Pages

T 575 -佛說大方等修多羅王經 [ sūtra mahāyāna yang bernama memasuki eksistensi ]

大正新脩大藏經

Taishō Shinshū Daizōkyō

經集部


T 575


佛說大方等修多羅王經


आर्य-भवसंक्रान्ति-नाम-महायान-सूत्र


ārya-bhavasaṃkrānti-nāma-mahāyāna-sūtra


sūtra mahāyāna yang bernama memasuki eksistensi


Diterjemahkan oleh : Bodhiruci


Diterjemahkan dari Chinese ke dalam Bahasa Indonesia oleh Karma Jigma

Nara Sumber dalam Chinese

T 574 T 575 T 576


[0948b27]  Demikianlah yang telah kudengar 

[0948b27] Pada suatu waktu,  Bhagavān sedang berdiam di hutan bambu Kalanda disekitar wilayah Rājagṛha bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari  seribu dua ratus lima puluh bhikṣu dan para bodhisattva mahāsattva.

Pada saat itu Rāja Magadha yang bernama Bimbisāra Magadha yang bernama Bimbisāra , meninggalkan ibu kota kerajaan, berangkat menuju hutan bambu Kalanda dan tiba kediaman dari Bhagavān,  kemudian menghadap Bhagavān, memberikan penghormatan , mengelilinginya  sebanyak tiga kali dan duduk kembali disalah satu sisi.

[0948c03] Kemudian , Bhagavān memberitahukan kepada Rāja Bimbisāra dan berkata ,

Jika, Māharāja, seseorang melihat dalam mimpi  bahwa semua orang beserta dengan para  selir sedang melakukan hubungan badan, setelah dia  terbangun dari mimpinya,  masih selalu mengingat kembali semua orang beserta dengan para selir tersebut, apa pendapat anda , Māharāja, apakah semua orang beserta dengan para wanita mereka  dalam mimpi ini  eksis atau tidak ? 

[0948c06] Rāja Bimbisāra menjawab 

Tidak, Bhagavān.

[0948c07] Bhagavān memberitahukan kepada Māharāja dan berkata

Apa pendapat anda , Māharāja, jika seseorang yang melihat dalam mimpi bahwa  semua orang beserta dengan para  selir sedang melakukan hubungan badan, setelah dia  terbangun dari mimpinya,  masih selalu mengingat kembali semua orang beserta dengan para  selir tersebut,,  apakah seseorang ini akan memiliki ketenangan dan kebijaksanaan atau tidak ? 

[0948c09] Rāja Bimbisāra menjawab 

Tidak  , Bhagavān , mengapa demikian ? Bhagavān  , karena  semua orang beserta dengan para wanita itu tidak eksis pada hakekatnya dan juga tidak dapat dimiliki. Dengan demikian ,bagaimana dapat dikatakan bahwa  hubungan badan yang dilakukan oleh  mereka itu juga eksis?

[0948c11] Bhagavān memberitahukan kepada Māharāja dan berkata

Demikian juga, para orang awam yang masih terdelusi, dengan mata melihat objek yang indah dan kemudian kemelekatan itu muncul, setelah itu keinginan indriya akan muncul, Selanjutnya karena impuls dari keinginan indriya ini maka dia melakukan aktivitas berdasarkan kekeliruan dan ketidaktahuan, baik melalui  aktivitas dari perbuatan, ucapan ataupun pikiran. Setelah semua aktivitas ini selesai dilakukan, atau dikatakan telah berhenti, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada penjuru timur , juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung  pada penjuru selatan , juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung pada penjuru barat, demikian juga tidak dapat dikatakan bahwa itu berhenti ataupun berdurasi tergantung  pada semua penjuru diantara kempat penjuru tersebut , atas ataupun bawah.

