Pages

T 353 - 勝鬘師子吼一乘大方便方廣經 [sūtra mahāyāna yang bernama auman singa dari śrīmālādevī]

大正新脩大藏經

Taishō Shinshū Daizōkyō

寶積部

Ratnakuta


T 353


勝鬘師子吼一乘大方便方廣經


आर्य-श्रीमालादेवी-सिंहनाद-नाम-महायान-सूत्र


ārya-śrīmālādevī-siṃhanāda-nāma-mahāyāna-sūtra


sūtra mahāyāna yang bernama auman singa dari śrīmālādevī


Diterjemahkan oleh Guṇabhadra


Nara Sumber dalam Chinese
Diterjemahkan dari Chinese ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Karma Jigme


T 352 T 353 T 354

[Pendahuluan] 

[0217a07] Demikianlah yang telah kudengar

[0217a07] Pada suatu waktu  Bhagavān sedang berdiam di taman Anāthapiṇḍada ,  Jetavana ,di  sekitar wilayah Śrāvastī .


Pada saat itu  Raja Prasenajit dan Ratu  Mallikā yang baru saja yakin dan mendalami ajaran realitas,  terlibat dalam percakapan berikut ini:
 
Śrīmālā, putri kita  adalah seorang  yang diberkahi dengan kecerdasan alamiah serta  mudah memahami sesuatu dengan cepat . Jika dia memiliki  kesempatan untuk  bertemu dengan  Buddha maka pasti akan memahami ajaran realitas dengan mudah dan tidak akan ragu terhadap  ajaran realitas Buddha ini. Kita harus  segera mengirim pesan kepadanya pada saat yang tepat  untuk  membangkitkan minatnya dalam mempelajari ajaran realitas.

Ratu berkata
Sekarang  waktu yang sangat tepat.

Raja dan Ratu segera  menulis  sepucuk surat kepada Śrīmālā  , memuji  kualitas kebajikan Tathāgata yang tidak terbatas serta memerintahkan seorang pengirim pesan kerajaan yang bernama Candirā untuk mengantarkan surat ini ke kerajaan Ayodhyā.  Setelah memasuki istana Ayodhyā, Candirā memberikan hormat kepada Śrīmālā , saling menyapa dan kemudian menyerahkan surat ini kepada Śrīmālā

[Bagian Pertama : Pujian kepada kualitas kebajikan  Tathāgata ]


Śrīmālā, dengan suka cita menghormati  kedua orang tuanya, menyentuhkan surat ini  diatas ubun  ubun kepalanya dan  membacanya ,  meyakini makna dari surat ini , dia kembali menyentuhkan surat ini  diatas ubun - ubun kepalanya, hatinya sangat  tersentuh dan kagum , kemudian berkata kepada Candirā dan pelayannya melalui lantunan gātha sebagai  berikut .

Saya telah mendengar kemashyuran Buddha
Kemunculannya  dalam  dunia ini sungguh jarang
Jika  semua kata kata ini benar adanya
maka  saya harus menghormatinya

Jika Buddha,  Bhagavān
memanifestasikan dirinya  di dunia demi  kepentingan semua mahkluk
welas asihnya pasti akan menjangkau saya
saya juga akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya.  


Sesaat setelah gātha ini selesai dilantunkan , Buddha  memanifestasikan dirinya ditengah di angkasa .Dia melihat  jasmani dari Buddha yang tiada bandingannya , memancarkan keagungan cahaya murni. Śrīmālā bersama dengan para pengiringnya  memberikan hormat dengan merangkupkan kedua tangan  serta bersujud dan  memuji kualitas kebajikan  dari penceramah terbaik  dengan gātha sebagai berikut.

Tiada yang dapat dibandingkan dengan 
rūpakāya  dan keagungan  Tathāgata 

Sang Penguasa semua ranah eksistensi
yang tiada tara dan yang tidak terbayangkan 
Oleh sebab itu,  sekarang kami memberikan penghormatan.

rūpakāya  dari  Tathāgata  yang  tidak mengenal batasan 
dharmakāya yang tiada batasan juga 
akumulasi dari  kebijaksanaannya 
dimana  semua fenonema berdiam dengan  konstan  
Oleh sebab itu , kami  berlindung  kepada anda 

Yang telah mengatasi   semua  kekeliruan konseptual   
Yang telah mengatasi  empat  kekeliruan jasmani  
Yang telah melampaui tahapan  yang tidak akan mundur 
Oleh sebab itu , kami memuji mu sebagai Raja ajaran realitas.

Sang Penguasa dengan  jñānakāya 
Yang telah memahami semua aspek yang dapat diketahui
Oleh sebab itu, sekarang kami memberikan penghormatan

Hormat kepada yang telah melampaui ruang dan waktu 
Hormat kepada yang tiada bandingannya
Hormat kepada yang telah menguasai semua ajaran realitas yang tidak terbatas
Hormat kepada yang telah melampaui semua konseptual

Semoga berwelas asih melindungi saya
dengan mengkondisikan pertumbuhan  benih  ajaran realitas
dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang
selalu memiliki  aspirasi dan  bersama dengan  Buddha 

Bhagavān menjawab dengan melantunkan dengan gāthā sebagai berikut.

Saya telah lama bersama dengan anda  
Membimbingmu dalam kehidupan lampau
Sekarang saya akan menerima anda sekali lagi 
Demikian juga pada kehidupan yang akan datang

Śrīmālā menjawab dengan melantunkan dengan gāthā sebagai berikut

Saya telah mengakumulasi kualitas kebajikan
Sekarang dan masa yang akan datang
Demikianlah, melalui akar kualitas kebajikan ini 
Semoga Bhagavān selalu bersama dan membimbing saya  

[0217b11] Setelah itu, Śrīmālā bersama dengan semua  pengiringnya  memberikan hormat dengan bersujud di kaki Bhagavān. Dihadapan semua  anggota persamuan yang hadir disana , Bhagavān  memberikan kepastian prediksi mengenai pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dan yang tidak tertandingi  kepada Śrīmālā.


Anda telah memuji kualitas kebajikan Tathāgata, karena dikondisikan oleh akar kebajikan ini  maka dalam kalpa yang tidak terhitung , anda akan  mencapai kekuasaan sempurna di antara para deva dan manusia . Dalam semua kehidupan , anda tidak akan gagal  untuk bertemu dengan saya,  semuanya akan sama seperti  saat ini  ketika anda memuji dan  saya juga akan bermanifestasi dihadapan anda. Oleh sebab itu anda akan terus melaksanakan pujian ini dan juga memberikan persembahan kepada semua Buddha yang tidak terhitung jumlahnya.

Setelah dua puluh ribu kalpa yang tidak terhitung jumlahnya , anda , Śrīmālā anda akan  menjadi Tathāgata, Arhat,  Samyaksambuddha yang bernama  Samantaprabha, dalam  buddha kṣetra ini tidak akan ada ranah eksistensi yang tidak menyenangkan, tidak ada sakit, tua  maupun halangan yang tidak menyenangkan , juga tidak ada istilah dari semua jalan yang keliru  ataupun kualitas yang tidak bermanfaat .
Setiap makhluk hidup yang terlahir kembali dalam buddha kṣetra  ini  akan memiliki keagungan jasmani dan kekuatan,  dengan lima keinginan indriya yang selalu terpenuhi, melampaui kesenangan dari para deva Paranirmitavasa,  Semua makhluk hidup ini memiliki kefasihan dalam satu jalan yakni mahāyāna Semua mahluk hidup ini yang telah mengakumulasi kualitas kebajikan akan terlahir kembali dalam buddha kṣetra ini

[0217b20] Pada saat Śrīmālā menerima kepastian prediksi  mengenai pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi ini , para deva, manusia dan semua makhluk hidup lainnya juga beraspirasi untuk terlahir kembali dalam buddhaksetra ini. Bhagavān juga memberikan kepastian prediksi  kepada mereka bahwa kelak mereka akan terlahir kembali disana.

[Bagian ke dua  sepuluh aspirasi]

[0217b24] Setelah Śrīmālā menerima kepastian prediksi dari Bhagavān , kemudian merangkupkan kedua tangannya dan menegaskan sepuluh aspirasi dibawah  ini 

[0217b25] Bhagavān ,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya  akan memegang teguh aspirasi pertama ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya  pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk meninggalkan ataupun berjalan tidak  sesuai dengan moralitas ini .

[0217b26] Bhagavān , mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan ,  saya akan memegang teguh aspirasi kedua ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya  pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk tidak menjunjung tinggi dan menghormati semua arya 

[0217b27] Bhagavān ,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi ketiga ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya  pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk membenci  semua makhluk hidup.

[0217b28] Bhagavān ,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi keempat ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya  pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk cemburu ataupun tidak puas terhadap  ketenaran ataupun kesempurnaan orang lain.

[0217c01] Bhagavān ,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi kelima ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya  pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk segan dalam memberikan persembahan ataupun iri hati kepada yang lain  , walaupun dalam kondisi kekurangan. 

[0217c02] Bhagavān ,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi keenam ini  yakni  tidak akan mengizinkan munculnya pikiran  yang akan mengkondisikan saya untuk mengakumulasi semua bentuk  kekayaan demi  kepentingan diri sendiri melainkan akan digunakan untuk membantu  semua makhluk hidup  dalam kondisi menderita ataupun kekurangan materi .

[0217c04] Bhagavān,  mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi ketujuh ini  yakni  melalui empat metoda perangkulan semua aspek [catuḥ-saṃgraha-vastu] [memberikan persembahan, menggunakan kata  yang baik ,  aktivitas yang memberikan manfaat kepada orang lain dengan mengajarkan jalan berdasarkan tingkat inteligensi mereka , kerja sama dengan orang lain], saya akan memberikan manfaat kepada semua makhluk hidup dan bukan membimbing mereka untuk kepentingan diri sendiri.  Saya akan membimbing semua makhuk hidup dengan pikiran yang terbebaskan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat , yang tidak terhalang oleh aspek apapun, tanpa jeda dan tidak akan mundur.

