dari semua fenomena  seperti penguasa para singa yang telah melampaui semua rasa takut, dengan cahaya jasmani yang mengiluminasi seperti nyala api yang berkobar, memanifestasikan cahaya yang penuh dengan keagungan seperti Rāja maṇi yang  terbaik dan teragung dari para deva, dengan aspirasi agung  dan penguasaan tertinggi dari semua kualitas yang mengiluminasi trisāhasramahāsāhasra lokadhātu ,  dengan suara Brahma menguraikan semua ajaran yang disesuaikan dengan kecenderungan semua makhluk hidup , mengungkapkan ajaran realitas yang memiliki kualitas kebajikan pada awal , tengah dan akhir ,  yang memiliki kualitas kebajikan pada setiap kata dan makna, tidak dapat ditiru, sempurna, tanpa cacat dan tidak dapat dicela. 

[ Keagungan Buddha ]

[0001b05]  Pada saat itu, seseorang bodhisattva mahâsattva bernama  Prāmodyarāja yang sedang duduk diantara semua peserta persamuan ini, melihat Tathāgata berdiam diatas singasana, memanifestasikan cahaya yang mengiluminasi semua aspek dengan kecemerlangan melampaui ribuan matahari , menyebabkan semua cahaya dari para deva menjadi redup . Setelah melihat fenomena ini bodhisattva mahâsattva Prāmodyarāja dipenuh dengan sukacita, mencapai kelenturan dari jasmani dan kesadaran, dengan penuh keyakinan bangkit dari tempat duduknya, merangkupkan kedua tangannya dan memuji Bhagavān dengan gātha sebagai berikut :

Pemenang  , dengan jasmani  yang sempurna  memanifestasikan cahaya agung  seperti gunung emas, mengiluminasi  dan menyeliputi  semua para Śrāvaka dan Buddhasutā  , persamuan para deva, asura, gandharva kiṃnara dan nāga, melampaui semua ranah eksistensi  [1]

Seperti  Gunung Meru kediaman dari para deva , berdiri menjulang tinggi di tengah samudera, demikian juga Bhagavān berdiri ditengah samudera  welas asih , memancarkan ratusan ribu sinar cahaya [2]

Brahmâ  yang telah mencapai moralitas tertinggi , bersinar melampaui semua Brahmâ, makhluk tertinggi dan teragung,  yang  berdiam dengan penuh suka cita dalam kontemplasi, pembebasan, dan samādhi,  mengilluminasi semua ranah eksistensi [ 3]

Dihiasi dengan  kecemerlangan yang mengagumkan, seperti Śakra yang berada  diantara  tiga puluh tiga   deva dan  makhluk agung lainnya,  Rājā Muni , yang dihiasi dengan beragam karakteristik dan dipenuhi dengan  pengetahuan mendalam dan kualitas manfaat , mengilluminasi semua ranah eksistensi [4]

Dengan cahaya yang berkobar dan  penuh dengan gemerlapan, penguasa empat benua ini  mengiluminasi semua ranah eksistensi, dengan kesadaran yang penuh dengan welas asih , mengiluminasi dan membimbing semua [makhluk dalam] ranah eksistensi untuk memasuki  jalan para mulia.[5]

Seperti matahari yang melintasi angkasa dan mengiluminasi semua ranah eksistensi , demikian juga cahaya Buddha  yang melampaui ribuan matahari, memudarkan semua  cahaya dari agnimaṇi dan  mengilluminasi semua ranah eksistensi [6]

Seperti  bulan  yang  tanpa  noda dan murni memanifestasikan cahaya  pada malam hari, mengiluminasi  semua  penjuru bumi. Demikian juga  wajah  dari  Jina seperti  bulan purnama,  memanifestasikan  cahaya yang melampaui semua keagungan. [7]

Seperti kobaran api di puncak gunung  yang mengiluminasi semua aspek  dan melenyapkan semua  kegelapan dari malam yang hening, demikian juga  cahaya  pengetahuan dari  Rṣi agung ini mengiluminasi semua aspek dan melenyapkan semua kegelapan dari ketidaktahuan[8]

Seperti singa yang mengaum dalam  gua di pegunungan, hingga  menggetarkan semua mangsa yang  berada disekitarnya, demikian jugaGuru para manusia dan deva, menguraikan  ketiadaan diri  dan kekosongan dari semua fenomena, hingga menggetarkan semua pengikut luar ajaran [9]

Seperti rāja maṇi yang terbaik  dan termulia , dengan kecemerlangan  melampaui semua permata, demikian juga  jasmani dari  Jina, dengan kecemerlangan menyerupai warna keemasan , melampaui semua ranah eksistensi.[10]

Yang tiada tandingan dalam semua ranah eksistensi , yang terbaik  diantara semua makhluk hidup, dengan  kualitas kebajikan , manfaat , ketekunan dan kefasihan  yang tiada tandingannya [11]

Saya melihat penakhluk semua makhuk hidup ini mengiluminasi semua ranah eksistensi , samudra  dari kualitas kebajikan, sang  pelindung ,  dengan  penuh rasa hormat dan sukacita, saya bersujud di kaki Jina [12]

Semoga  semua makhluk hidup dalam semua  ranah eksistensi mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi melalui kualitas kebajikan yang telah saya akumulasi  dengan memuji dan menjunjung tinggi  yang telah memahami pengetahuan semua aspek ,  samudra dari welas kasih,  landasan dari semua kebajikan, pelita untuk semua ranah eksistensi. [13] 

[0001c06] Kemudian , setelah  bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja  selesai melantunkan gātha pujian kepada  Bhagavā, merangkupkan kedua tangannya  untuk memberikan penghormatan  dan menatap  jasmani dari Tathāgata [tathāgatakāya] dengan mata yang tidak berkedip,  dengan hanya mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi  dari fenomena [dharmadhātu]  yang sangat mendalam, sulit untuk diakses, sulit untuk dilihat, sulit untuk  dipahami, sulit untuk dimengerti, melampaui semua logika, tenang, dan halus. mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tidak dapat dibayangkan dan merenungkan  pengetahuan dari Tathāgata [tathāgatajñāna]  yang  luas dan melingkupi semua esensi  dari fenomena [dharmadhātu], menyelidiki ruang lingkup Buddha [buddhagocara] yang tiada bandingnya, memahami aktivitas Buddha [buddhaviṣaya] yang melampaui kesetaraan dan ketidaksetaraan, meyakini para Buddha , memahami ruang lingkup aktivitas dan kefasihan dari Tathāgata [tathāgatopāyaviṣayagocara] dan sifat intrinsitik dari esensi fenomena [dharmadhātunayasvabhāvā] ,kemudian melihat bahwa para Buddha , Bhagavā berdiam dalam ruang lingkup tanpa landasan seperti ruang angkasa [anālayagaganagocarā] . Kemudian dia menegaskan aspirasi agung untuk memahami intrinsitik dari  semua fenomena yang tidak memiliki  batasan sebagai batasan realitas [bhūtakoṭi] mereka , menegaskan aspirasi agung untuk mencapai pembebasan dari para Buddha yang  terbebaskan  dari semua halangan, memahami jasmani  dari para Buddha , Bhagavān yang  tidak berubah, dipenuhi dengan keberuntungan, dan konstan,  juga memahami jasmani  dari Tathāgata [tathāgatakāya] sebagai ekspasif dari semua buddhakṣetra dan yang mengarah kepada semua makhluk hidup. Dia mengingat bahwa, walaupun hingga jutaan kalpa  yang akan datang , tidak ada batasan  dari kualitas kebajikan para Buddha , Bhagavā.

