Pages

SN 19 : Lakkhaṇa Saṃyutta

Saṃyutta Nikāya


Lakkhaṇa Saṃyutta


Kelompok Khotbah tentang Lakkhaṇa


Di terjemahkan dari pāḷi ke inggris oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi

Di terjemahkan dari inggris ke indonesia oleh Dhammacita

Nara Sumber pāḷi

[ SN 19.1 - SN 19.21 ]

SN 18 SN 19 SN 20


Paṭhama Lakkhaṇa Vagga


SN 19.1 : Aṭṭhi Sutta [Kerangka Tulang-belulang]

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Pada saat itu Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang berdiam di Gunung Puncak Hering. Kemudian, pada suatu pagi, Yang Mulia Mahāmoggallāna merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, ia mendekati Yang Mulia Lakkhaṇa dan berkata kepadanya: “Ayo, Sahabat Lakkhaṇa, kita memasuki Rājagaha untuk menerima dana makanan.”

“Baiklah, sahabat,” Yang Mulia Lakkhaṇa menjawab. Kemudian, ketika ia turun dari Gunung Puncak Hering, Yang Mulia Mahāmoggallāna tersenyum di tempat-tempat tertentu. Yang Mulia Lakkhaṇa berkata kepadanya: “Karena alasan apakah, Sahabat Moggallāna, engkau tersenyum?”

“Ini bukan waktunya untuk pertanyaan itu, Sahabat Lakkhaṇa. Tanyakanlah lagi pertanyaan itu kepadaku ketika kita berada di hadapan Sang Bhagavā.” 

Kemudian, ketika Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna telah menerima dana makanan di Rājagaha dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan mereka mendekati Sang Bhagavā. Setelah memberi hormat kepada Sang Bhagavā, mereka duduk di satu sisi, dan Yang Mulia Lakkhaṇa berkata kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna: “Di sini, ketika ia menuruni Gunung Puncak Hering, Yang Mulia Mahāmoggallāna tersenyum di tempat tertentu. Karena alasan apakah, Sahabat Moggallāna, engkau tersenyum?”

“Di sini, sahabat, sewaktu menuruni Gunung Puncak Hering, aku melihat kerangka tulang-belulang melayang di udara. Burung-burung nasar, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya di antara rusuk-rusuknya, menghujamnya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan. Aku berpikir: ‘Sungguh menakjubkan! Sungguh mengagumkan! Bahwa ada makhluk seperti itu; bahwa ada kehidupan dengan bentuk seperti itu!’”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, ada para siswa yang memiliki penglihatan, memiliki pengetahuan, dalam hal bahwa siswa itu dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan pemandangan seperti itu. Di masa lalu, para bhikkhu, Aku juga melihat makhluk itu, tetapi Aku tidak mengatakan apa pun tentangnya. Karena jika Aku mengatakannya, orang-orang lain tidak akan memercayaiKu, dan jika mereka tidak memercayaiKu maka itu akan menuntun pada kemalangan dan penderitaan mereka untuk waktu yang lama.

“Makhluk itu, para bhikkhu, dulunya adalah seorang penjagal ternak di Rājagaha ini. Setelah disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama ratusan tahun, selama ribuan tahun, selama ratusan ribu tahun sebagai akibat dari kamma itu, sebagai akibat sisa dari kamma yang sama itu ia mengalami bentuk kehidupan demikian.”

Sutta selanjutnya dari sub bab ini mengikuti pola yang sama seperti yang pertama. Seperti halnya dalam teks Pāli, demikian pula dalam terjemahan di sini hanya frasa yang berbeda yang ditampilkan. 


SN 19.2 : Maṃsapesi Sutta [Potongan Daging]

… “Di sini, sahabat, sewaktu menuruni Gunung Puncak Hering, aku melihat sepotong daging melayang di udara. Burung-burung hering, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan.” …
“Makhluk itu, para bhikkhu, dulunya adalah seorang penjagal ternak di Rājagaha ini. …” 


SN 19.3 : Maṃsapiṇḍa Sutta[Sebongkah Daging]

… “Aku melihat sebongkah daging …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang pemotong ayam di Rājagaha ini. …” 


SN 19.4 :  Nicchavi Sutta [Orang Tanpa Kulit]

… “Aku melihat orang tanpa kulit …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang penjagal domba di Rājagaha ini. …” 


SN 19.5 : Asiloma Sutta ([Berbulu Pedang]

… “Aku melihat seseorang dengan bulu badan dari pedang-pedang yang melayang di udara. Pedang-pedang itu terus-menerus terangkat dan membacok tubuhnya sementara ia berteriak kesakitan …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang penjagal babi di Rājagaha ini. …” 

SN 19.6 : Sattiloma Sutta [Berbulu Tombak]