[0217c06] Bhagavān , mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi kedelapan ini yakni jika melihat semua makhluk hidup yang tidak memiliki sahabat, terjebak dan terikat, sakit, sedang mengalami  penderitaan baik dalam bencana, bahaya ataupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan lainnya, saya tidak akan meninggalkan mereka walaupun sesaat hingga mereka memperoleh kedamaian , memperoleh manfaat ataupun  terbebaskan dari semua penderitaan. Setelah semua aspek ini tercapai  maka saya akan meninggalkan mereka. 

[0217c09] Bhagavān , mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan , saya akan memegang teguh aspirasi kesembilan ini yakni jika melihat seseorang yang tidak memiliki mata pencaharian yang tepat ataupun menjalankan aktivitas  yang tidak sesuai dengan moralitas, , saya tidak akan meninggalkan mereka , baik pada saat saya berdiam di wilayah ibu kota , kota kecil  ataupun perdesaan.  Saya akan menundukkan siapapun yang perlu ditundukkan terlebih dahulu , merangkul siapapun yang perlu dirangkul terlebih dahulu. Mengapa ?

Karena dengan menundukkan dan merangkul semua makhluk hidup maka ajaran realitas ini akan bertahan dalam dunia ini  sehingga  yang terlahir kembali dalam ranah eksistensi yang menyenangkan ataupun manusia akan terus meningkat  dan yang  terlahir kembali dalam  semua ranah eksistensi yang tidak menyenangkan juga akan berkurang  serta roda ajaran realitas ini akan terus berputar.

Dengan melihat manfaat ini maka saya akan terus berusaha untuk menyelamatkan dan tidak akan  pernah berhenti untuk membimbing [semua makhluk hidup] 

[0217c15] Bhagavān , mulai dari sekarang hingga mencapai kesempurnaan penggugahan, saya akan memegang teguh aspirasi kesepuluh ini yakni saya akan menerima dan mempertahankan  serta tidak akan  melupakan semua ajaran realitas walaupun sesaat . Mengapa ?

Karena  dengan melupakan semua ajaran realitas maka akan sama dengan  melupakan mahāyāna , dengan  melupakan mahāyāna maka akan sama dengan melupakan kesempurnaan [pāramitā], dengan melupakan kesempurnaan [pāramitā] maka akan sama dengan sepenuhnya meninggalkan mahāyāna . 

Jika para bodhisattva  diliputi keraguan ataupun tidak memasuki kepastian jalan dalam mahāyāna maka mereka tidak akan memiliki aspirasi untuk menerima ajaran realitas dan akan beraktivitas berdasarkan kesenangan  mereka sendiri. Dengan demikian, mereka juga  tidak akan mampu melampaui tahapan orang awan yang belum matang dalam spiritual.

Karena saya telah melihat melalui metoda berikut ini  : telah melihat banyaknya kekeliruan yang tidak terukur,  yang dikondisikan [oleh orang awan yang belum matang dalam spiritual] dan juga telah melihat  kualitas kebajikan yang tidak terukur dari para bodhisattva yang telah menerima dan mempertahankan ajaran realitas maka  saya  juga akan menerima aspirasi agung ini.

[0217c22] Bhagavān, dengan ini  saya menerima sepuluh aspirasi agung  dihadapan  Bhagavān.  Untuk itu , semoga penguasa ajaran realitas yang telah bermanifestasi dihadapan saya ini akan menjadi saksi , walaupun semua aspirasi ini ditegaskan dihadapan Bhagavān namun  beberapa makhluk hidup yang memiliki  sedikit akar kebajikan akan berpikir bahwa sepuluh aspirasi agung ini akan sangat sulit untuk dipertahankan dan juga akan diliputi oleh jala keraguan terhadap saya.  Karena dikondisikan oleh pikiran seperti ini maka mereka akan terus melekat pada semua aktivitas yang tidak bermoral untuk jangka waktu yang lama  dan  mengalami beragam aspek penderitaan . Dengan tujuan untuk memberikan kedamaian dan untuk  membimbing semua makhluk hidup ini  maka sekarang saya akan tegaskan kembali dihadapan Bhagavān  dengan menerima transmisi  kekuatan  realitas ini.

Bhagavān, dengan ini saya menerima  sepuluh aspirasi ini  dan  melaksanakan sesuai dengan  apa yang telah ditegaskan oleh saya. Melalui transmisi kekuatan dari  kebenaran semua  kata-kata  ini. Semoga hujan bunga dari ranah menyenangkan akan turun menyeliputi semua anggota persamuan ini dan semoga suara  dari ranah yang menyenangkan juga akan terdengar. 

Sādhu , sādhu ,  semua yang telah anda tegaskan ini  merupakan kebenaran tanpa diskriminasi 


Setelah menyaksikan  fenomena hujan bunga  yang  mengagumkan ini dan juga mendengarkan suara ini ,semua  anggota persamuan yang hadir disana terbebaskan dari keraguan dan diliputi dengan suka cita. Kemudian mereka beraspirasi untuk melatih diri bersama dengan  Śrīmālā. Mereka juga menerima kepastian prediksi dari  Bhagavān bahwa semua aspirasi untuk melatih diri bersama dengan  Śrīmālā akan terwujud dengan sempurna.

[Bagian ketiga : Tiga aspirasi agung]

[0218a05]  Selanjutnya  Śrīmālā , di hadapan  Bhagavān menegaskan kembali tiga aspirasi agung sebagai berikut  dan berkata :  

Dengan kekuatan aspirasi, semoga saya akan memberikan kedamaian yang tidak terbatas  kepada semua makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya. Dengan akar kebajikan, semoga saya akan memahami ajaran realitas dalam semua kehidupan saya. Inilah yang disebut sebagai aspirasi agung pertama.

Setelah saya memahami ajaran realitas, semoga saya mampu menguraikan ajaran realitas dengan tanpa lelah kepada semua akhluk hidup. . Inilah yang disebut sebagai aspirasi agung kedua.

Dalam mengajarkan ajaran realitas , semoga saya tidak terikat pada semua jenis kelahiran , anggota jasmani, daya hidup maupun semua aspek pemilikan lainnya. Semoga saya mampu menerima dan mempertahankan ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai aspirasi agung ketiga.

[0218a10]  Kemudian Bhagavān memberikan  kepastian prediksi mengenai tiga aspirasi agung dari Śrīmālā dan berkata :

Hal ini dapat dianalogikan seperti semua rūpa yang telah tercakup  dalam ranah angkasa, emikian juga aspirasi dari para bodhisattva  ini yang jumlahnya seperti butiran pasir di sungai Gangga telah tercakup dalam  tiga aspirasi agung ini. Ketiga aspirasi agung ini juga merupakan realitas dan sangat ekspansif


[Bagian ke empat  :  Penerimaan  ajaran realitas]

[0218a14] Kemudian Śrīmālā  memohon kepada  Bhagavān dan berkata :

Sekarang, melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari Tathāgata yang mampu mengkondisikan kefasihan dalam menguraikan realitas. Saya ingin menguraikan kembali  ruang lingkup dari aspirasi agung ini dengan benar dan tanpa kesalahan apapun. 

[0218a15] Bhagavān menjawab permohonan  Śrīmālā dan berkata  :

Silahkan  uraikan kembali sesuai dengan keinginan anda 

[0218a16] Śrīmālā  menyapa menjawab  Bhagavān dan berkata

Semua aspirasi dari para bodhisattva  ini yang  jumlahnya  seperti butiran pasir di sungai Gangga telah tercakup dalam satu aspirasi agung  yang luas dan eskpansif, dikenal sebagai aspirasi dalam  penerimaan ajaran realitas.  Dengan demikian , penerimaan ajaran realitas  juga merupakan aspirasi agung yang luas dan ekspansif

[0218a18] Bhagavān memuji Śrīmālā dan berkata :

Sādhu, sādhu,  kebijaksanaan [prajñā] dan metoda kefasihan [upāya]  anda sangat mendalam dan luas karena anda telah mengembangkan akar kebajikan dalam jangka waktu yang lama.  Diantara semua makhluk hidup, hanya mereka yang telah lama mengakumulasi berbagai akar kebajikan akan mampu memahami makna dari uraian anda ini.  Anda mampu menguraikan makna dari penerimaan ajaran realitas ini, sama seperti  yang telah diuraikan  kembali oleh para Buddha masa lampau , sekarang dan masa yang akan datang dimana para  Buddha masa lalu telah menguraikannya  kembali , demikian juga Buddha yang akan datang juga akan menguraikannnya kembali. Setelah mencapai kesempurnan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi .Saya juga akan menguraikan kembali mengenai makna dalam penerimaan ajaran realitas ini.  Dengan ini , saya  juga menyatakan bahwa penerimaan ajaran realitas memiliki kualitas kebajikan yang tidak terbatas, demikian juga kefasihan dan kebijaksanaan dari Tathāgata itu tidak terbatas. Mengapa ? Karena dalam penerimaan ajaran realitas  akan mengakumulasi  banyak kualitas kebajikan dan  manfaat .

[0218a26] Śrīmālā  menyapa  Bhagavān dan berkata 

Sekali lagi , melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari Tathāgata, Saya ingin menguraikan kembali dengan terperinci mengenai makna ekspansif dari penerimaan ajaran realitas  

[0218a27] Bhagavān memberitahukan Śrīmālā kepada  berkata 

Silahkan  uraikan kembali.

[0218a27] Śrīmālā  menyapa Bhagavān dan berkata :

Makna ekspansif dari penerimaan ajaran realitas tidak dapat diukur, dengan menerima ajaran realitas berarti telah mengakumulasi  semua ajaran realitas  dari para Buddha dan mengakumulasi delapan puluh empat ribu gerbang.