[0001c16] Pada saat itu bodhisattva mahāsattva Pramodyarāja  tidak mengucapkan apapun dan tetap dalam kediamannya, setelah mengkontemplasi dengan pengamatan mendalam terhadap esensi  dari fenomena [dharmadhātu] .

[Rāṣṭrapāla Memasuki Rājagṛha dan Memuji Sang Buddha]

[0001c18] Pada saat itu  Āyuṣmān Rāṣṭrapāla yang  sedang  berdiam di  Śrāvastī  untuk menjalankan varṣa selama tiga bulan. Setelah berlalunya varṣa , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla mengenakan jubah luar [cīvara] dan mengambil pātra , bersama dengan para bhikṣu yang berada dalam persamuaan agung [saṃgha] , termasuk para sramana yang baru meninggalkan kehidupan berumah tangga, melakukan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya  dan tiba di puncak gunung  Gṛdhrakūta sekitar wilayah Rājagṛha.

Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla  menghadap Bhagavā,  bersujud  di kaki Bhagavā, dan mengelilinginya tiga kali, dan kemudian  duduk disalah satu sisi.  Setelah itu , Āyuṣmān Rāṣṭrapāla  merangkupkan kedua telapak tangannya untuk memberikan penghormatan dan memuji Bhagavā dengan gātha sebagai berikut :

Kami memberikan hormat kepada  Yang Terunggul , Yang telah mencapai penggugahan. Kami memberikan hormat kepada yang  memiliki kesadaran  tak terbatas seperti ruang angkasa. Kami memberikan hormat kepada Jina yang  telah memotong putus semua keraguan .  Kami memberikan penghormatan kepada Muni yang telah  melampaui tiga ranah eksistensi. [14]

Para nāyaka dari ratusan ribu koti kṣetra melantunkan pujian kepada  kualitas kebajikan anda.  Semua  kṣetra dan putra Buddha [buddhasuta]  yang mendengarkan  pujian ini, akan  diliputi dengan suka cita  serta  akan menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Muni, samudra  dari kualitas kebajikan. [15] 

Setelah putra Buddha menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada Sugata  dan mendengarkan ajaran realitas dari Mahāmuni, kembali  ke kṣetra mereka  masing masing dengan  penuh suka cita, melantunkan kembali   gātha mengenai kualitas Tathāgata. [16]

Tathāgata mengakumulasi kualitas kebajikan untuk semua makhluk hidup, melampaui  koṭi nayuta kalpa yang tidak terbatas dan yang  tidak dapat dibayangkan, menempuh jalan  untuk  menuju  kesempurnaan penggugahan tertinggi  dengan kesadaran anda tidak pernah lelah. [17]

Nāyaka melatih diri melalui pemberian [dāna] dan moralitas [śīla], kesabaran  [kṣānti], ketekunan [vīrya] dan kontemplasi [dhyāna] hingga mencapai kesempurnaan kebijaksanaan [prajña] dan kefasihan [upāya] tertinggi. Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada  pelatih agung [mahāvināyaka] [18]

Tathāgata  menguasai dengan fasih [empat] landasan  kekuatan yang lebih tinggi  [ṛddhipāda] dan pengetahuan  melampaui keduniawian [abhijña] yang terbaik,  semua indriya, kekuatan [bala] , semua pembebasan dan juga fasih dalam membimbing semua makhluk hidup Oleh sebab itu kami memberikan hormat kepada yang telah menguasai semua pengetahuan yang tak tertandingi. [19]

Mengetahui dan memahami   semua arus kesadaran [cittadhāra]  dari  makhluk hidup,  demikian juga hasil dari aktivitas pikiran perbuatan dan ucapan yang keliru dan yang tidak keliru, juga mengetahui dan memahami  pembebasan dan metoda kefasihan. Setelah memahami semua aspek ini , Bhagavā,  Yang tertinggi,  menguraikannya dengan terperinci  kepada semua makhluk hidup [20]

Semua keinginan indriya [rāga] dan kebencian [dveṣa] dikondisikan oleh ketidaktahuan dari semua makhluk hidup , hingga jatuh dalam tiga ranah eksistensi  yang tidak menyenangkan. Tathāgata menguraikan beragam pelatihan diri  untuk memutuskan ini , hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan.[21]

Bhagavā mengetahui Semua Sugata  dari  masa lampau yang telah memberikan manfaat untuk semua makhluk hidup , Sugata  dari  masa sekarang  yang dijunjung tinggi dan dihormati oleh para deva dan  manusia dan juga   semua Sugata  dari  masa  yang akan datang  yang masih mengakumulasi kualita kebajikan tertinggi mereka [22]

Tathāgata mengetahui semua aspek dari  kṣetra murni [kṣetraśuddhirapi],  bodhisattva  beserta dengan pengikutnya  ,śrāvaka dan juga rentang waktu kehidupan dari para  rṣi agung [maharṣi] tersebut  [23]

Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua , mengetahui dengan pasti ajaran realitas yang masih  bertahan setelah parinirvāna mereka , pemujaan relik  Jina hingga  pendirian stupa dan juga  semua aspek yang dilakukan dalam melestarikan harta dari  ajaran realitas [24] 

Dengan sepuluh kekuatan  [daśabala]  dan  pengetahuan [jñāna]  yang tidak terhalang , hingga mengetahui semua aktivitas dalam tiga masa [ masa lampau , sekarang, dan masa yang akan datang]  dengan kesadaran yang telah  terbebaskan dari semua fenomena   Kami memberikan hormat kepada samudra pengetahuan [jñānasāgara] , Jina [25]