… “Aku melihat seseorang dengan bulu badan dari tombak-tombak yang melayang di udara. Tombak-tombak itu terus-menerus terangkat dan menusuk tubuhnya sementara ia berteriak kesakitan …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang pemburu rusa di Rājagaha ini. …” 


SN 19.7 : Usuloma Sutta [Berbulu Anak Panah]

… “Aku melihat seseorang dengan bulu badan dari anak panah-anak panah yang melayang di udara. Panah-panah itu terus-menerus terangkat dan menusuk tubuhnya sementara ia berteriak kesakitan …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang penyiksa di Rājagaha ini. …


SN 19.8 : Sūciloma 1 Sutta [Berbulu Jarum (1)]

… “Aku melihat seseorang dengan bulu badan dari jarum-jarum yang melayang di udara. Jarum-jarum itu terus-menerus terangkat dan menusuk tubuhnya sementara ia berteriak kesakitan …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang pelatih kuda di Rājagaha ini. …”


SN 19.9 : Sūciloma 2 Sutta [Berbulu Jarum (2)]

… “Aku melihat seseorang dengan bulu badan dari jarum-jarum yang melayang di udara. Jarum-jarum masuk dari kepalanya dan keluar dari mulutnya; masuk dari mulutnya dan keluar dari dadanya; masuk dari dadanya dan keluar dari perutnya; masuk dari perutnya dan keluar dari pahanya; masuk dari pahanya dan keluar dari betisnya; masuk dari betisnya dan keluar dari kakinya, sementara ia berteriak kesakitan …”
“Makhluk itu, dulunya adalah seorang yang suka memfitnah di Rājagaha ini. …” 


SN 19.10 : Kumbhaṇḍa Sutta [Biji Kemaluan Berbentuk Kendi]

…”Aku melihat seorang laki-laki dengan biji kemaluan berbentuk kendi melayang di udara. Ketika ia berjalan, ia harus mengangkat biji kemaluannya di bahunya, dan ketika ia duduk ia menduduki biji kemaluannya. Burung-burung hering, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan.” …
“Makhluk itu, para bhikkhu, dulunya adalah seorang hakim korup di Rājagaha ini. …” 



Dutiya Lakkhaṇa Vagga


SN 19.11 : Sasīsaka Sutta [Dengan Kepala Terbenam]

… “Aku melihat seorang laki-laki dengan kepala terbenam di dalam lubang kotoran …”
“Makhluk itu adalah seorang pencabul di Rājagaha ini …” 


SN 19.12 : Gūthakhādi Sutta [Pemakan Kotoran]

… “Aku melihat seorang laki-laki dengan kepala terbenam di dalam lubang kotoran, memakan kotoran dengan kedua tangannya …”

“Makhluk itu, para bhikkhu, dulunya adalah seorang brahmana yang bersikap bermusuhan di Rājagaha ini. pada masa Pengajaran Buddha Kassapa, ia mengundang Bhikkhu Saṅgha untuk makan. Setelah mengisi mangkuk dengan kotoran, ia berkata kepada para bhikkhu: ‘Tuan-tuan, makanlah sebanyak yang kalian inginkan dari ini dan bawalah sisanya pulang.’ …”


SN 19.13 : Nicchavitthi Sutta [Perempuan Tanpa Kulit]

… “Aku melihat seorang perempuan tanpa kulit melayang di udara. Burung-burung hering, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan.” …
“Perempuan itu dulunya adalah seorang pelacur di Rājagaha ini …” 


SN 19.14 : Maṅgulitthi Sutta [Perempuan Buruk Rupa]

… “Aku melihat seorang perempuan, berbau busuk dan buruk rupa, melayang di udara. Burung-burung hering, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan.” …
“Perempuan itu dulunya adalah seorang peramal di Rājagaha ini …” 


SN 19.15 : Okilinī Sutta [Perempuan Berkeringat]

… “Aku melihat seorang perempuan, tubuhnya terpanggang, berkeringat, penuh jelaga, melayang di angkasa, sambil berteriak kesakitan …”
“Perempuan itu dulunya adalah permaisuri Raja Kaliṅga. Bersifat pencemburu, ia menuangkan arang membara ke atas tubuh salah satu selir raja 

SN 19.16 : Asīsaka Sutta [Tubuh Tanpa Kepala]

… “Aku melihat tubuh tanpa kepala melayang di udara; mata dan mulutnya terletak di dadanya. Burung-burung hering, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya, dan mencabik-cabiknya sementara ia berteriak kesakitan.” …
“Makhluk itu dulunya adalah seorang algojo bernama Hārika di Rājagaha ini …” 

SN 19.17 : Pāpabhikkhu Sutta [Bhikkhu Jahat]

… “Aku melihat seorang bhikkhu melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan …”
“Bhikkhu itu dulunya adalah seorang bhikkhu jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa …” 