Hal ini dapat dianalogikan seperti  pada saat mulakalpa , awan agung terbentuk di setiap ruang  dalam semesta ini , mencurahkan beragam warna dan berbagai jenis permata. Demikian juga, penerimaan ajaran realitas, mencurahkan beragam  manfaat  yang  tidak terukur dan akar kebajikan yang tidak terhitung  jumlahnya .

[0218b02] Bhagavān, Hal ini dapat dianalogikan seperti  pada saat mulakalpa, memunculkan  trisāhasramahāsāhasralokadhātu yang terdiri dari empat ratus  koṭi benua dan beragam jenis benua lainnya. Demikian juga, penerimaan ajaran realitas, memunculkan beragam ruang lingkup esensi [garbha] yang tidak terhitung jumlahnya dari  mahāyāna, kekuatan pengetahuan tertinggi dari semua bodhisattva , beragam pintu masuk ajaran realitas, kesempurnaan keduniawian,  semua penguasaan  keduniawian dan suka cita melampaui keduniawian yang tidak pernah dicapai oleh para deva maupun manusia sebelumnya.

[0218b07] Hal ini dapat dianalogikan seperti bumi  yang mendukung empat beban , apa keempat beban ini ? yakni :  pertama  samudera , kedua pegunungan , ketiga  rumput dan tumbuhan , keempat makhluk hidup.

Demikian juga, para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas, akan mendukung empat beban yang  lebih berat dibandingkan dengan  beban yang didukung oleh bumi diatas, apa keempat beban ini ?  yakni :  [pertama]  menanamkan akar kebajikan  untuk semua makhluk hidup dalam enam ranah eksistensi dengan tujuan untuk mematangkan [spiritual] mereka  termasuk  para makhluk hidup yang terpisah dari sahabat spiritual yang baik, yang belum pernah mendengarkan ataupun yang tanpa ajaran realitas, [kedua] bagi yang menempuh jalan  śrāvaka  akan diuraikan pengetahuan  dari śrāvakayāna, [ketiga] bagi yang menempuh jalan pratyekabuddha akan diuraikan pengetahuan  dari pratyekabuddhayāna, [keempat] bagi yang menempuh jalan  mahāyāna akan diuraikan pengetahuan  dari  mahāyāna . 

Inilah yang disebut sebagai empat beban yang lebih berat dibandingkan dengan  beban yang didukung oleh bumi , yang harus didukung oleh para kulaputra dan kuladuhita  dalam menerima ajaran realitas.

Bhagavān, demikianlah para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas yang mampu memapankan diri mereka seperti bumi dalam mendukung empat beban ini, demi semua makhluk hidup menjadi sahabat spiritual yang tidak perlu diundang , melalui welas asih yang tidak terbatas , mereka  memberikan kedamaian dan simpati kepada semua makhluk hidup, dikenal sebagai  ibunda ajaran realitas  dari semua ranah eksistensi.

[0218b18] Selanjutnya dengan menggunakan  analogi lain seperti  empat  aspek sumber kekayaan bumi , apakah keempat  aspek ini ? pertama  tidak ternilai , kedua  bernilai tinggi , ketiga bernilai menengah , keempat bernilai rendah .  Semua aspek ini dikenal sebagai sumber kekayaan bumi . 

Demikian juga, para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas, yang mampu memapankan diri mereka seperti bumi , mengkondisikan semua makhluk hidup  untuk memperoleh empat  kualitas tertinggi  dari permata agung , apakah keempat kualitas ini ? [pertama]  para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas akan mengkondisikan akar kebajikan  untuk semua makhluk hidup dalam enam ranah eksistensi termasuk makhluk hidup yang terpisah dari sahabat spiritual yang baik, yang belum pernah mendengarkan ataupun tanpa ajaran realitas, [kedua] bagi yang menempuh jalan  śrāvaka  akan diuraikan pengetahuan  dari  śrāvakayāna  [ketiga] bagi yang menempuh jalan pratyekabuddha akan diuraikan pengetahuan  dari pratyekabuddhayāna, [keempat] bagi yang menempuh jalan  mahāyāna  akan diuraikan pengetahuan  dari  mahāyāna . 

Inilah empat  kualitas tertinggi  dari permata agung yang akan diperoleh semua makhluk hidup melalui para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas sehingga mereka akan memperoleh manfaat  yang mengagumkan dan langka ini.

Bhagavān, memperoleh empat  kualitas tertinggi  dari permata agung ini sama dengan  penerimaan ajaran realitas. Mengapa demikian ? 

[0218b28] Karena aktivitas dalam  menerima ajaran realitas itu tidak berbeda dengan ajaran realitas itu sendiri , demikian juga ajaran realitas tidak berbeda dengan aktivitas dalam  menerima ajaran realitas itu sendiri ,  ajaran realitas merupakan aktivitas dalam penerimaan ajaran realitas.

Bhagavān, selanjutnya aktivitas penerimaan ajaran realitas itu tidak berbeda dengan kesempurnaan [pāramitā]  itu sendiri , demikian juga kesempurnaan [pāramitā] tidak berbeda dengan aktivitas penerimaan  ajaran realitas itu sendiri, kesempurnaan [pāramitā] merupakan penerimaan ajaran realitas. Mengapa demikian ? para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas mematangkan [spiritual]  semua makhluk dengan  mempraktekkan enam pāramitā  sebagai berikut 

Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui pemberian dengan baik  maka [para kulaputra dan kuladuhita] ini akan memberikan semua persembahan, walaupun termasuk memberikan jasmani maupun anggota jasmani lainnya kepada mereka.  Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini  membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan pemberian [dāna  pāramitā].

[0218c05] Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui  moralitas dengan baik yakni melalui penjagaan enam indriya,  pemurnian dari aktivitas ucapan , perbuatan dan pikiran  ataupun pelatihan diri melalui empat postur [berjalan, berdiri, duduk, berbaring]. Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan  moralitas [śīla  pāramitā].

[0218c08]  Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui kesabaran dengan baik, [para kulaputra dan kuladuhita] akan tahan terhadap semua kemarahan , cacian , fitnahan , ancaman , gangguan , godaan dari semua makhluk hidup lainnya dengan kesadaran  menuju penggugahan , dengan tidak membenci ataupun sakit hati dan juga  bermaksud untuk memberikan manfaat , melalui kesabaran tertinggi,  raut wajah kulaputra dan kuladuhita ini  juga tidak akan berubah. Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan  kesabaran [kṣānti pāramitā]

[0218c12] Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui ketekunan dengan baik ,[para kulaputra dan kuladuhita] akan menjauhkan semua makhluk hidup dari kelambanan, kemalasan ataupun kondisi mental yang tidak bermanfaat lainnya kemudian membangkitkan aspirasi  yang penuh dengan semangat dan ketekunan tertinggi pada saat mereka sedang berjalan , berdiri , duduk ataupun berbaring. Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan  ketekunan [vīrya pāramitā]

[0218c15]  Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui  kontemplasi dengan baik,  yakni melalui kesadaran yang tidak tersebar , kesadaran yang tidak teralihkan  oleh aspek eksternal  hingga mencapai kesadaran penuh yang tepat dan  juga tidak teralihkan pada saat mereka beraktivitas  ataupun berbicara untuk jangka waktu yang lama. Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan  kontemplasi [dhyāna pāramitā]

[0218c19] Untuk semua makhluk hidup yang dapat dimatangkan [spiritual] melalui kebijaksanaan dengan baik, ,[para kulaputra dan kuladuhita] akan menggunakan metoda kefasihan dalam menguraikan dengan terperinci terhadap semua pertanyaan mengenai makna dan juga menggunakan metoda kefasihan dalam menguraikan dengan terperinci  semua risalat,  pengetahuan  dan seni. Dengan cara demikian , [para kulaputra dan kuladuhita] ini membimbing semua makhluk hidup menuju kematangan [spiritual] berdasarkan kecenderungan mereka dan memungkinkan mereka mapan dalam ajaran realitas. Inilah yang disebut sebagai kesempurnaan melampaui [prajñā pāramitā]

[0218c23] Oleh sebab itu, Bhagavān, menerima ajaran realitas itu tidak berbeda dengan kesempurnaan [pāramitā] itu sendiri , demikian juga kesempurnaan [pāramitā] tidak berbeda dengan menerima ajaran realitas itu sendiri , kesempurnaan [pāramitā] merupakan penerimaan ajaran realitas.

[0218c25] Sekali lagi , melalui transmisi kekuasaan dan kekuatan dari Tathāgata, Saya ingin menguraikan kembali dengan terperinci mengenai makna agung dari penerimaan ajaran realitas  

[0218c25] Bhagavān berkata 

Silahkan  uraikan kembali.

[0218c26] Śrīmālā  menjawab  Bhagavān dan berkata

Selanjutnya , para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas tidak berbeda dengan aktivitas penerimaan ajaran realitas itu sendiri,  demikian juga aktivitas  penerimaan ajaran realitas tidak berbeda dengan  para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas itu sendiri . Para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas  juga merupakan aktivitas penerimaan ajaran realitas .  Mengapa  demikian ? karena para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas telah  memberikan tiga aspek , apa yang dimaksud dengan tiga aspek ini ?  yakni , jasmani , kehidupan dan kepemilikan.

Para kulaputra dan kuladuhita yang telah memberikan jasmaninya, akan memahami yang melampaui batasan dari siklus kelahiran dan kematian, akan terbebaskan dari usia tua , sakit dan mati, akan mencapai dharmakāya dari Tathāgata yang  tidak dapat dihancurkan, konstan, tidak berubah, yang merupakan ketenangan tertinggi, terbebaskan dari  yang telah berlalu dan yang akan datang dan juga  mengakumulasi kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan .

Para kulaputra dan kuladuhita yang telah mempersembahkan kehidupannya, akan berdiam dalam semua aktivitas dari ajaran realitas yang mengagumkan, akan  memahami yang  melampaui batasan dari siklus kelahiran dan kematian, terbebaskan dari kematian ,  terbebaskan dari  yang telah berlalu dan yang akan datang , akan memahami semua  ajaran realitas yang mendalam,  konstan serta tidak terbatas  dan juga mengakumulasi  kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan.

Para kulaputra dan kuladuhita yang telah mempersembahkan kepemilikannya , akan  memahami yang  melampaui batasan dari siklus kelahiran dan kematian, akan memahami yang telah jauh melampaui semua ranah makhluk hidup dengan kualitas dan juga mengakumulasi  kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan , yang tidak pernah habis dan tidak akan berkurang.

Bhagavān, demikianlah, para kulaputra dan kuladuhita yang menerima ajaran realitas dan telah mempersembahkan tiga aspek ini akan memperoleh tiga kualitas kebajikan yang mengagumkan ini , akan selalu menerima kepastian prediksi dari para Buddha dan juga akan dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup.

[0219a11] Selanjutnya , Bhagavān,  pada saat ajaran realitas mengalami masa  kemunduran, para bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, and upāsika akan berselisih paham satu dengan lainnya dan kemudian membentuk persamuan mereka masing masing  hingga terpecah belah menjadi beragam sektarian . Pada saat itu para kulaputra dan kuladuhita  yang telah menerima ajaran realitas , yang tidak menyanjung , yang tidak memperdaya [semua makhluk hidup] serta tidak terdelusi ataupun keliru dan selalu bersuka cita dalam ajaran realitas ini , bergabung dengan para  sahabat spiritual yang baik [kalyana mitra] dengan tujuan untuk mempertahankan ajaran realitas, akan menerima kepastian prediksi dari para Buddha karena dikondisikan oleh aktivitas ini.

Bhagavān, saya telah melihat bahwa  kekuatan yang teragung dari aktivitas penerimaan ajaran realitas ini . Saya juga telah memahami bahwa Buddha adalah mata ajaran realitas ,  pengetahuan ajaran realitas, landasan ajaran realitas,  yang tidak terpisahkan dari pemahaman ajaran realitas dan yang mengetahui semua fenomena.

[0219a18] Kemudian  Bhagavān bersukacita  dan mengungkapkan simpati atas uraian Śrīmālā  mengenai kekuatan yang teragung dari aktivitas penerimaan ajaran realitas ini dan berkata 

Sādhu , sādhu ,,  Śrīmālā , seperti yang telah anda uraikan  mengenai kekuatan yang teragung dari aktivitas penerimaan ajaran realitas ini ,sungguh tepat.

Kekuatan teragung dari penerimaan ajaran realitas ini dapat dianalogikan seperti seorang yang sangat kuat memukul bagian vital dari tubuh seorang yang lemah , walaupun pukulannya sangat ringan tetapi telah mampu menyebabkan rasa sakit.   Demikian juga dengan penerimaan ajaran realitas ini, walaupun hanya sedikit, tetapi telah mampu menyebabkan Māra Pāpiyān sangat menderita, khawatir dan berusaha untuk menggoda.  

Śrīmālā, saya belum pernah melihat aktivitas baik lainnya yang mampu menyebabkan Māra Pāpiyān sangat menderita  selain  penerimaan ajaran realitas ini , walaupun hanya sedikit.

Selanjutnya, hal ini dapat dianalogikan seperti raja banteng yang memiliki postur tubuh yang tidak tertandingi dan melampaui semua banteng lainnya. Demikian juga, penerimaan ajaran realitas dari mahāyāna walaupun hanya sedikit ,akan melampaui akumulasi kualitas kebajikan dari śrāvakayāna  dan  pratyekabuddhayāna, karena  mahāyāna lebih ekspansif.

Śrīmālā, hal ini dapat dianalogikan seperti raja gunung Sumeru yang lebih agung, yang lebih unik dan melampaui pegunungan lainnya. Demikian juga seseorang yang berdiam dalam  mahāyāna, mempersembahkan jasmani, kehidupan dan kepemilikan serta menerima ajaran realitas dengan welas asih akan mengakumulasi kualitas kebajikan yang melampaui seseorang yang hanya berdiam dalam mahāyāna tetapi tidak mempersembahkan jasmani , kehidupan dan kepemilikan dan juga akan melampaui akumulasi kualitas kebajikan dari śrāvakayāna  dan  pratyekabuddhayāna, karena  mahāyāna lebih ekspansif.  Oleh sebab itu Śrīmālā, anda juga harus menerima ajaran realitas ini , menguraikannya dan  menginspirasi semua makhuk hidup dan juga  memapankan semua makhluk hidup melalui ajaran realitas.

Śrīmālā, penerimaan ajaran realitas ini memiliki manfaat yang  agung, transmisi kekuatan dan kekuasaan yang agung, dan hasil yang agung, walaupun saya menguraikan kualitas kebajikan dan manfaat dari penerimaan ajaran realitas ini hingga rentang waktu yang tidak terhitung , juga tidak akan pernah selesai menguraikannya. Oleh sebab itu , penerimaan ajaran realitas ini memiliki kualitas kebajikan yang tidak terukur dan tidak terbatas.


[Bagian kelima   ekayāna] 

[0219b05] Bhagavān  memberitahukan kepada Śrīmālā  dan berkata

Sekarang sudah seharusnya anda menguraikan kembali  lebih jauh mengenaimakna dari penerimaan ajaran realitas yang telah diuraikan oleh semua Buddha. 

[0219b06] Śrīmālā  menjawab  Bhagavān  dan berkata

Sādhu , Bhagavān , saya akan  menerima  instruksi ini dengan penuh suka cita.
Bhagavān, menerima ajaran realitas adalah menerima mahāyāna, mengapa demikian? karena mahāyāna merupakan sumber dari para śrāvaka, pratyekabuddha serta semua ajaran realitas keduniawian dan melampaui keduniawian yang memiliki kualitas kebajikan.

Bhagavān, hal ini dapat dianalogikan seperti danau Anavatapta  yang merupakan sumber  dari delapan sungai besar, demikian juga mahāyāna yang  merupakan sumber dari para śrāvaka, pratyekabuddha serta semua ajaran realitas keduniawian dan melampaui keduniawian yang memiliki kualitas kebajikan .

Bhagavān, selanjutnya hal ini dapat dianalogikan seperti benih yang  tergantung pada tanah  untuk tumbuh, demikian juga śrāvaka, pratyekabuddha serta semua ajaran realitas keduniawian dan melampaui keduniawian yang memiliki kualitas kebajikan  tergantung pada mahāyāna untuk tumbuh.  Oleh sebab itu , Bhagavān, berdiam dalam mahāyāna dan menerima mahāyāna juga merupakan berdiam dalam śrāvakayāna dan pratyekabuddhayāna serta menerima śrāvakayāna dan pratyekabuddhayāna  dan semua ajaran realitas keduniawian dan melampaui keduniawian yang memiliki kualitas kebajikan.

[0219b15] Bhagavān,  anda telah menjelaskan enam  aspek, apakah  yang dimaksud dengan enam aspek ini ?: yakni  kesimambungan dalam ajaran realitas,  kemunduran dari ajaran realitas, prātimokṣa  , vinaya,  meninggalkan kehidupan berumah tangga  dan upasampada.  apa  tujuan dari menjelaskan enam  aspek mahāyāna ini ?  tujuan menguraikan  kesinambungan dari ajaran realitas dalam mahāyāna adalah untuk menyatakan bahwa kesinambungan dari ajaran realitas juga merupakan kesinambungan dari mahāyāna. Tujuan menguraikan kemunduran dari ajaran realitas dalam mahāyāna adalah untuk menyatakan bahwa kemunduran dari ajaran realitas juga merupakan kemunduran dari mahāyāna. Prātimokṣa dan  vinaya, kedua ajaran realitas ini, memiliki makna yang sama tetapi nama yang berbeda.  Vinaya ini  juga merupakan ajaran dari  mahāyāna, mengapa demikian?  karena seseorang akan bergantung pada Buddha dalam meninggalkan kehidupan keluarga dan upasampada. Oleh sebab itu, ajaran mahāyāna juga mencakup vinaya, meninggalkan kehidupan keluarga, dan upasampada  , tetapi, seorang arahat tidak dapat dikatakan sebagai yang telah meninggalkan kehidupan berumah tangga, menerima upasampada sepenuhnya, mengapa demikian ? karena arahat dan  meninggalkan kehidupan berumah tangga, menerima upasampada bukan bertujuan  untuk mencapai Tathāgata melainkan hanya berlindung kepada Tathāgata , Disamping itu , seorang arahat  yang  mengambil perlindungan kepada  Buddha masih belum mencapai kepastian [vaisradya] ataupun terbebaskan dari rasa takut serta berdiam dalam ketiadaan semua aktivitas dari konseptual, mengawasi seperti  seorang penjaga yang memegang pedang   dalam mengatasi  gangguan ataupun ancaman. Oleh sebab itu , arahat tidak memiliki kebahagiaan tertinggi , mengapa demikian ? Karena arahat masih tergantung pada seseorang yang tidak pernah mencari perlindungan . Hal ini dapat dianalogikan seperti semua makhluk hidup lainnya yang tidak memiliki perlindungan dan memiliki beragam rasa takut, kemudian mencari perlindungan  karena rasa  takut mereka. Demikian juga arahat yang memiliki rasa takut ini , tergantung kepada Tathāgata karena rasa takut mereka.