Tiada yang mampu menyamai ataupun melampaui semua aspek dari Buddha , dengan jasmani yang dhiasi dengan karakteristik  manusia agung  dengan tanda seperti  bintang  yang  menghiasi ruang angkasa.  Kami memberi  hormat kepada  Muni, Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua [26]

Bentuk jasmani Tathāgata  sangat mengagumkan dan tiada bandingannya,  mampu mengkondisikan sukacita pada kesadaran,  mampu meredupkan semua cahaya para deva,  Di hadapanmu, cahaya Brahma śakra dan para deva akaniṣṭha meredup dan tidak akan bermanifestasi [27]

Tidak ternoda seperti gunung emas yang kokoh , dengan rambut yang halus berputar dari arah kanan ke kiri,  dengan  uṣṇiṣa  yang menonjol seperti seperti rāja Meru, dan bersinar  dikondisikan oleh hasil dari kualitas kebajikan yang  luas. [28]

Dengan urṇa  diantara kedua alis mata  yang memancarkan koti niyuta cahaya,  dengan mata  yang indah dan penuh dengan welas asih dalam mengamati semua ranah eksistensi  seperti bunga teratai. [29]

Seperti bulan purnama di langit yang cerah, demikian juga  wajah dari vināyaka,  semua makhluk hidup menatap  dengan tak teralihkan dan tak terpuaskan. Oleh sebab itu , kami memberi hormat kepada Yang Tertinggi di antara  semua makhluk hidup berkaki dua yang  diberkati dengan wajah yang menawan [30]

Melangkah dengan tenang seperti gajah , singa, angsa ataupun burung merak ,  baik berjalan ataupun berhenti mampu mengetarkan bumi . Oleh sebab itu , kami memberikan hormat kepada yang  telah menguasai sepuluh kekuatan [daśabala] melalui pelatihan diri [31]

Dengan jari  tangan  yang indah,  panjang dan bulat,  dengan kuku berwarna seperti  jalinan  tembaga murni. Pada saat berdiri, [tangan] mencapai tempurung lutut. Oleh sebab itu ,kami memberi hormat kepada pemilik  jasmani  yang berwarna keemasan  [32]

Berjalan di permukaan tanah, menghiasinya dengan jejak kaki bertatahkan jalinan  cakra, dengan sinar kaki yang mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup  hingga mereka terlahir kembali dalam ranah eksistensi para deva  pada saat rentang kehidupan berakhir [33]

Rāja  dari ajaran realitas,  yang menerima tujuh harta berharga,  penderma ajaran realitas, yang telah menundukkan kesadarannya,  yang menguraikan pelatihan diri  yang selaras dengan ajaran realitas.  Oleh sebab itu , Kami bersujud di hadapan penguasa ajaran realitas , Nāyaka. [34]

Dengan welas asih sebagai  pelindung  ,  perhatian penuh [smṛti]  sebagai pedang  , moralitas [śīla] sebagai  busur dan kebijaksanaan dan  kefasihan  sebagai anak  panah. Dengan  senjata ini menghancurkan semua musuh dari kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] hingga kegiuran [tṛṣṇa] akan kelahiran, kematian, dan eksistensi  ditundukkan.[35]

Yang telah mencapai pantai seberang, membimbing  ratusan koṭi makhluk hidup  untuk mencapai pembebasan,  terbebaskan dari  semua belenggu.  Dengan menunjukkan jalan yang tenang dan tanpa penderitaan mental [nirjvaraṃ]  yang juga merupakan jalan untuk  para Sugatā  mencapai pembebasan dan pemadaman [śivaṃ padam]. [36]

Dengan welas asih menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup mengenai yang tidak terkondisi  [asaṃskṛta] dengan pembebasan tertinggi,  melampaui kelahiran maupun kematian,  melampaui semua pengetahuan ,  melampaui semua pelatihan diri dan juga  melampaui  semua asal mula dari penderitaan [37]

Semoga  semua makhluk hidup dalam semua  ranah eksistensi mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi melalui kualitas kebajikan yang telah saya akumulasi  dengan memuji dan menjunjung tinggi  penguasa ranah eksistensi [lokapravara], Mahāmuni, Jina yang telah menguasai semua kualitas [38] 

[Pertanyaan Rāṣṭrapāla]

[0002b16] Kemudian setelah  Āyuṣmān Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha pujian kepada  Bhagavā,  segera bangkit dari tempat duduknya,  merapikan dan melipat jubah hingga bagian atas bahu kanan terbuka , bersujud dengan  lutut kanan menyentuh tanah , menghadap ke arah  Bhagavā  dan berkata:

Saya masih diiputi oleh keraguan, Bhagavā, Arahat , Samyaksaṃbuddha, saya ingin mengajukan pertanyaan, mohon Bhagavā berkenan untuk menjawab pertanyaan untuk menghilangkan keraguan ini. 

[0002b19]  Kemudian Bhagavā memberitahukan kepada Āyuṣmān Rāṣṭrapāla dan berkata 

Silahkan mengajukan pertanyaan, Rāṣṭrapāla, sesuai dengan keinginan anda dan saya akan memberikan jawaban yang tepat untuk menghilangkan keraguan dan  menenangkan pikiran anda

[0002b20] Setelah mendapatkan jawaban dari Bhagavā ,  Āyuṣmān Rāṣṭrapāla diliputi dengan sukacita  dan mencapai kelenturan fisik dan kesadaran , kemudian kembali menyapa  Bhagavā dan berkata 

Dengan kualitas apa , Bhagavā, para bodhisattva mahāsattva  mampu memperoleh pengetahuan dalam memahami semua fenonema, mampu mencapai kualitas kebajikan tertinggi , mampu mencapai kebijaksanaan dan pengetahuan dengan  tidak tergantung pada orang lain, mampu melatih diri melalui  pengamatan mendalam ,  mampu menguasai dengan fasih semua  metoda analisis [viniścaya], mampu  mencapai yang melampaui semua ranah eksistensi , mampu mengakses semua aspek yang dapat diketahui , mampu mematangkan [spiritual] semua makhluk hidup, mampu terbebaskan dari ketidakpastian , mampu terbebaskan dari keraguan , mampu menguasai dengan fasih semua metoda analisis terhadap  semua aspek yang dapat diketahui, menguasai dengan fasih [empat metoda] perangkulan dalam membimbing dan membebaskan semua makhluk hidup berdasarkan kecenderungan mereka , menguasai dengan fasih [empat aspek] ekspresi yang tidak terhalang [ aksara, makna, bahasa, penguraian] , mampu mencapai perhatian penuh dalam perenungan Buddha,  menguasai kefasihan dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan , mampu mempertahankan dan mengingat dengan baik  semua ajaran realitas [sarvadharmadhāraṇatāṃ], mampu dengan cepat memahami semua aspek yang dapat diketahui ?