SN 19.17–21 : Pāpabhikkhu – Pāpasāmaṇerī Sutta [Bhikkhu Jahat]

… “Aku melihat seorang bhikkhu melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan …”
“Bhikkhu itu dulunya adalah seorang bhikkhu jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa …”
 

SN 19.18 : Pāpabhikkhuṇī Sutta [Bhikkhunī Jahat]

… “Aku melihat seorang bhikkhunī melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan …”
“Bhikkhunī itu dulunya adalah seorang bhikkhunī jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa …


SN 19.19 : Pāpasikkhamānā Sutta [Sāmaṇerī Jahat, dan seterusnya]

… “Di sini, sahabat, sewaktu menuruni Gunung Puncak Hering, Aku melihat seorang sāmaṇerī … seorang sāmaṇera … seorang sāmaṇerī melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan. Aku berpikir: ‘Sungguh menakjubkan! Sungguh mengagumkan! Bahwa ada makhluk seperti itu; bahwa ada kehidupan dengan bentuk seperti itu!’”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, ada para siswa yang memiliki penglihatan, memiliki pengetahuan, dalam hal bahwa siswa itu dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan pemandangan seperti itu. Di masa lalu, para bhikkhu, Aku juga melihat sāmaṇerī itu, tetapi Aku tidak mengatakan apa pun tentangnya. Karena jika Aku mengatakannya, orang-orang lain tidak akan memercayaiKu, dan jika mereka tidak memercayaiKu maka itu akan menuntun pada kemalangan dan penderitaan mereka untuk waktu yang lama.

“Sāmaṇerī itu dulunya adalah seorang sāmaṇerī jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa. Setelah disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama ratusan tahun, selama ribuan tahun, selama ratusan ribu tahun sebagai akibat dari kamma itu, sebagai akibat sisa dari kamma yang sama itu ia mengalami bentuk kehidupan demikian.” 


SN 19.20 : Pāpasāmaṇera Sutta [Sāmaṇerī Jahat, dan seterusnya]

… “Di sini, sahabat, sewaktu menuruni Gunung Puncak Hering, Aku melihat seorang sāmaṇerī … seorang sāmaṇera … seorang sāmaṇerī melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan. Aku berpikir: ‘Sungguh menakjubkan! Sungguh mengagumkan! Bahwa ada makhluk seperti itu; bahwa ada kehidupan dengan bentuk seperti itu!’”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, ada para siswa yang memiliki penglihatan, memiliki pengetahuan, dalam hal bahwa siswa itu dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan pemandangan seperti itu. Di masa lalu, para bhikkhu, Aku juga melihat sāmaṇerī itu, tetapi Aku tidak mengatakan apa pun tentangnya. Karena jika Aku mengatakannya, orang-orang lain tidak akan memercayaiKu, dan jika mereka tidak memercayaiKu maka itu akan menuntun pada kemalangan dan penderitaan mereka untuk waktu yang lama.

“Sāmaṇerī itu dulunya adalah seorang sāmaṇerī jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa. Setelah disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama ratusan tahun, selama ribuan tahun, selama ratusan ribu tahun sebagai akibat dari kamma itu, sebagai akibat sisa dari kamma yang sama itu ia mengalami bentuk kehidupan demikian.” 

SN 19.21 : Pāpasāmaṇerī Sutta [Sāmaṇerī Jahat, dan seterusnya]

… “Di sini, sahabat, sewaktu menuruni Gunung Puncak Hering, Aku melihat seorang sāmaṇerī … seorang sāmaṇera … seorang sāmaṇerī melayang di angkasa. Jubah luar, mangkuk, ikat pinggang, dan tubuhnya terbakar, menyala, dan berkobar sementara ia berteriak kesakitan. Aku berpikir: ‘Sungguh menakjubkan! Sungguh mengagumkan! Bahwa ada makhluk seperti itu; bahwa ada kehidupan dengan bentuk seperti itu!’”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, ada para siswa yang memiliki penglihatan, memiliki pengetahuan, dalam hal bahwa siswa itu dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan pemandangan seperti itu. Di masa lalu, para bhikkhu, Aku juga melihat sāmaṇerī itu, tetapi Aku tidak mengatakan apa pun tentangnya. Karena jika Aku mengatakannya, orang-orang lain tidak akan memercayaiKu, dan jika mereka tidak memercayaiKu maka itu akan menuntun pada kemalangan dan penderitaan mereka untuk waktu yang lama.

“Sāmaṇerī itu dulunya adalah seorang sāmaṇerī jahat pada masa Pengajaran Buddha Kassapa. Setelah disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama ratusan tahun, selama ribuan tahun, selama ratusan ribu tahun sebagai akibat dari kamma itu, sebagai akibat sisa dari kamma yang sama itu ia mengalami bentuk kehidupan demikian.” 


Karma JIgme

Instagram