[0219c01] Bhagavān,  arhat dan pratyekabuddha  belum mencapai kepastian ataupun terbebaskan dari rasa takut, mengapa demikian ?  karena belum mencapai kepastian, dalam pengetahuan tertinggi untuk memahami semua fenomena, karena belum mencapai kepastian dalam pengetahuan tertinggi untuk menghancurkan semua arus penyebab siklus eksistensi , karena  belum mencapai kepastian dalam kemampuan untuk menguraikan kembali semua fenonema,  karena belum mencapai kepastian dalam kemampuan untuk menguraikan kembali jalan menuju pembebasan definitif. Oleh sebab itu, mereka dikatakan sebagai  belum mencapai kepastian dan masih jauh dari  pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi. Mengapa demikian ? 

Karena hanya Tathāgata, Arahat, Samyaksambuddha yang memiliki [keempat] kepastia kualitas kebajikan ini sedangkan arahat dan pratyekabuddha tidak memiliki [keempat] kepastian, karena hanya Tathāgata, Arahat, Samyaksambuddha yang mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi dan mencapai nirvāṇa sepenuhnya dan mencapai semua kualitas kebajikan sedangkan arahat dan pratyekabuddha belum mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi, belum mencapai nirvana sepenuhnya dan hanya mencapai semua kualitas kebajikan. Pada saat dikatakan bahwa mereka mencapai nirvāṇa, itu hanya karena metoda kefasihan dari Buddha.

Karena hanya Tathāgata, Arahat, Samyaksambuddha yang mencapai nirvana sepenuhnya, yang mencapai semua kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan sedangkan arahat dan pratyekabuddha hanya mencapai semua kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan. Pada saat dikatakan bahwa mereka mencapai nirvāṇa, itu hanya karena metoda kefasihan dari Buddha.

Karena hanya Tathāgata, Arhat, Samyaksambuddha yang mencapai nirvāṇa sepenuhnya, yang telah mengeliminasi arus penyebab siklus eksistensi sepenuhnya dan mencapai kemurnian tertinggi sedangkan arahat dan pratyekabuddha masih belum mengeliminasi arus penyebab siklus eksistensi sepenuhnya dan tidak sepenuhnya murni. Pada saat dikatakan bahwa mereka mencapai nirvāṇa, itu hanya karena metoda kefasihan dari Buddha.

Pada saat dikatakan bahwa [dengan mengkontemplasi]mengenai pembebasan, memiliki empat kebijaksanaan, dan pada akhirnya mencapai kediaman mereka, itu juga itu hanya karena metoda kefasihan dari Buddha dan  hanya merupakan  makna konvensional

Oleh sebab itu dikatakan bahwa arahat dan pratyekabuddha  masih jauh dari pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi. Pada saat dikatakan bahwa arahat dan pratyekabuddha  melatih diri melalui pengamatan mendalam hingga terbebaskan , mencapai empat pengetahuan  dan mencapai kediaman mereka,  itu juga itu hanya karena metoda kefasihan dari Buddha dan  bukan merupakan  makna definitif .

[0219c20] Mengapa demikian ?  karena ada dua  jenis  penghentian. Apakah  kedua ini?  yakni  [pertama] penghentian biasa atau bersegmen, [kedua] penghentian dengan transformasi yang tidak terbayangkan. Penghentian biasa merujuk pada semua makhluk hidup yang masih hidup dalam delusi sedangkan penghentian  dengan transformasi yang tidak terbayangkan merujuk pada  manomaya kāya dari arahat , pratyekabuddha  dan bodhisattva yang memiliki kekuatan agung hingga saat mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi yang tidak tertandingi. 

Dalam kedua jenis penghentian ini , penghentian biasa atau bersegmen yang telah dicapai dan dipahami  dengan sempurna oleh arahat and pratyekabuddha maka dikatakan bahwa mereka telah memadamkan kehidupan mereka , karena mereka telah mencapai nirvana dengan sisa maka dikatakan bahwa mereka telah menyempurnakan pelatihan diri [brahmacarya], karena mereka telah mengeliminasi kekeliruan dan kondisi mental yang tidak  bermanfaat [kleśa] maka dikatakan bahwa semua aktivitas mereka telah disempurnakan  dimana aktivitas ini juga tidak mampu disempurnakan oleh orang awan , deva dan ke tujuh kategori  makhluk lainnya , karena  arahat dan pratyekabuddha telah mengeliminasi semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśasehingga tidak akan terlahir kembali  maka dikatakan bahwa mereka tidak terlahir kembali.  Pada saat dikatakan bahwa  mereka tidak terlahir kembali bukan berarti bahwa semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśaelah dieliminasi semuanya dengan sempurna ataupun semua aspek kemunculan telah dilenyapkan dengan sempurna. mengapa demikian ?  Karena ada kondisi mental yang tidak berguna tertentu yang belum dieliminasi oleh arahat dan pratyekabuddha 

[0220a02]  Ada dua jenis kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa, apakah kedua ini? yakni kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif [anusaya] dan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang aktif [paryavasthāna]. Kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] ada empat jenis , apakah ke empat itu ? yakni : [pertama] kemelekatan terhadap pandangan tertentu, [kedua] kemelekatan terhadap keinginan indriya, [ketiga] kemelekatan terhadap bentuk , [keempat] kegiuran [kehausan] terhadap eksistensi . 

Bhagavān,  keempat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dapat mengkondisikan kemunculan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat yang aktif [paryavasthāna]. Semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [klesa] yang aktif [paryavasthāna] ini selalu muncul secara bersamaan dengan kesadaran dari satu momen ke momen berikutnya [kṣaṇa] sedangkan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan itu  tidak berawal, merupakan akar dari semua semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] dan juga tidak pernah akan muncul secara bersamaan dengan kesadaran dari satu momen ke momen berikutnya.

Bhagavān,  keempat kondisi mental yang tidak bermanfaatyang tidak aktif [anusaya] itu sangat kuat dan dominan serta mampu mengkondisikan kemunculan dari semua  kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang aktif [paryavasthāna]. Selanjutnya, jika menggunakan perbandingan , kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan merupakan yang terkuat diantara mereka tersebut dimana perbedaannya juga tidak dapat diungkapkan melalui  beragam metoda perhitungan , analogi ataupun logika manapun.

[0220a09] Dengan demikian, Bhagavān, kekuatan kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan.  Kekuatan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan lebih dominan dari kegiuran [kehausan] terhadap eksistensi, sebagai representasi dari keempat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang aktif [paryavasthāna]lainnya.

Hal ini dapat dianalogikan sebagai wujud, kekuatan,  rentang waktu kehidupan, para pengiring, semua aspek lainnya ataupun kekuatan melampaui keduniawian dari raja māra Pāpīyān  yang melampaui semua  deva dan devaputra dari Paranirmitavaśavartin. Demikian juga Kekuatan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan yang melampaui kegiuran [kehausan] terhadap eksistensi, sebagai representasi dari keempat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang aktif [paryavasthāna] lainnya dimana kekuatannya  merupakan yang paling dominan. Semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa], yang lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga ini, dikondisikan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan, yang juga menyebabkan keempat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang aktif [paryavasthāna] lainnya ini berdurasi untuk jangka waktu yang lama. Dalam hal ini, kebijaksanaan dan pengetahuan dari  Arahat dan pratyekabuddha tidak akan mampu mengeliminasi aspek ini , hanya  pengetahuan  penggugahan dari Tathāgata yang mampu untuk mengeliminasi aspek ini.

Demikianlah , Bhagavān, kekuatan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan ini merupakan kekuatan yang paling dominan

[0220a15] Bhagavān, selanjutnya , dengan kemelekatan sebagai kondisi dan aktivitas dari arus penyebab siklus eksistensi [āśrava] sebagai landasan penyebabnya maka  semua  makhluk  hidup  terus  bersiklus dalam tiga ranah eksistensi ini. Demikian juga kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan sebagai kondisi dan aktivitas  yang bukan dari arus penyebab siklus eksistensi  sebagai landasan  penyebabnya maka akan mengkondisikan kemunculan dari  tiga jenis manomayakāya dari  Arahat, pratyekabuddha dan Bodhisattva yang telah mencapai kekuatan .

Kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan merupakan kondisi untuk memanifestasikan aktivitas yang bukan dari arus penyebab siklus eksistensi dan juga yang mengkondisikan kemunculan dari tiga jenis manomayakāya dari  Arahat, pratyekabuddha dan Bodhisattva yang telah mencapai kekuatan ini, baik sebagai aspek pengkondisi ataupun sebagai aspek yang dikondisikan.  Untuk alasan inilah , maka kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan ini memiliki istilah ataupun nama yang sama dengan kegiuran [kehausan] terhadap eksistensi.

Bhagavān, walaupun demikian , aktivitas dari kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan memiliki fungsi yang berbeda dengan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari kegiuran [kehausan] terhadap eksistensi karena kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif  dari ketidaktahuan sebenarnya juga berbeda dengan keempat  kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif [anusaya] lainnya. Oleh sebab itu aspek ini hanya dapat tereliminasi pada saat memasuki tahapan Buddha dan hanya dapat dicabut oleh pengetahuan dari penggugahan Tathāgata, mengapa demikian ? karena , walaupun Arahat dan pratyekabuddha  telah mengeliminasi ke empat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] ini, tetapi mereka masih belum menguasai kekuatan sepenuhnya untuk menghentikan semua arus penyebab siklus eksistensi ini ataupun  belum mencapai tahapan dengan  memahami aspek ini secara langsung.  

Bhagavān, penghentian dari arus penyebab siklus eksistensi merupakan istilah merujuk pada kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif dari ketidaktahuan ini. 

[0220a25] Demikianlah, Bhagavān, bahkan  arahat, pratyekabuddha, dan bodhisattva dalam siklus eksistensi terakhir mereka , juga masih terhalang , diselimuti dan dibutakan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan ini. Oleh sebab itu, mereka tidak mampu mengamati dan memahami dengan jelas realitas dari semua fenomena.