[0002b28]  Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla  melanjutkan pertanyaan dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :


Mohon Jina, Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua, berkenan untuk menguraikan kepada saya,  uraian terperinci mengenai samudera pengetahuan, kepastian [suniścita] dari pelatihan diri [jalan] bodhisattva [bodhisattvacarya]  yang berlandaskan realitas  [39]

Yang tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua  dengan jasmani seperti emas murni , sebagai sarana dalam mengakumulasi kualitas kebajikan, sebagai sarana  perlindungan dan sebagai kediaman,  sebagai  pengasingan diri. Mohon uraikan sekarang  mengenai ajaran realitas tertinggi yang tidak dapat dicela ini  [40]

Bagaimana seseorang  mampu mencapai  kualitas kebajikan yang tidak akan berakhir , mempertahankan dan mengingat  dengan baik [dhāraṇī], mencapai penggugahan [bodhi] dan memperoleh nektar [amṛta], Bagaimana samudra kebijaksanaan [prajñāsāgara] mampu memurnikan semua keraguan makhluk hidup dan memutuskan semua aspek ini ? [41]

Berputar dalam siklus kelahiran dan kematian hingga kalpa yang tidak terhitung  , tanpa lelah dan tanpa penyesalan yang mendalam.  Melihat semua makhluk hidup yang demikian , dipenuhi dengan penderitaan, maka  [Buddha]  mengakumulasi kualitas kebajikan  demi mereka [42]

Semoga berkenan menguraikan kṣetra  murni,  persamuan  terbaik,  rentang waktu kehidupan yang panjang dan  kṣetra terbaik, serta  uraian  yang tidak tertandingi  untuk semua makhluk hidup dan  juga uraian yang tidak tercela dalam menuju  penggugahan.[43]

Yang telah menundukkan Māra  dan menghancurkan pandangan keliru, yang  telah mengeringkan semua keinginan dan mencapai pembebasan, yang telah mencapai kepastian  dalam pelatihan diri melalui  jalan  dari ajaran realitas .  Semoga berkenan menguraikan, Permata  untuk semua makhluk hidup ,  mengenai jalan tertinggi.[44] 

Yang diberkati dengan  jasmani yang indah, kemakmuran, dan juga  kefasihan, juga membuat dikenal ruang lingkup para Buddha,  berikanlah suka cita kepada persamuan ini melalui suara yang lembut dan lepaskan dahaga  semua makhluk hidup seperti awan pada musim  hujan. [45]

Yang bersuara indah suara indah  seperti senandung burung kalaviṅka,  seperti suara Brahma yang menggelegar hingga menghancurkan semua kekeliruan. Persamuan yang ingin mendengarkan ajaran realitas telah hadir disini ,berikan mereka sukacita , melalui nektar [amṛta]  [46] 

Saya memiliki keinginan untuk mencapai  kesempurnaan pengggugahan tertinggi, juga memiliki keinginan untuk memahami  ajaran realitas, seharusnya tidak ditolak. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menegaskannya kembali, Nāyaka, semoga berkenan untuk menguraikannya sekarang,  Permata Tertinggi.[47]

Saya menegaskan aspirasi untuk  mencapai penggugahan, Muni,  anda juga mengetahui dengan baik niat  yang penuh dengan  sukacita ini, Jina.  Semoga saya tidak menganggu Jina, sādhu semoga berkenan menguraikan ajaran realitas yang tertinggi [48]

[0002c20] Setelah Rāṣṭrapāla selesai melantunkan gātha ini, Bhagavā  kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata: 

Sādhu sādhu, Rāṣṭrapāla, memang  seharusnya demikian, Rāṣṭrapāla, anda telah mengajukan pertanyaan ini  dengan tujuan untuk  memberikan manfaat dan kesejahteraan kepada semua mahkluk hidup, Rāṣṭrapāla,  untuk memberikan manfaat , kesejahteraan dan suka cita kepada semua makhluk hidup termasuk para deva dan manusia, dan  juga untuk pencapaian bodhisattva mahāsattva  di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Rāṣṭrapāla, dengarkan baik-baik dan perhatian dengan seksama . Sekarang saya akan menguraikan dengan terperinci  untuk anda.

[0002c23] Kemudian Āyuṣmān Rāṣṭrapāla  berkata

Sādhu , Bhagavā, saya akan mendengarkannya  dengan baik dan menerima uraian ini  dengan penuh suka cita 

[Kualitas Bodhisattva]

[0002c25] Bhagavā  kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para  bodhisattva mencapai kemurnian tertinggi. apakah ke empat ini ?  pertama , moralitas yang sesuai dengan kecenderungan kualitas kebajikan dan aspirasi , kedua , kesadaran yang tidak membedakan semua makhluk hidup;  ketiga , kontemplasi mengenai  kekosongan; dan keempat ,melatih diri sesuai dengan uraian.

Demikian keempat  kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para  bodhisattva mencapai kemurnian tertinggi .

[0459a25] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Yang memiliki pengetahuan tak terbatas , yang selalu  tekun dan  penuh dengan semangat, dengan kesadaran yang  tidak mungkin  berbalik arah dari jalan menuju penggugahan,  meninggalkan ketidakjujuran , meninggalkan aspek yang tidak terlatih , meninggalkan yang bukan realitas. [49]

Melihat makhluk hidup diliputi penderitaan dan tidak bahagia, disiksa oleh kelahiran, penyakit, usia tua, dan kematian, mereka [yakni, para bodhisattva] mempersiapkan perahu ajaran realitas untuk mengangkut semua makhluk hidup  dalam samudra eksistensi. [50]

Sūratā yang berwatak halus , dengan kesadaran yang tidak membedakan semua makhluk hidup , melihat  semua makhluk hidup  seperti putra tunggal sendiri, kemudian  manusia tertinggi ini beraspirasi untuk menyelamatkan dan membimbing mereka [51]

Dengan empat postur [berjalan, berbaring , berdiri dan duduk] yang selalu merenungkan pintu kekosongan,  memahami dengan baik  bahwa  diri maupun  entitas itu tidak eksis. Yang terkondisi itu  seperti mimpi atau ilusi , yang masih diliputi ketidaktahuan dan yang belum matang [dalam spiritual] tidak akan memahami ini [52]

Yang berdiam dalam pelatihan  diri  yang sesuai dengan uraian,  Jinātmaja dengan kesadaran yang  telah jinak dan tenang  dan meninggalkan semua kebencian,  menempuh jalan bodhisattva untuk menuju penggugahan [53]

[0003a12] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para  bodhisattva mencapai kepastian. Apakah keempat ini ? pertama, mempertahankan dan mengingat dengan baik [dharani],  kedua, memperoleh teman spiritual yang baik , ketiga memperoleh kepastian dan meninggalkan rasa takut dalam mendengarkan ajaran realitas  yang mendalam, dan keempat, mencapai pelatihan diri melalui  moralitas yang murni.

