Pages

T836 - 大正新脩大藏經 [ ārya-siṃhanādika-nāma-mahāyāna-sūtra]

大正新脩大藏經

Taishō Shinshū Daizōkyō

經集部

sūtra lainnya


T 836


大正新脩大藏經


आर्य-सिंहनादिक-नाम-महायान-सूत्र


ārya-siṃhanādika-nāma-mahāyāna-sūtra


sūtra mahāyāna yang bernama auman singa


Diterjemahkan oleh Divākara


Nara Sumber dalam Chinese
Diterjemahkan dari Chinese ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Djoni Ching Ik


T 835 T 836 T 837


[0890b09] Demikanlah yang telah kudengar.

[0890b09] Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di Istana Candrasurya di Aula Gudang Keunggulan bersama serombongan Mahabhiksu berjumlah sembilan juta koti dan para bodhisattva mahasatva yang tak terhingga jumlahnya.  

[0890b12] Pada saat itu Sang Buddha berkata kepada Bodhisatva Srikuta, “Dari penjuru utara sini berjarak sejauh  ratusan ribu koti nayuta  Tanah-Buddha yang banyaknya bagaikan jumlah pasir dari 60 sungai Gangga, terdapat sebuah alam bernama Pramudita, di sana terdapat seorang Buddha bernama Sang Tathagata Dharmodgata, Arahat, Samyaksambuddha, yang sedang membabarkan Dharma sekarang ini demi  ketentraman dan manfaat yang luas kepada semua makhluk.  Sekarang Beliau akan membabarkan ajaran Mahavaipulya yang langka dan sulit terdengar bernama Simhanada [auman singa].  Engkau dapat berkunjung ke sana untuk mendengarkan Dharma.   
   
[0890b16] Saat itu, setelah Bodhisatva Srikuta menerima instruksi dari Sang Buddha, beliau berkunjung ke alam Pramudita.  Setelah bertemu dengan Buddha Dharmodgata, beliau bersujud di kedua kakiNya, melakukan pradaksina [mengelilingiNya dari arah kanan] sebanyak tujuh kali,  lalu berdiam di satu sisi.  

[0890b18] Kemudian, walau mengetahui [tempat asal kedatangan] Bodhisatva Srikuta, Buddha Dharmodgata tetap sengaja bertanya demikian, “Putra bajik, dari manakah engkau datang?”
  
[0890b20] Saat itu Bodhisatva Srikuta berdiam diri dengan tenang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.  Sekumpulan besar makhluk dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan non-manusia semuanya berkata, “Wahai Bodhisatva Srikuta, Sang Purusavara telah bertanya, mengapa engkau malah berdiam diri dengan tenang tanpa menjawab?” 

[0890b23] Kemudian Buddha menggunakan mata cemerlangNya yang bagaikan teratai hijau dari hasil praktik yang luas dan dengan kekuatan Simha-vijrimbhitaNya menatap ke sepuluh penjuru, setelah mengetahui rasa heran dari para makhluk hidup, Beliau tersenyum sambil memancarkan cahaya emas agung. Spektrum cahaya tersebut saling bersilangan dengan ratusan ribu bahkan tak terhitung warna yang berbeda memancarkan ke semua alam di sepuluh penjuru sehingga terjadi gempa besar di alam-alam tersebut.
   
[0890b27] Saat itu, para bodhisatva dari sepuluh penjuru semesta melihat keajaiban ini,  dengan berbagai macam bentuk dan warna serta berbagai jenis pakaian yang dikenakan, mereka mendatangi  Buddha tersebut, bersujud di kakiNya, lalu dengan berkah yang dimiliki, mereka menghiasi diri dengan padma-garbha lalu duduk di atas singgasana teratai.  

[0890b29] Kemudian Bodhisatva Vidyutmala bangkit dari tempat duduknya, meletakkan ujung jubah bagian atas di satu pundak dan berlutut dengan kaki kanan sambil beranjali di hadapan Buddha, dengan rasa sukacita dan takjub karena mengalami apa yang belum pernah dialami sebelumnya, ia berkata kepada Buddha, “Bhagava, sejak dulu aku telah melihat keajaiban yang tak terhitung jumlahnya, namun tidak pernah ada cahaya gemilang dan gempa yang seperti sekarang ini. Sungguh bagus Bhagava, semoga berkenan menjelaskan sebab dan alasan mengapa Buddha tersenyum? Semoga dengan berbelas kasih menghapus keraguan para makhluk hidup. Pada saat itu, Bodhisatva Vidyutmala membuat permohonannya dengan mengucapkan gatha

Guru welas asih agung dan pembimbing agung,
Tersenyum bukan tanpa sebab.
Semoga Buddha memberi manfaat kepada makhluk hidup,
memutuskan untuk menjelaskannya atas dasar belas kasih.