Karena mereka tidak mampu mengamati dan memahami dengan jelas realitas dari semua fenomena ini maka mereka  tidak akan mampu memutuskan semua aspek dimana seharusnya itu diputuskan. Karena mereka tidak akan mampu memutuskan semua aspek dimana seharusnya itu diputuskan maka mereka hanya akan mencapai pembebasan dengan kekeliruan yang masih tersisa atau dengan perkataan lainnya  bukan mencapai pembebasan sepenuhnya, bukan terbebaskan dari semua kekeliruan, mereka hanya akan mencapai kemurnian dengan sisa atau dengan perkataan lainnya  bukan mencapai kemurnian sepenuhnya, mereka hanya akan mencapai kualitas kebajikan dengan sisa atau dengan perkataan lainnya bukan mencapai semua kualitas kebajikan sepenuhnya.

Siapapun  yang hanya akan mencapai pembebasan dengan kekeliruan yang masih tersisa atau dengan perkataan lainnya  bukan mencapai pembebasan sepenuhnya, bukan terbebaskan dari semua kekeliruan, hanya akan mencapai kemurnian dengan sisa atau dengan perkataan lainnya  bukan mencapai kemurnian sepenuhnya, hanya akan mencapai kualitas kebajikan dengan sisa atau dengan perkataan lainnya  bukan mencapai semua kualitas kebajikan sepenuhnya adalah  seseorang yang memahami penderitaan dengan sisa , yang memutuskan asal mula penderitaan dengan sisa, yang mencapai  penghentian penderitaan dengan sisa , yang melatih diri melalui jalan menuju  penghentian penderitaan dengan sisa.

Siapapun yang memahami penderitaan dengan sisa, yang memutuskan asal mula penderitaan dengan sisa, yang mencapai penghentian penderitaan dengan sisa , yang melatih diri melalui jalan menuju penghentian penderitaan dengan sisa adalah seseorang yang mencapai nirvāṇa dengan sisa. Siapapun yang mencapai nirvāṇa dengan sisa  adalah seseorang mencapai nirvāṇa sebagian dan disebut sebagai yang menjauhi ranah nirvāṇa .

Siapapun yang memahami semua penderitaan, yang mengeliminasi semua asal mula penderitaan sepenuhnya , yang mencapai semua pemadaman penderitaan sepenuhnya, yang melatih diri melalui semua jalan menuju lenyapnya penderitaan sepenuhnya adalah seseorang yang mencapai nirvāṇa dalam kediaman yang konstan, tenang dan damai dalam ranah eksistensi yang dihalangi oleh penghancuran melalui ketidakkonstanan dan  juga oleh  penyakit  dari ketidakkonstanan. 

Bhagavān,  seseorang yang demikian, akan menjadi pelindung dan perlindungan untuk ranah eksistensi yang tanpa pelidung ataupun perlindungan , mengapa demikian ?  karena nirvāṇa tidak dapat dicapai oleh seseorang yang masih mendiskiriminasikan fenomena  tertinggi dan terendah ataupun baik dan tidak baik. Nirvāṇa hanya dapat dicapai oleh seseorang yang telah mengamati kesetaraan dalam  semua fenomena, telah memahami kesetaraan dalam semua pengetahuan , kesetaraan dalam semua pembebasan , kesetaraan dalam  semua kemurnian . Oleh sebab itu ,  dikatakan bahwa nirvāṇa ini  memiliki satu rasa, satu rasa yang sama yang disebut sebagai rasa dari pembebasan.

[0220b11] Bhagavān , jika seseorang belum  memutuskan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan dengan sepenuhnya maka mereka tidak akan mencapai nirvāṇa dalam  satu rasa , rasa yang sama yakni rasa dari pembebasan mengapa demikian ? karena  jika seseorang tidak memutuskan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif dari ketidaktahuan dengan sepenuhnya maka  tidak akan memutuskan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga yang seharusnya diputuskan sepenuhnya. Karena tidak akan memutuskan kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga  yang seharusnya diputuskan sepenuhnya maka mereka tidak akan mencapai dan memahami langsung semua kualitas kebajikan yang berjumlah  lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga.

Ini merupakan kasus dimana kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif dari ketidaktahuan mengakumulasi  dan mengkondsikan kemunculan dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] dan kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśa]  dimana kedua aspek ini seharusnya dieliminasi melalui kontemplasi. 

Kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif [anusaya] dari ketidaktahuan juga akan mengkondisikan kemunculan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśa], yang akan menghalangi kesadaran,  yang akan menghalangi meditasi ketenangan , yang akan menghalangi meditasi pengamatan mendalam,  yang akan menghalangi absorbsi meditatif, yang akan menghalangi pencapaian meditatif, yang akan menghalangi metoda kefasihan , yang akan menghalangi pengetahuan , yang akan menghalangi hasil [dari jalan], yang akan menghalangi pencapaian, yang akan menghalangi kekuatan,  yang akan menghalangi pencapaian dari ketidak takutan ataupun kepastian. 

Semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśayang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga hanya dapat dieliminasi sepenuhnya oleh pengetahuan penggugahan dari Tathāgata.  

Semua dari kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśa] ini dimapankan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif dari ketidaktahuan. Semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder  muncul dari kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif dari ketidaktahuan sebagai sebab dan kondisi.

Bhagavān , manifestasi dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśa] selalu muncul secara bersamaan dengan kesadaran  dari satu momen ke momen berikutnya .

Bhagavān , kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif dari ketidaktahuan itu tidak berawal, merupakan akar dari semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder  dan juga tidak pernah akan muncul secara bersamaan dengan kesadaran dari satu momen ke momen berikutnya.

[0220b24] Bhagavān, selanjutnya kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga dan hanya dapat dapat diputuskan oleh  pengetahuan dari penggugahan Tathāgata ini , dimapankan  dan  didukung oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan. Hal ini dapat dianalogikan seperti semua benih yang tergantung pada tanah untuk eksis, mapan dan tumbuh . Jika tanah ini dirusak maka benih ini juga akan rusak .

Demikian juga semua  kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga dan hanya dapat dapat diputuskan oleh  pengetahuan dari penggugahan Tathāgata ini , juga tergantung pada kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan untuk untuk eksis, mapan dan tumbuh.  Jika kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif  dari ketidaktahuan ini diputuskan maka semua kondisi mental yang tidak bermanfaat [kleśa] dan semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder [upakleśa] juga akan terputus.

Pada saat kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif dari ketidaktahuan ini , semua kondisi mental yang tidak bermanfaat dan semua kondisi mental yang tidak bermanfaat sekunder  telah diputuskan maka seseorang akan mencapai semua kualitas kebajikan yang hanya dapat dicapai oleh  Tathāgata dan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan butiran pasir di sungai Gangga, mencapai pemahaman langsung  dan kekuatan melampaui keduniawian yang tidak terhalang oleh semua aspek, memperoleh semua pengetahuan dan kebijaksanaan  melalui pengamatan mendalam, meninggalkan dan melampaui semua kekeliruan,  memperoleh semua kualitas kebajikan,    menjadi penguasa ajaran realitas , menjadi  guru ajaran realitas , menguasai semua fenomena   dan memasuki tahapan dimana semua fenomena  berdiam dengan konstan dan tanpa terhalang , disebut sebagai Tathāgata, Arahat dan  Samyak-Saṁbuddha , kemudian dengan auman singa menegaskan bahwa dia telah terbebaskan dari kelahiran kembali, telah memapankan semua kediaman yang damai dan terbebaskan dari semua keinginan, telah menyelesaikan semua yang harus diselesaikan, telah melampaui semua siklus eksistensi dengan sepenuhnya.

Sebenarnya , Bhagavān, auman singa ini berdasarkan makna definitif yang selalu diingat dengan baik dan  di uraikan kembali oleh para Buddha  

[0220c08]  Bhagavān, ada dua jenis pengetahuan dalam melampaui semua siklus eksistensi dengan sepenuhnya. 

Pertama,  pengetahuan dari  semua Tathāgata, yang merupakan  kekuatan  dan kekuasaan yang tidak tertandingi, mampu menundukkan empat māra, melampaui semua ranah eksistensi, dan juga  dijunjung tinggi oleh semua makhluk hidup , mencapai dharmakaya yang tidak dapat dibayangkan, mencapai pengetahuan dari  semua aspek pengetahuan dan tidak terhalang oleh semua aspek. Dalam tahapan ini tidak ada aktivitas yang akan dilakukan lagi  ataupun usaha untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi lagi , mencapai sepuluh kekuatan dari pengetahuan , mereka naik menuju tahapan yang tertinggi , tidak tertandingi dan bebas dari semua ketakutan melalui pengetahuan dan kebijaksanaan yang tidak terhalang  oleh semua aspek dan yang mengetahui semua aspek, tanpa tergantung pada orang lain. Kebijaksanaan dan pengetahuan yang  telah melampaui semua siklus eksistensi ini  dikenal sebagai  auman singa. 

[0220c13]  Bhagavān, kedua, pengetahuan dari arahat dan pratyekabuddha  yang  telah mengatasi semua ketakutan terhadap siklus eksistensi kelahiran dan kematian ini  dan secara bertahap   memperoleh sukacita dalam mencapai kebahagiaan dari pembebasan. Oleh sebab itu, mereka berpikir   bahwa mereka telah meninggalkan rasa takut terhadap siklus eksistensi kelahiran dan kematian yang berulang ini  serta telah melampaui semua siklus eksistensi ini .

Bhagavān, dengan pengamatan ini, arahat dan pratyekabuddha  juga menyatakan bahwa mereka telah mencapai yang melampaui semua siklus eksistensi ini, walaupun mereka belum merealisasikan tahapan tertinggi  dari pembebasan dari kediaman  nirvāṇa. 