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para  bodhisattva  mencapai kepastian. 

[0003a17] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Para bodhisattva yang terkemuka, selalu mampu mempertahankan dan mengingat dengan baik, menerima dan mempertahankan ajaran realitas yang  terbaik   yang  diuraikan oleh para Buddha , dengan tidak mudah melupakan semua aspek ini , selalu bertekad untuk meningkatkan pengetahuan yang  tidak terhalang, yang melampaui semua fenomena [54]

Para bodhisattva yang terkemuka memperoleh  teman spiritual yang baik,  yang mampu memperkuat aspek menuju jalan penggugahan, yang mampu menguraikan kepada mereka  jalan terbaik yang telah ditempuh oleh para Nāyaka, mereka  tidak akan mengikuti teman spiritual yang tidak baik walaupun sesaat , melainkan  meninggalkannya seperti api yang akan membakar mereka.[55]

Para bodhisattva yang terkemuka  ini mencapai kepastian dan terbebaskan dari rasa takut dengan  mendengarkan ajaran realitas  mengenai kekosongan, sehingga mereka mampu meninggalkan diri, entitas  dan semua pandangan yang keliru lainnya . Dengan moralitas yang  terbebaskan dari dari cacat,  dengan kesadaran yang tenang dan telah dijinakkan,  mereka  membimbing  semua makhluk hidup menuju moralitas yang  tidak tertandingi dari  para Buddha [56]

[0003a28] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla , yang menyebabkan  para  bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka  di dalam siklus eksistensi kelahiran dan kematian. Apakah ke empat itu?  pertama ,  melihat Buddha, Rāṣṭrapāla , yang menyebabkan  para  bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka, kedua mendengarkan uraian dari ajaran realitas  yang sesuai, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan  para  bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka, demikian juga  ketiga, meninggalkan semua kepemilikan dan keempat, tidak tergoyahkan dalam ajaran realitas yang tidak tertandingi.

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan  para bodhisattva diliputi dengan sukacita dengan kediaman mereka  di dalam siklus eksistensi kelahiran dan kematian. 

[0003b04] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Mereka melihat setiap kehidupan masa lalu dari  Samyaksambuddha,  Yang tertinggi diantara semua makhluk yang berkaki dua , yang mengiluminasi semua ranah eksistensi. Kemudian beraspirasi untuk untuk menjunjung tinggi dan menghormati  dan memberikan persembahan kepada  , beraspirasi untuk mencapai kesempurnan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingh dengan tujuan  untuk  membebaskan  semua makhluk hidup. [57]

Para putra tidak tergoyahkan  dalam mendengarkan ajaran realitas, berdiam sesuai dengan uraian para Nāyaka dan kemudian mengaplikasikannya dengan sungguh-sungguh dan sempurna. Dengan mendengarkan ajaran realitas yang tak terbayangkan,  tiada keraguan yang akan muncul kembali  dan memahami bahwa semua fenomena itu  tanpa entitas  dan tidak ada yang disebut sebagai  diri.[58]

Yang meninggalkan semua kepemilikan,  yang tidak akan pernah bersandar pada semua aspek apapun, juga diliputi dengan suka cita pada saat melihat kehidupan para petapa . Kemudian meninggalkan semuanya desa, kerajaan, tanah, putra,  istri, dan kehidupan mewah  dengan  tanpa keraguan [59]

[0003b16] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus tidak diikat  oleh para bodhisattva , apakah keempat ini ? pertama , seorang bodhisattva  harus tidak terikat , Rāṣṭrapāla,dengan kehidupan berumah tangga, kedua setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, Rāṣṭrapāla, seorang bodhisattva juga harus tidak terikat  dengan ketamakan, kepemilikan ataupun kehormatan, ketiga seorang bodhisattva harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dan tidak bergaul dengan para pemberi derma , keempat, seorang bodhisattva  harus tidak terikat, Rāṣṭrapāla, dengan jasmani dan  rentang waktu kehidupan mereka sendiri .

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang harus tidak diikat  oleh para bodhisattva. 

[0003b21] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga,  tidak terikat  dengan kebencian yang tidak akan berakhir,  para [bodhisattva] ini selalu  tidak terikat dengan semua bentuk kekayaan, kualitas kebajikan, dengan indriya yang terkendali dan tenang, dan moralitas yang sempurna, mereka bersukacita dengan berdiam dan melatih diri di daerah pegunungan, hutan ataupun dataran [araṇya]. Mereka tidak pernah dekat dengan wanita atau dengan pria, berdiam dalam kesendirian  seperti badak,  dengan niat yang tidak ternoda dan murni.[60]

Mereka tidak  akan bersuka cita dalam kepemilikan dan juga tidak akan putus asa karena kehilangan, hanya dengan memiliki sedikit keinginan dan menikmati  semua apa adanya, mereka meninggalkan semua tipu muslihat dan kemunafikan. Kesadaran mereka didisiplinkan melalui ketekunan dan semangat  kepahlawanan. Mereka menegaskan aspirasi untuk selalu memberi dan membimbing semua makhluk hidup. Mereka mencapai penguasaan dalam meditasi dan mengakumulasi kualitas kebajikan yang berasal dari upaya kepahlawanan mereka hingga mencapai pengetahuan dari  Saṃbuddha. [61]

Mereka  tidak terikat dengan jasmani dan kepemilikan  dan juga semua kerabat dekat , selalu melatih diri diri melalui jalan menuju pengugahan dengan tidak tergoyahkan, dengan tekad seperti intan. Jika ada bagian jasmani mereka  yang dipotong juga tidak akan tergoyahkan. Mereka sangat tabah dan ingin mencapai pengetahuan semua aspek serta memegang teguh upaya kepahlawanan mereka. [62]

[0003c02] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal , apakah keempat ini ? pertama , tidak pernah beraktivitas dengan semua aspek  yang tidak sesuai dengan moralitas, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini  tidak pernah  menyesal , kedua, berdiam dalam kesendirian dan melatih diri di daerah pegunungan , hutan ataupun dataran [araṇya], ketiga, kedisiplinan dalam menjalankan empat tradisi kehidupan spiritual dari para ārya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā] keempat, memperoleh pengetahuan yang mendalam, Rāṣṭrapāla, yang menyebabkan para bodhisattva ini  tidak pernah  menyesal.