[0890c08] Pada saat itu Sang Tathagata Dharmodgata dengan kemuliaan dan keluhuranNya yang bagaikan cahaya emas dari rumpun pohon jambu, Beliau memancarkan sinar gemilang menakjubkan sebanyak ratusan ribu koti nayuta yang tak terhitung seperti sebuah tonggak emas agung. Bodhisatva Vidyutmala berkata kepada Buddha, “Bhagava, aku telah menyaksikan kekuatan gaib dari cahaya gemilang yang terhitung jumlahnya, namun tidak pernah melihat yang seperti hari ini sebelumnya.”  

[0890c11] Buddha berkata kepada Vidyutmala, “Demikianlah, demikianlah.  Kekuatan gaib dari cahaya gemilang ini jarang dipertunjukkan oleh Tathagata. Jika bukan karena sebab dan kondisi yang besar, tidak akan mempertunjukkan fenomena ini.  Dengarkanlah dengan seksama, dengarkanlah dengan seksama, renungkanlah dengan pikiran bajik, Aku akan menjelaskan kepadamu tentang sebab dan kondisi tersenyum ini. Renungkanlah dengan dalam, jangan merasa ragu dan risau. Vidyutmala, apakah engkau melihat Bodhisatva Srikuta, orang yang diutus Sang Buddha Sakyamuni?  

[0890c17] Vidyutmala menjawab, “Iya melihatnya.”

[0890c18] “Putra bajik, ketika Aku bertanya kepada Bodhisatva Srikuta ini, ‘Dari manakah engkau datang?,’ beliau berdiam diri dengan tenang tanpa menjawab. Karena melihat hal inilah maka Aku tersenyum.”  

[0890c19][karena] pertanyaan Tathagata tidak dijawab, maka sekarang timbul rasa heran dari peserta persamuan.”

[0890c20] “Putra bajik, apa yang dipahami oleh Bodhisatva Srikuta adalah demikian, “Jika semua Dharma tiada datang dan pergi, lalu mengapa Bhagava bertanya padaku, ‘dari manakah engkau datang?’ Ia memahami bahwa [sesungguhnya] tidak terdapat  kata-kata ucapan dalam semua Dharma,  dan tiada tempat yang dapat ditemukan, lantas bagaimana dapat mengatakan tentang arah kedatangannya ?” Putra bajik, realitas sejati dari semua Dharma telah dijelaskan dengan singkat di sini.  Putra bajik, bagi Bodhisatva Srikuta, tiada kata-kata penjelasan dalam semua Dharma karena ia terbebas dari sifat kata-kata.  Segala sesuatu tiada asal, karena terbebas dari sifat asal. Segala sesuatu tiada tujuan, karena arah tujuan dengan tepat telah diputuskan. Segala sesuatu tiada muncul, karena tidak ada sandarannya. Ia melampaui batin dan kesadaran, ia terlepas dari berbagai sebab dan kondisi, tiada nama tiada kata-kata, tiada aksi dan petunjuk, melampaui jalur penglihatan, tiada perpaduan, tiada pikiran tentang perpisahan, tiada tempat kediaman, terpisah dari tempat kediaman, hanya ada satu kata dalam Dharma, yaitu tiada kata. [Karena] pada hakikatnya tiada kata-kata penjelasan, lantas dari manakah ia diungkapkan? Putra Bajik, ketahuilah bahwa tiada penjelasan merupakan penjelasan sejati.       
   
[0891a01] Pada saat itu,  Bodhisatva Utsadana, dengan mengandalkan kekuatan gaib Buddha, ia berkata kepada Buddha, “Bhagava, jika tiada penjelasan merupakan penjelasan sejati, apakah  orang bisu yang diam tanpa berbicara mereka semua seharusnya menjelaskan Dharma?    

[0891a03] Buddha berkata, “Demikianlah putra bajik, seperti yang engkau katakan, bukan hanya orang bisu saja yang menjelaskan Dharma, orang yang tidak bisu pun menjelaskan Dharma namun tidak mengetahui Dharma.  

[0891a05] Bodhisatva Utsadana berkata kepada Buddha, “Bhagava, semoga berkenan menjelaskannya secara terbuka, mengapa semua makhluk menjelaskan Dharma namun tidak mengetahui Dharma?”