Bhagavān, dengan berdiam dalam tahapan yang telah dicapai sebelumnya  dan jika mereka  tidak terdelusi oleh ajaran realitas yang telah direalisasikan ini  maka mereka akan mampu memahami bahwa masih ada tahapan yang belum dicapai oleh mereka dan kemudian  berpikir kembali bahwa  sekarang yang mereka hanya  mencapai tahapan tanpa sisa dan akan  menerima kepastian dalam pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi kelak. Mengapa demikian? Karena śrāvakayāna dan  pratyekabuddhayāna  telah tercakup dalam mahāyāna.  Mahāyāna juga merupakan  Buddhayāna  dan ini adalah kasus dimana ketiga yāna ini merupakan ekayāna .

Siapapun yang  memahami ekayāna juga akan mencapai kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi. Kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi ini juga  merupakan ranah nirvāṇa. Ranah nirvāṇa juga merupakan dharmakāya dari  Tathāgata. Untuk  merealisasikan dharmakāya tertinggi ini juga merupakan tujuan tertinggi dari ekayāna. Dharmakāya itu  tidak berbeda dengan Tathāgata dan Tathāgata juga  tidak berbeda dengan dharmakāya.  Tathāgata itu sama dengan dharmakāya.  Oleh sebab itu, realisasi dharmakāya tertinggi  juga merupakan pencapaian tujuan tertinggi dari ekayāna. Dalam hal ini , tertinggi itu memiliki makna sebagai tanpa batasan dan tanpa akhir, Mengapa demikian ? 

[0220c27]  karena , Bhagavān  kediaman Tathāgata tidak memiliki batasan terhadap waktu, karena  Tathāgata, Arahat, Samyak-Saṁbuddha berdiam melampaui semua batasan. Seperti kediaman Tathāgata  yang tidak memiliki batasan  demikian juga welas kasih dan aspirasi  dari Tathāgata juga tidak memiliki batasan

Jika seseorang mengatakan bahwa kediaman Tathāgata tidak memiliki batasan terhadap waktu, melampaui semua batasan dan juga Tathāgata membawa kedamaian dan ketenangan untuk semua ranah eksistensi melalui welas asih dan  aspirasi  yang tidak terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang ini telah menguraikannya dengan fasih. 

Jika  seseorang juga mengatakan bahwa Tathāgata merupakan  ajaran realitas  yang tidak akan berakhir, ajaran realitas yang selalu  berdiam dalam kekonstanan dan juga merupakan pelindung untuk semua ranah eksistensi. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa seseorang ini telah menguraikannya dengan fasih. 

Oleh sebab itu, dalam satu ranah eksistensi yang belum terselamatkan , dalam satu ranah eksistensi yang belum memiliki pelindung,  disana akan ada kediaman dari seorang  pelindung , satu perlindungan yang konstan, tidak pernah berhenti ataupun berakhir dan perlindungan yang  melampaui semua batasan, yang disebut sebagai Tathāgata, Arahat, SamyakSaṁbuddha. 

[0221a04]  Ajaran realitas merupakan jalan dari ekayāna sedangkan Samgha merupakan persamuan dari ketiga yāna ini, walaupun demikian, Kedua aspek perlindungan ini bukan merupakan perlindungan yang tertinggi  melainkan disebut sebagai perlindungan yang lebih rendah, mengapa demikian?  Karena jalan dalam ekayāna merupakan  realisasi  tertinggi  dari dharmakāya dan  tidak ada sesuatupun yang dapat dikategorikan sebagai ajaran realitas yang mengajarkan jalan ekayāna ini dalam melampaui dharmakāya ini . Karena persamuan dari ketiga yāna ini masih memiliki rasa takut , persamuan dari ketiga yāna ini masih menerima perlindungan kepada Tathāgata dan kemudian meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk melatih diri dan masih dalam proses pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi  untuk mereka sendiri. Oleh sebab itu , kedua aspek perlindungan ini bukan merupakan perlindungan yang tertinggi  melainkan disebut sebagai perlindungan yang lebih rendah

[0221a10] Jika ada makhluk hidup , yang ditundukkan oleh Tathāgata, menerima perlindungan kepada Tathāgata dan memperoleh amrta dari ajaran realitas , membangkitkan pikiran yang penuh dengan  keyakinan dan sukacita dalam ajaran realitas, kemudian menerima perlindungan kepada ajaran realitas dan Samgha maka dapat dikatakan bahwa kedua perlindungan ini, bukan hanya menerima perlindungan kepada kedua aspek ini saja, melainkan juga menerima perlindungan kepada Tathāgata.  Perlindungan tertinggi adalah menerima perlindungan kepada Tathāgata. Oleh sebab itu, perlindungan  kepada kedua aspek ini juga merupakan perlindungan tertinggi karena seseorang telah menerima perlindungan kepada Tathāgata. mengapa demikian ? Karena menerima perlindungan kepada Tathāgata tidak berbeda dengan menerima perlindungan  kepada kedua aspek ini, menerima perlindungan  kepada kedua aspek ini juga tidak berbeda dengan menerima perlindungan kepada Tathāgata. Menerima perlindungan kepada Tathāgata itu sama dengan menerima perlindungan  kepada kedua aspek ini. Menerima perlindungan kepada Tathāgata sama dengan menerima perlindungan  kepada triratna , 

Selanjutnya  mengapa jalan dalam ekayāna ini diuraikan kembali ? karena Tathāgata yang telah mencapai empat kepastian  ataupun terbebaskan dari rasa takut , dan mampu mengungkapkan jalan dalam ekayāna ini melalui auman singa. Tathāgata hanya menguraikan kedua yāna ini  dengan metoda kefasihan berdasarkan dan disesuaikan  dengan  kebutuhan semua makhluk hidup dan kedua yāna  ini sebenarnya juga merupakan  esensi māhayāna.  Oleh sebab itu , tidak ada ketiga yāna tersebut karena ketiga yāna ini juga akan mengarah dan mengakses kedalam   ekayāna.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekayāna merupakan yāna tertinggi.


[Bagian ke enam :   kebenaran mulia yang tidak terbatas]  


[0221a20] Bhagavān,  śrāvaka dan pratyekabuddha mencapai realisasi awal dari empat kebenaran mulia,  bukan melalui salah satu pengetahuan melampaui keduniawian dalam memutuskan  kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif ataupun merealisasikan kualitas kebajikan dari pengetahuan semua aspek terhadap empat kebenaran mulia ataupun memahami dengan mendalam  terhadap esensi dari  empat  aspek dari ajaran realitas ini.

Bhagavān, mereka tidak memiliki pengetahuan melampaui keduniawian . Oleh sebab itu ,  empat pengetahuan [dari empat kebenaran mulia] ini  muncul secara bertahap dan satu aspek akan mengkondisikan aspek lainnya. 

[0221a23]  Bhagavān, pengetahuan melampaui keduniawian ini seperti intan yang mampu memotong putus semua benda dengan satu goresan , tidak seperti  pengetahuan awal empat yang muncul secara bertahap dari śrāvaka dan pratyekabuddha yang tidak mampu memutuskan kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak aktif  dari ketidaktahuan. 

Bhagavān, hanya melalui  pengetahuan bukan dualitas dari realitas tertinggi  yang dicapai oleh Tathāgata yang  akan mampu memutuskan semua kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak aktif  sepenuhnya.

Bhagavān, ruang lingkup Tathāgata, Arhat, Samyak-Saṁbuddha telah melampaui semua śrāvaka dan pratyekabuddha. Oleh sebab itu , melalui pengetahuan dari kekosongan semua fenomena, Tathāgata mampu menghancurkan semua  sumber dari  kondisi mental yang tidak bermanfaat .

Bhagavān, pengetahuan tertinggi yang mampu menghancurkan semua  sumber dari kondisi mental yang tidak bermanfaat  disebut sebagai pengetahuan melampaui keduniawian,  yang tertinggi sedangkan pengetahuan awal dari empat kebenaran mulia bukan yang tertinggi, melainkan merupakan pengetahuan yang akan mengarah kepada pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dan tidak tertandingi. 

[0221b02] Bhagavān, makna yang tepat untuk  kata mulia , tidak berlaku untuk semua pengikut kedua yāna, semua śrāvaka dan pratyekabuddha disebut sebagai mulia, hanya karena mereka mampu mencapai kualitas kebajikan yang masih terukur, karena  mereka mampu mencapai kualitas kebajikan yang masih belum memadai. Kebenaran mulia yang sebenarnya bukan kebenaran yang mampu direalisasikan oleh śrāvaka dan pratyekabuddha. Demikian juga, kualitas kebajikan yang dicapai, juga bukan kualitas kebajikan  yang mampu direalisasikan oleh  śrāvaka dan pratyekabuddha.

Bhagavān, Kebenaran mulia yang sebenarnya hanya dapat direalisasikan oleh Tathāgata, Arhat, Samyak-Saṁbuddha dan kemudian diungkapkan kembali kepada semua ranah eksistensi yang masih diselimuti oleh ruang lingkup ketidaktahuan ini . Oleh sebab itu, disebut sebagai  kebenaran mulia.

[Bagian ketujuh  Tathāgatagarbha]

[0221b09]  Kebenaran mulia yang sebenarnya  itu mengungkapkan makna mendalam, halus dan sulit untuk dipahami, tidak dapat didiskriminasi, melampaui semua  ruang lingkup objektivitas, merupakan pengetahuan dari para arya yang tidak dapat dibayangkan oleh semua yang berdiam dalam ranah eksistensi ini , mengapa demikian ? 

Karena makna mendalam dari Kebenaran mulia yang sebenarnya  merupakan penguraian dari Tathāgatagarbha yang paling mendalam. Tathāgatagarbha merupakan ruang lingkup objektivitas dari Tathāgata yang tidak diketahui oleh semua śrāvaka dan pratyekabuddha. Tathāgatagarbha juga menguraikan makna dari Kebenaran mulia yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Tathāgatagarbha  sangat halus dan mendalam , sulit untuk dipahami, tidak dapat didiskriminasi, melampaui semua  ruang lingkup objektivitas, merupakan pengetahuan dari para arya yang tidak dapat dibayangkan oleh  semua yang berdiam dalam ranah eksistensi ini dan hanya dapat dipahami oleh Tathāgata, Arhat, Samyak-Saṁbuddha.