Pada saat rentang kehidupan akan berakhir ataupun arus kesadaran akan berhenti, semua jejak mental juga akan termanifestasi kembali dalam pikiran mereka.Dengan demikian,  Māharāja, arus kesadaran membawa semua aktivitas yang pernah dilakukan. Ini akan seperti , Māharāja, seseorang yang terbangun dari mimpinya dimana  semua orang beserta dengan para  selir tersebut tidak akan terlihat. Pada saat arus kesadaran itu berhenti , kesadaran awal akan terkondisi kembali untuk terlahir dalam ranah eksistensi diantara para deva, manusia , neraka , preta ataupun dalam rahim binatang.   

Melalui kesadaran awal, Māharāja, maka rangkaian pikiran yang tidak terhalang ini akan muncul [svacittasantati] dimana kematangan  dari hasil [vipaka] juga akan terkondisi. Māharāja, pada saat kita melihat proses dari kelahiran dan kematian, sesungguhnya merupakan satu fenomena yang meninggalkan ranah eksistensi ini untuk menuju ranah eksistensi yang akan datang.

Māharāja, pada saat arus kesadaran ini berakhir disebut sebagai kematian, pada saat awal kesadaran ini muncul disebut sebagai kelahiran . Demikianlah ,Māharāja, arus kesadaran pada saat berhenti tidak akan menuju tempat manapun, kesadaran awal pada saat muncul juga tidak berasal dari tempat manapun , mengapa demikian ?  karena arus kesadaran dan intrinsiknya [svabhava] berbeda satu dengan lainnya.

Māharāja, semua aspek ini merupakan kekosongan, yang berhenti juga merupakan kekosongan aktivitas dari penghentian, yang terlahir juga merupakan aktivitas  dari  kelahiran , tetapi kita harus melihat bahwa hasil dari aktivitas  ini tidak akan hilang [vipranas]. Anda  harus mengetahui  , Māharāja, bahwa melalui kesadaran awal maka rangkaian pikiran yang tidak terhalang ini akan muncul [svacittasantati] dan juga akan mengkondisikan kematangan dari hasil [vipaka].

[0948c29] Kemudian untuk menegaskan kembali makna dari uraian ini , Sugata melantunkan gātha sebagai berikut :

Semua ini hanya merupakan nama  dan dimapankan hanya dalam perbedaan dari konseptual , nama hanya merupakan perbedaan dari kata dan kata itu sendiri tidak memiliki eksistensi [1]

Semua fenomena diungkapkan melalui  beragam nama,  tetapi tidak ada yang demikian dalam fenomena tersebut.  Inilah intrinsik realitas [dharmata] dari semua fenomena [dharma] [2]

Nama itu kosong terhadap intrinsik nya sendiri , nama itu terpisah dari nama [ tidak memiliki eksistensi dalam nama] dan fenomena itu tidak memiliki  nama, tetapi diungkapkan dengan nama  [3]

 Semua fenonema tidak memiliki eksistensi , tetapi dimapankan oleh perbedaan dari konseptual itu sendiri ,  hanya merupakan kekosongan yang diungkapkan melalui perbedaan. [4]   

Pada saat semua orang awam yang masih terdelusi mengatakan bahwa mata mampu melihat objek, ruang lingkup dari imajinasi keliru ini telah dianggap sebagai realitas [5]

Segala sesuatu yang diuraikan oleh para Buddha sebagai fenomena  merupakan persepsi [darsana] yang muncul dari hubungan  penyebab dan kondisi , merupakan jalan  untuk menjelaskan realitas tertinggi [paramartha] [6]

Mata tidak melihat objek , kesadaran tidak mengetahui semua fenomena , ini merupakan realitas tertinggi [paramartha] yang tidak akan dipahami oleh semua ranah eksistensi ini [7]

[0949a16]  Setelah Bhagavān selesai menguraikan ajaran realitas ini , Rāja Magadha yang bernama Bimbisāra dan semua yang hadir dalam persamuan ini termasuk para deva, manusia , asura dan gandharva diliputi dengan suka cita , kemudian mereka memberikan penghormatan dan mengundurkan diri.





Karma JIgme

Instagram