[0891a06] Buddha berkata kepada Bodhisatva Utsadana, “Putra bajik, ibarat orang yang terlahir buta berada di bawah sinar matahari namun ia tidak melihat matahari. Setelah orang yang berada di samping memberitahunya melalui suara yang ia dengar, ia baru mengetahui  adanya matahari.  Demikianlah semua Dharma yang meliputi alam Dharma-dhatu. Alam Dharma-dhatu tidak terdapat kata-kata karena terbebas dari aspek kata-kata, karena itu ia tidak dapat diungkapkan oleh para makhluk hidup.  Bergantung pada sebab dan kondisilah baru terdapat kata-kata penjelasan. Ibarat bunyi suara di lembah gunung, di mana lembah yang kosong tidak bersuara, namun suaranya muncul bergantung pada sebab dan kondisi.  Demikianlah putra bajik, melalui gabungan sebab dan kondisi baru muncul kata-kata dan suara, sedangkan alam para makhluk hidup sesungguhnya kosong tanpa kata-kata. Putra bajik, semua suara, ucapan dan kata-kata dari para mahluk hidup, ketahuilah bahwa semuanya tercakup dalam Empat Kebijaksanaan Tanpa Rintangan.  Melalui aspek kata-kata, ia tercakup dalam Kebijaksanaan Tanpa Rintangan dalam memahami Dharma (Dharma-pratisajvid).  Melalui aspek bukan kata-kata penjelasan, ia tercakup dalam Kebijaksanaan Tanpa Rintangan dalam memahami Makna suatu ajaran (Artha-pratisajvid). Melalui aspek pembedahan kata-kata, ia tercakup dalam Kebijaksanaan Tanpa Rintangan dalam memahami berbagai bahasa (Nirukti-pratisajvid). Melalui aspek  yang berhubungan dengan berbagai fenomena yang dipahami tanpa kendala, ia tercakup dalam Kebijaksanaan Tanpa Rintangan dalam Berbicara dengan Leluasa (Pratibhana-pratisajvid). Semua ungkapan kata-kata dari para makhluk hidup, ketahuilah bahwa mereka semua tercakup dalam Empat Frasa Dharma ini. Makna frasa sejati pada dasarnya tak tergoyahkan, ibarat orang yang terlahir buta, ia bergantung pada kata-kata orang lain, bukan benar-benar melihatnya sendiri.  Oleh karena itu, putra bajik, barang siapa yang ingin mencari Dharma, ia harus mencarinya melalui tubuhnya sendiri, barang siapa ingin mencari pencerahan (bodhi), ia harus mencarinya melalui lima agregat (panca-skandha).    
       
[0891a20] Setelah membabarkan makna sejati ini, timbul enam jenis gempa di seantero tiga ribu sistem dunia major, cahaya agung turut bersinar terang. Buddha menjulurkan wujud lidahNya yang panjang dan luas menutupi seantero tiga ribu sistem dunia major, dan melalui lidahNya memancarkan tak terhitung koti nayuta cahaya gemilang. Semua alam bersinar terang dari alam neraka besar hingga ke atas puncak alam Akanista. Setelah menarik kembali wujud lidahNya, Buddha berkata kepada persamuan, “Ketahuilah kalian, wujud lidah panjang dan besar dari Tathagata diperoleh dari ucapan yang jujur. Pembabaran dari Tathagata sepatutnya di terima dengan hormat dan munculkanlah keyakinan sejati, janganlah menaruh rasa bimbang hingga muncul keraguan.  
    
 [0891a26] Pada saat itu, para bodhisatva tingkat bhumi ke-10 bersama semua perkumpulan persamuan dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan non-manusia bangkit dari tempat duduk mereka, bersama-sama merangkapkan tangan sambil berkata kepada Buddha, “Mohon Sang Bhagava membabarkan makna sejati, mohon Sang Sugata membabarkan makna sejati. Sekarang kami hanya mendambakan Dharma yang direalisasi oleh Tathagata, tidak mendambakan ajaran lainnya. Perkumpulan kami ini semua tidak ada yang merasa bimbang.” 

[0891b02] Kemudian Sang Bhagava sebanyak tiga kali mengamati semua perkumpulan persamauan, lalu berkata, “Demi belas kasih kepada semua dunia dan demi manfaat dan kenteraman serta kebahagiaan para makhluk hidup, dengan kekayaan Dharma memberi manfaat kepada para dewa, maka kini Aku membabarkan auman singa yang agung. Putra bajik, ketahuilah kalian, di  lokadhatu Saha di mana Sang Tathagata Sakyamuni, Arahat Samyaksambuddha kini sedang membabarkan Dharma, membimbing para makhluk hidup demi manfaat dan ketentraman mereka, Beliau adalah Aku [Tathagata Dharmodgata]. Di lokadhatu Saha, Aku memanifestasikan berbagai wujud untuk memberi manfaat kepada para makhluk hidup, demikianlah Aku membimbing dan membebaskan mereka sesuai dengan kecenderungan mereka.  
     