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang menyebabkan para bodhisattva tidak pernah menyesal .

[0003c06]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Mereka melindungi kemurnian dari moralitas [śīla] seperti  permata maṇi yang berharga, dengan tidak mengkondisikan keangkuhan dan mengatakan bahwa mereka telah berhasil dalam mempertahankan moralitas.Mereka selalu memberikan  dorongan semangat kepada makhluk hidup yang sedang berusaha dengan keras  untuk mencapai moralitas tertinggi dari para Buddha. [63]

Mereka berdiam dengan penuh sukacita  dalam kesendirian di pegunungan, hutan ataupun dataran dan tidak memiliki konsepsual mengenai  diri  ataupun kepemilikan, melihat semua bentuk seperti  rumput ataupun batang kayu, untuk mereka tidak ada wanita atau makhluk atau apapun yang berkaitan dengan diri [64]

Bersukacita dalam empat tradisi kehidupan spiritual dari para arya [caturṇām āryavaṃśānām anuvartanatā], tanpa tipu muslihat [akuhā], tanpa ketidakjujuran [āśāṭhyā] dan juga tanpa nafsu indriya. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh, selalu berjuang untuk pengetahuan dan kualita kebajikan, sangat rajin  dalam mencari kekuasaan agung [mahānubhāva] dari pengetahuan para Sugata [65] 

Mengamati dunia dalam arus eksistensi, tanpa pelindung, [semua makhluk tersebut]  mengalami lahir, tua, sakit dan mati, maka  [bodhisattva  bertekad ] untuk menyelamatkan semua  makhluk hidup dari pusaran samudra eksistensi  dengan menyiapkan perahu  ajaran realitas yang terbaik dan bermanfaat. [66]

Memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi ,  bukan pelindungan , bukan pelindung, ataupun kediamanan untuk semua makhluk hidup , kemudian mengenasikan aspirasi untuk membebaskan semua makhluk hidup dari penderitaan dan membimbing mereka hingga mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi [67]

[0003c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva, apakah keempat itu ? pertama ,  menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam kondisi yang baik yakni pada saat kemunculan seorang Buddha, kedua, menjunjung tinggi dan memberikan persembahan kepada guru dengan tidak mengharapkan balasan, ketiga,  bersuka cita dalam  kediamannya di daerah terpencil dengan meninggalkan semua keuntungan dan kehormatan, dan keempat, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam. 

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla yang harus ditiru dalam pelatihan diri para bodhisattva 

[0003c22] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Yang teguh selalu berdiam dalam hutan ataupun gua, tidak pernah memiliki keinginan untuk mengambil keuntungan dari orang lain, memperoleh kefasihan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan tidak terhalang terhalang terhadap ajaran realitas yang mendalam , fasih dalam mengakses ataupun penetrasi mendalam terhadap semua karakteristik dari semua fenomena. [68]

Selalu menjunjung tinggi  kepada  guru mereka dan selalu mematuhi dan  bertindak berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh guru mereka , selalu dihargai oleh para  Sugata yang tidak terbatas jumlahnya ,selalu menjunjung tinggi dan memberikan persembahan  dalam  mencari pengetahuan  para Jina. [69]

Selalu memanifestasikan semua ruang lingkup penguasaan dari para termasyhur yang agung , yang tertinggi di antara semua  deva dan manusia , membimbing semua makhluk hidup memasuki jalan menuju kesempurnaan penggugahan  dan juga mengarahkan mereka melalui sepuluh aktivitas yang memiliki kualitas kebajikan [70]

Selalu bersuka cita dalam merenungkan kualitas kebajikan dari para Buddha,  [berpikir], tidak lama lagi saya akan memasuki tahapan Buddha, akan tergugahkan dan mencapai penggugahan yang penuh dengan kualitas kebajikan,  tidak ternoda, tertinggi,  serta akan membebaskan  semua makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya dari penderitaan tanpa akhir.[71]

[0004a02]  Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang memurnikan pelatihan diri  para bodhisattva [bodhicarya] . Apakah keempat ini? Pertama, pelatihan diri  para bodhisattva ini  ditujukan  untuk seseorang yang tidak terpisahkan dengan ketajamanan [intelektual]  yang tidak terhalang. Kedua kediaman di dalam hutan , gunung ataupun dataran , ditujukan untuk seseorang yang  telah menolak kemunafikan, ketidak jujuran, dan pemerasan. Ketiga,  tidak mengharapkan balas jasa  ditujukan untuk  seseorang  yang telah meninggalkan sema bentuk kekayaan dan keempat , menginginkan ajaran realitas siang dan malam,  ditujukan untuk  seseorang yang tidak mencari kekurangan dari  para penyebar ajaran realitas. 

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , , yang memurnikan pelatihan diri  para bodhisattva.

[0004a07]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut :

Dengan  kesadaran yang  tanpa kekerasan hati, ketidakmurnian, ataupun  kemarahan, [bodhisattva] tidak mencari kesalahan orang lain , tanpa kemunafikan ataupun ketidak jujuran, dengan kesadaran yang telah terbebaskan dari perkembangan  konseptual , dengan tujuan untuk  mencapai penggugahan yang tidak tertandingi.[72]

Setelah hidup lama dalam kehidupan berumah tangga, yang sangat beracun, akar dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat , sumber dari  pergaulan dengan orang  jahat, kemudian  mereka  meninggalkannya dengan  tidak terikat.Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, mereka mengembara jauh memasuki semua hutan, pegunungan dan dataran  untuk mencapai pembebasan. [73]

Dengan berdiam dalam beragam pegunungan, hutan dan dataran [bodhisattva]  tidak terikat  dengan semua kepemilikan dan kehormatan,  tidak terikat dengan  jasmani dan rentang waktu kehidupan, berdiam dengan tidak mengenal rasa takut, seperti singa yang mampu menundukkan semua musuhnya [74]

Bebas dan lepas seperti seekor burung, [seorang bodhisattva] bersuka cita dalam semua aspek. Tidak ada kediaman yang tetap dalam semua ranah eksistensi untuk seseorang yang selalu mencari pengetahuan dalam jalan jalan menuju penggugahan  [75]

Hidup dalam kesendirian seperti badak , tidak mengenal rasa takut seperti singa , cepat dan  tangkas seperti rusa gugup, mereka  tidak beristirahat dalam semua ranah eksistensi ini dan juga tidak pernah sombong  karena  dihormati oleh orang lain. [76]