 [0891b09] Saat para peserta persamuan mendengar ucapan ini, muncul rasa takjub dan gembira yang meluap-luap karena tidak pernah mengalami sebelumnya. Kemudian mereka bersama-sama mengatakan, “Sadhu, sadhu, Sang Bhagava demi ingin semua makhluk mengaumkan auman singa maka membabarkan Dharma auman singa yang sesungguhnya. Barang siapa yang telah mendengarnya maka ketahuilah bahwa orang tersebut tidak kekurangan akar kebajikannya, apalagi menerima, melantunkan, dan menyiarkannya secara luas, memberi hormat dengan membakar dupa wangi dan persembahan berbagai jenis bunga, berbagai jenis pakaian, bendera, panji-panji, dan kanopi, maka orang tersebut akan mendapat perlindungan dari para Buddha. 

[0891b15] Pada saat itu, Buddha memuji para bodhisattva dengan berkata, “Bagus, bagus, putra bajik, seperti yang kalian katakan, para putra dan putri bajik tersebut memiliki pahala yang tidak sedikit.  Ajaran auman singa sejati dari Buddha tersebut bagi siapa pun yang mendengarkannya  dengan batin yang murni bahkan hanya dengan memberi satu pujian Sadhu, maka Aku akan melindunginya, begitu juga Maitreya akan menjaganya.  Apabila di kedua pundak orang tersebut memikul bodhiKu, dan di dunia yang diliputi Lima Kekeruhan ia meyakini dan menerima Sutra ini, maka di mana pun ia dilahirkan, Aku akan memenuhinya tugasnya, dan Maitreya juga akan melindunginya. Orang tersebut akan mampu mengeringkan samudera samsara, menaklukkan kelompok Mara, mengunci berbagai kekotoran batin, memukul genderang agung, selamanya terbebas dari kelahiran sebagai wanita, mengusir berbagai rintangan kebencian, dan meredakan berbagai belenggu. Jika ada putra dan putri bajik menggunakan semua jenis perlengkapan hiburan musik memberi sebagai persembahan kepada semua Tathagata selama sepuluh kali jumlah debu tiga ribu sistem dunia major asenkheyya kalpa, namun jika ia mendengar kekuatan gaib sejati dari Sutra ini muncul rasa ragu dan tidak meyakininya, maka orang tersebut telah berisikap salah di hadapan Buddha, ia tidaklah benar-benar memberi persembahan kepada para Buddha. Jika ada putra bajik mendengar kualitas sejati dari Tathagata ini lalu timbul keyakinan dan memujinya, maka pahala kebajikannya seratus ribu kali melampaui pahala kebajikannya sebelumnya, dan orang tersebut telah memberi persembahan yang sesungguhnya. Putra bajik, jika kalian berkeyakinan murni di hadapanKu, maka salin dan praktikkanlah Sutra ini dengan baik, dan di mana pun Sutra ini berada maka di situ akan menjadi tempat persinggahan para Buddha.  
          
 [0891c02] Pada saat itu, sebanyak delapan puluh empat koti nayuta ratusan ribu bodhisattva mahasatva di mana para pemimpinnya adalah Bodhisatva Srikuta, Bodhisatva Vidyutmala, Bodhisatva Nityavabhasa, Bodhisatva Vimalanetra, Bodhisatva Maitreya, Bodhisatva Abhaya, Bodhisatva Avalokitesvara, Bodhisatva Mahasthamaprapta, Bodhisatva Manjusri, Bodhisatva Pratibhanakuta, Bodhisatva Pratibhanavira,  Bodhisatva Sarvanivarana-Viskambhin, Bodhisatva Jyotiskara, Bodhisatva Samanthabhadra, mereka semua berkata kepada Buddha, “Bhagava, di penghujung masa yang akan datang, kami akan menyebarluaskan Sutra ini agar para makhluk hidup merealisasi nirvana agung. Bhagava, jika bukan karena telah menanam akar kebajikan dalam waktu yang lama, maka Sutra seperti ini tidak akan dapat terdengar oleh mereka. Bagi orang yang menerima dan melaksanakan [ajaran] Sutra ini, maka pahala kebajikannya tidak akan habis dipuji selama ratusan ribu kota nayuta kalpa.  

[0891c12] Pada saat itu Sang Bhagava berkata kepada para bodhisattva, “Bagus, bagus, demikianlah kalian hendaknya menjunjung tinggi ajaran dari Buddha, menerima dan mempraktikkan Dharma sejati. 

[0891c13] Setelah Sang Buddha membabarkan Sutra ini, Bodhisatva Srikuta bersama sekumpulan besar makhluk dewa, manusia, asura, gandarva, merasa bergembira dan melaksanakannya





Karma JIgme

Instagram