Melihat semua makhluk hidup jatuh dalam jurang, [bodhisattva] tersadarkan  untuk  membebaskan mereka. Oleh sebab itu dia menegaskan aspirasi   :  Saya  akan menjadi tempat  berlindung  untuk semua makhluk hidup , dan terus maju dalam semua aktivitas yang penuh dengan kualitas kebajikan tanpa teralihkan [77]

Penguraian [dari bodhisattva]  selalu memberikan  suka cita, selalu tersenyum pada saat berbicara ,  kesadarannya tidak pernah mengarah pada  semua aspek yang  dapat disetujui ataupun yang  tidak dapat disetujui.  Berjuang untuk memperoleh  jalan dari Yang Tertinggi di antara semua makhluk berkaki dua, berdiam tanpa kemelekatan seperti angin. [78]

Dengan gerbang samadhi kekosongan [śūnyata] dan ketiadaan pantulan dari jejak mental [animitta], memahami bahwa semua fenomena terkondisi merupakan delusi, berdiam dalam ketenangan  yang penuh suka cita, menguasai diri dan  juga memiliki inteletual yang  mendalam, terpuaskan sepanjang waktu  dengan rasa dari amtra.[79]

Ketika [bodhisattva] menempuh jalan menuju penggugahan, selalu memurnikan niatnya ,memperoleh kefasihan dalam  mempertahankn dan mengingat dengan baik [dhāraṇī], kualitas kebajikan dan  juga ketahanan  terhadap  ratusan penderitaan . [80]

Para bodhisattva,  yang  mengamati  jalan spiritual dengan cara demikian, menegaskannya sebagai tujuan mereka, akan terpuaskan sedangkan yang memiliki intelektual yang tumpul, tidak  akan perduli dengan penggugahan, hanya memunculkan beragam  ketidak baikan [81]

[0004a29] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang  merupakan perangkap bagi para bodhisattva , apakah keempat ini? pertama, kurangnya rasa hormat, Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva.  Kedua , tidak tahu berterima kasih dan suka tipu muslihat, Rāṣṭrapāla, merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Ketiga , melekat pada  kebiasaan sikap dan kehormatan,  Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva. Keempat , pemerasan demi keuntungan dan kehormatan melalui tipu daya dan rayuan,  Rāṣṭrapāla , merupakan perangkap bagi para bodhisattva . 

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla , yang  merupakan perangkap bagi para bodhisattva.

[0004b04]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut

Yang selalu tidak  menghormati  para guru agung dan juga kedua orang tua mereka , tidak pernah berterima kasih dan dipenuhi dengan kesombongan, orang-orang bodoh ini  akan selalu tidak terkendali dalam moralitas.  [82]

Yang selalu berpegang teguh pada  keuntungan dengan tanpa lelah  , mereka  akan tergiur dengan kemunafikan dan tipu daya,  dan akan berkata:  tidak ada seorang pun di sini yang setara dengan moralitas ataupun  kebaikan saya. [83]

Saling bersaing dan bermusuhan satu dengan yang lain,  dengan terus mencari kesalahan  lawan masing masing , tergiur dengan pertanian dan perdagangan. Dengan demikian , kualitas dari seorang  śramaṇā akan sangat jauh untuk mereka [84]

Para bhikṣu yang tidak terkendali  dalam masa kemunduran dari ajaran realitas ,jauh dari moralitas dan kebajikan, menyebabkan ajaran realitasni lenyap  karena perselisihan, persaingan dan keiri hatian mereka. [85]

Selalu menjauh dari jalan menuju penggugahan,dan juga sangat jauh dari pemberian para arya,  meninggalkan jalan tertinggi untuk menuju pembebasan, mereka berputar dalam  lima ranah eksitensi.[86]

[0004b15] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla,  yang merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan, apakah keempat ini?   pertama , tidak memiliki keyakinan [aśradda], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan.  Kedua, kemalasan [kausīdya], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan. Ketiga , kesombongan [māna], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan. Keempat ,  kesadaran yang dipenuhi dengan cemburu dan irihat kepada orang lain yang layak untuk dihormati [parapūjerṣyāmātsaryacitta], Rāṣṭrapāla, merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla ,  yang merupakan rintangan  para Bodhisattva  dalam mencapai penggugahan.

[0004b18] Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut

Pada saat itu , mereka yang selalu tidak memiliki keyakinan, malas,  bodoh, sombong, dan  selalu diliputi kemarahan,  melihat seorang bhikṣu yang konsisten,  sabar dan terkendali, mereka  akan memukulinya dengan sebatang tongkat dan  mengusirnya dari  kediaman mereka. [87] 

Dengan kesadaran yang tidak stabil, diliputi dengan irihati pada seseorang yang layak dihormati oleh orang lain.  mereka mencari  berbagai kesempatan untuk melukai dan mencari kekurangan [orang lain tersebut  dan berkata]:  apa  yang telah tidak sesuai dengan moralitas?  Saya akan menuduhnya. [88]

Menjauh dari ajaran realitas, para  musuh dari kebajikan ini  mengarah pada  akhir yang menyedihkan. Meninggalkan semua ajaran dari para Jina, mereka akan menemui akhir yang membakar, menghanguskan dan juga  tidak menguntungkan. [89]

Setelah mendengar tentang perjalanan  mereka yang dipenuhi dengan kekeliruan dan  ketidak baikan, dan juga sangat mengerikan. Oleh sebab itu , harus  selalu  memiliki aspirasi untuk menempuh  jalan menuju penggugahan jangan sampai anda menderita karena jatuh ke dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan  [90] 

Tetapi  dalam ratusan koṭī kalpa , akankah  seorang  Buddha,  rṣi agung  [maharṣi] itu  muncul untuk memberikan manfaat  bagi semua makhluk hidup ?. Saat berharga  ini telah tiba sekarang,  lepaskanlah semua  kekecewaan anda hari ini jika menginginkan pembebasan. [91]

[0004b28] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla,  orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva , apakah keempat ini?  pertama,  seorang sahabat spiritual yang tidak baik,  Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Kedua ,  seseorang yang  teguh dalam melekat pada pandangan keliru,  Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Ketiga , seseorang yang  meninggalkan ajaran realitas  Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva. Keempat  seseorang yang tamak akan  semua keduniawian , Rāṣṭrapāla, merupakan seseorang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang bodhisattva.

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla ,  orang-orang yang seharusnya tidak sering dikunjungi oleh seorang Bodhisattva.

[0004c04]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut

Mereka yang meninggalkan sahabat spiritual yang tidak baik akan selalu berada dalam lingkungan dan didukung oleh para sahabat spiritual yang baik. Mereka selalu berhasil di sepanjang jalan menuju penggugahan, seperti lingkaran cahaya di sekeliling bulan pada  suklapaksa [92]

Yang bertujuan untuk  tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi  dari para Buddha,  akan selalu menolak  tempat penyimpanan  tahi,  misalnya seseorang yang berpegang teguh pada  pandangan keliru akan diri , kepemilikan dan juga entitas  [93]

Yang bertujuan untuk  tersadarkan melalui pengetahuan tertinggi  dari para Buddha,  akan selalu menolak  tempat penyimpanan  tahi, misalnya mereka yang mencerca ajaran realitas dan kediaman dari Yang Tertinggi diantara semua makhluk hidup berkaki dua, ajaran realitas yang tidak terikat dengan semua  keduniawian dan  selaras dengan  yang melampuai semua kelahiran dan kematian. [94]

Selain itu, juga seharusnya tidak dekat dengan  ataupun harus menolak lubang yang dipenuhi dengan api  misalnya seseorang yang telah terlena  dalam keduniawian, mengambil  patra , mengenakan jubah, hanya untuk bergaul dengan para pemberi derma [95]

Yang  telah memiliki keinginan untuk menundukkan Māra , untuk memutar roda ajaran realitas tertinggi, dan juga menyebarkan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup , juga harus menolak sahabat spiritual yang tidak baik. [96]

Setelah meninggalkan meninggalkan  semua aspek yang disayangi  ataupun dibenci, keuntungan, ketenaran, perselisihan, kesombongan dan juga  iri hati, [para bodhisattva] yang ingin  tersadarkan melalui  jalan menuju penggugahan tertinggi harus selalu mencari  pengetahuan dari para Buddha.[97]

[0004c17] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla,  yang  akan menghasilkan penderitaan [duḥkhavipākā]  bagi para bodhisattva, apakah keempat ini?  pertama , kesombongan  akan pencapaian pengetahuan, Rāṣṭrapāla, yang  akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Kedua ,  kesadaran yang dipenuhi dengan irihati dan cemburu, Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Ketiga , tidak memiliki komitmen,  yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva. Keempat ,  mencari melalui pengetahuan dan moralitas yang tidak murni , Rāṣṭrapāla, yang akan menghasilkan penderitaan bagi para bodhisattva.

Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla ,  yang  akan menghasilkan penderitaan  bagi para bodhisattva,

[0004c21]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut

 Yang menerima dan mempertahankan ajaran realitas dalam ranah eksistensi ini akan dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup , hanya  orang  bodoh yang akan membenci mereka . Oleh sebab itu  orang bodoh akan mengalami penderitaan yang  tidak berakhir. [98]

Yang tidak memiliki kepastian , mencari kenikmatan nafsu  indriya, selalu tergiur dengan pengetahuan yang tidak murni, selalu angkuh dan sombong,  tidak menghormati para guru dan arya  [99]

Yang memiliki  kesadaran keliru  akan mengarah pada ranah eksistensi yang tidak menyenangkan , tidak memiliki keyakinan terhadap Buddha dan tidak memiliki keyakinan terhadap ajaran realitas atau persamuan agung , juga tidak memiliki keyakinan untuk melatih diri dan mempertahankan moralitas [100]

Yang belum matang dalam spiritual dan yang masih diliputi oleh ketidaktahuan  karena  aktivitasnya dalam ranah kehidupan manusia , jatuh dari sini  menuju neraka,  menuju ranah eksistensi hewan ataupun para preta , disana mereka akan mengalami penderitaan. [101]

Yang berniat menjadi  lentera untuk semua makhluk hidup dalam ranah eksistensi ini, yang akan menghancurkan dan mengakhiri semua penderitaan,  pejuang di antara manusia,  melalui mereka seharusnya kelahiran kembali dalam ranah eksistensi yang tidak menyenangkan ini dapat ditinggalkan dengan terus melatih diri melalui  jalan menuju penggugahan [102]

[ Bagian kedua ]

[0005a11] Setelah Bhagavā selesai melantunkan gātha ini,  kemudian kembali memberitahukan kepada Rāṣṭrapāla  dan berkata:

Ada empat kualitas, Rāṣṭrapāla, yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva, 

[0005a12]  apakah keempat ini ? Pertama, menghina dan memandang rendah orang lain, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu  untuk  para bodhisattva .Kedua,  konseptual mengenai  kontemplasi keduniawian merupakan karakteristik dari pelatihan diri , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu  untuk  para bodhisattva. Ketiga ,  kesadaran yang tidak terkendali, kehilangan pengetahuan, ataupun tidak memiliki moralitas, Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu  untuk  para bodhisattva. Keempat , bergaul  dan terikat dengan dengan pemberi derma , Rāṣṭrapāla, merupakan belenggu  untuk  para bodhisattva.
Demikian keempat kualitas ini, Rāṣṭrapāla ,  yang merupakan belenggu untuk para Bodhisattva .

[0005a15]  Kemudian Bhagavā menegaskan kembali makna dari uraian ini  dengan  melantunkan gātha sebagai berikut

Yang selalu membenci orang lain dan selalu melatih diri untuk tujuan keduniawian  terikat oleh pandangan salah ini, seperti gajah  kurus  yang terjebak dalam lumpur. [103]

Yang  terikat  dan bergaul dengan pemberi derma ,  tidak memiliki moralitas dan pelit, hanya orang bodoh yang  akan meninggalkan  semua pengetahuan dan melekat pada  moralitas  yang tidak terjaga dengan baik ini [104]

Yang ingin terbebaskan dari penderitaan dan ketakutan  akan lahir, sakit , tua dan mati, harus selalu tekun melatih diri dalam jalan menuju penggugahan, melepaskan  semua   kemuakan dan kesombongan. [105]

Setelah menanggung penderitaan tanpa akhir, setelah meninggalkan sepenuhnya semua kegiuran, dan setelah  melepaskan semua  aspek yang disayangi dan dibenci serta  ketenaran, dengan teguh berusaha untuk mencapai  tahapan buddha , yang bebas dari noda. [106]

Dengan melatih diri melalui enam kesempurnaan, tahapan pelatihan diri dari para bodhisattva, mengakumulasi kualitas kebajikan, dan  mencapai kekuatan, kekuasaan  dan pengetahuan,  juga akan selalu dilengkapi dengan semua kebajikan. Dia akan menjadi seorang buddha , terbebaskan dari kurungan  lahir , sakit , tua dan mati [107]

[ Kehidupan masa lampau Sang Buddha]

Karma JIgme

Instagram