[Bagian kedelapan : dharmakāya]

[0221b17] Siapapun yang tidak meragukan Tathāgatagarbha yang diselubungi oleh ruang lingkup kondisi mental yang tidak bermanfaat yang tidak terukur, juga tidak akan meragukan dharmakāya yang melampaui semua sumber kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang tidak terukur. 

Jika seseorang tidak meragukan uraian terperinci mengenai Tathāgatagarbha, dharmakaya dari Tathāgata , ruang lingkup objektivitas dari para buddha yang tidak terbayangkan melalui metoda kefasihan ini , maka dia juga akan  memperoleh kefasihan  melalui  uraian ini  dan kemudian menyakini dan memahami dua  metoda untuk merealisasikan kebenaran mulia. Kedua metoda untuk merealisasikan kebenaran mulia ini sangat sulit untuk diketahui dan dipahami, apa yang dimaksud dengan dua  metoda  ini ? yakni  melalui aktivitas  dan tanpa melalui aktivitas.

Kebenaran mulia yang direalisasikan melalui aktivitas akan mengungkapkan makna yang terukur dari  empat kebenaran mulia, mengapa demikian ? karena dia tergantung pada orang lain sehingga  tidak  akan mengetahui semua aspek dari penderitaan , memutuskan semua asal mula dari penderitaan, merealisasikan semua penghentian dari penderitaan  dan menyempurnakan pelatihan diri melalui semua jalan .

Oleh sebab itu, Bhagavān, seseorang ini juga tidak akan mengetahui kemunculan dan penghentian dari fenomena yang terkondisi [saṁskṛta] , tidak akan mengetahui kemunculan dan penghentian dari fenomena yang  bukan terkondisi [asaṁskṛta] , demikian juga nirvāṇa, dia tidak akan mengetahui nirvāṇa dengan sisa dan nirvāṇa tanpa sisa.

Kebenaran mulia yang direalisasikan tanpa melalui aktivitas akan mengungkapkan makna yang tidak  terukur dari  empat kebenaran mulia, mengapa demikian ? karena dia tergantung pada kekuatan dari  diri sendiri sehingga  akan mengetahui semua aspek dari penderitaan , memutuskan semua asal mula dari penderitaan, merealisasikan semua penghentian dari penderitaan  dan menyempurnakan pelatihan diri melalui semua jalan .

Demikianlah delapan kebenaran mulia  ini , Tathāgata hanya menguraikan empat kebenaran mulia  [sebagai metoda kefasihan]. Makna dari kebenaran mulia tanpa melalui aktivitas ini merupakan ranah aktivitas dari Tathāgata, Arahat, Samyak-Saṁbuddha  merupakan yang tertinggi sedangkan makna dari kebenaran mulia melalui aktivitas ini merupakan ranah aktivitas dari arahat dan pratyekabuddha bukan merupakan  yang tertinggi,  mengapa demikian ? karena nirvāṇa bukan direalisasikan melalui ajaran realitas manapun, baik yang tertinggi, menengah ataupun terendah,  mengapa makna dari kebenaran mulia tanpa melalui aktivitas ini merupakan ranah aktivitas dari Tathāgata, Arhat, Samyak-Saṁbuddha  merupakan yang tertinggi ? karena  semua Tathāgata, Arahat, Samyak-Saṁbuddha   mengetahui semua penderitaan yang akan datang , memutuskan semua asal mula dari penderitaan yakni semua sumber dari kondisi mental yang tidak bermanfaat  yang telah terakumulasi, memadamkan semua agregat dari manomayakāya merealisasikan semua penghentian dari penderitaan  dan mencapai kepastian.
  
[0221c07] Bhagavān,  istilah dari penghentian dari penderitaan  bukan menyatakan penghancuran dari semua fenomena, melainkan penghentian dari penderitaan ini merujuk pada  yang tidak berawal ,  yang tidak beraktivitas,  yang tidak muncul,  yang tidak berakhir, yang berdiam dalam kekonstanan, yang berintrinsitik murni dan  yang telah terbebaskan dari semua sumber dari  kondisi mental yang tidak bermanfaat . 

Bhagavān, pencapaian  pengetahuan yang tidak terbayangkan dari ajaran realitas para Buddha yang banyaknya seperti  butiran pasir di sungai Gangga, yang  tidak dapat dipisahkan, yang  tidak dapat diuraikan , yang  tidak dapat dibedakan ini disebut sebagai dharmakaya dari Tathāgata

Bhagavān,  dharmakaya dari Tathāgata yang belum terbebaskan dari semua sumber dari  kondisi mental yang tidak bermanfaat ini disebut sebagai Tathāgatagarbha

[Bagian kesembilan  pemahaman  realitas mendalam  dari kekosongan ]

[0221c13] Bhagavān, pengetahuan dari Tathāgatagarbha merupakan pengetahuan mengenai kekosongan dari  Tathāgata.

Bhagavān, Tathāgatagarbha ini, semua śrāvaka, pratyekabuddha dan bodhisattva belum penah melihatnya  dan juga belum pernah mencapainya 

[0221c16] Bhagavān, ada dua jenis pengetahuan mengenai kekosongan dari  Tathāgata, apakah kedua jenis ini ?  yakni  pertama , pengetahuan mengenai Tathāgatagarbha yang merupakan kekosongan, yang  tidak dapat dipisahkan, yang  tidak dapat diuraikan , yang  tidak dapat dibedakan dari semua sumber dari  kondisi mental yang tidak bermanfaat . kedua ,  pengetahuan mengenai Tathāgatagarbha yang bukan merupakan kekosongan , yang  tidak dapat dipisahkan, yang  tidak dapat diuraikan , yang  tidak dapat dibedakan dari pengetahuan yang tidak terbayangkan dari ajaran realitas para Buddha yang banyaknya seperti  butiran pasir di sungai Gangga. 

Bhagavān, kedua jenis kekosongan ini , hanya pengikut agung  yang akan menerima dan  meyakini uraian Tathāgata ini sedangkan pengetahuan mengenai kekosongan dari  arahat dan pratyekabuddha hanya bertansformasi dalam ruang lingkup dari  empat pandangan  keliru . Oleh sebab itu , semua arahat dan pratyekabuddha belum penah melihat dan juga belum pernah mencapai  Tathāgatagarbha ini , hanya Buddha yang mencapai kepastian dalam memutuskan semua penderitaan, menghancurkan semua sumber kondisi mental yang tidak bermanfaat dan menyempurnaan pelatihan diri dalam jalan menuju penghentian dari penderitaan.

[Bagian kesepuluh : satu realitas]

[0221c25] Bhagavān, dari keempat kebenaran mulia ini,  tiga dari keempat kebenaran mulia ini tidak konstan, satu dari keempat kebenaran mulia ini konstan, mengapa demikian ? karena tiga dari keempat kebenaran mulia ini berkarakteristik terkondisi,  yang berkarakteristik terkondisi itu tidak konstan, yang tidak konstan itu termasuk sebagai fenomena yang terkomposit, fenomena yang terkomposit itu bukan realitas tertinggi, bukan kediaman dan bukan perlindungan .Oleh sebab itu [ketiga kebenaran mulia ini yakni :] kebenaran mulia mengenai penderitaan, asal mula penderitaan, jalan menuju penghentian dari penderitaan bukan realitas tertinggi , bukan kediaman dan  bukan perlindungan 

[Bagian kesebelas: satu perlindungan]

[0222a01] Satu [dari keempat] kebenaran mulia yakni penghentian dari penderitaan berkarakteristik tidak terkondisi,  yang berkarakteristik  tidak terkondisi  itu konstan , yang konstan itu termasuk sebagai fenomena yang  bukan terkomposit  , fenomena yang bukan terkomposit  itu merupakan realitas , kediamanan dan perlindungan. Oleh sebab itu [satu kebenaran mulia ini yakni :] kebenaran mulia mengenai penghentian penderitaan merupakan kediaman , perlindungan dan realitas tertinggi.

 [Bagian kedua belas  :  pandangan keliru]

[0222a05] Kebenaran mulia mengenai penghentian penderitaan ini tidak dapat dibayangkan , melampaui ruang lingkup konseptual dari semua makhluk hidup dan juga bukan merupakan ruang lingkup pengetahuan dari arahat dan pratyekabuddha.

Hal ini dapat dianalogikan seperti seorang yang buta sejak dilahirkan tidak akan mampu melihat beragam bentuk ataupun seorang bayi yang berusia tujuh hari tidak akan mampu melihat matahari. Demikian juga Kebenaran mulia mengenai  penghentian penderitaan ini , bukan merupakan ruang lingkup persepsi dari semua mahkluk  hidup yang belum matang [spiritualnya] dan juga bukan merupakan ruang lingkup pengetahuan dari arahat dan pratyekabuddha. 

Persepsi dari  semua makhluk hidup yang belum  matang [spiritualnya] merujuk pada dua pandangan keliru sedangkan pengetahuan dari arahat dan pratyekabuddha merujuk pada pengetahuan murni  sedangkan pandangan ekstrim [antagrahadrsti] merujuk pada [pandangan yang muncul pada saat] seseorang menggengam pada kelima agregat sebagai diri sehingga terdelusi dan mengkondisikan dua pandangan yang  mengarah pada pandangan ekstrim yang disebut sebagai pandangan mengenai segala sesuatu itu eksis [sasvatadrsti] dan pandangan mengenai segala sesuatu itu tidak eksis [uccheda-dṛṣṭi].

Jika seseorang melihat  bahwa semua fenomena terkondisi itu tidak konstan ataupun nirvana itu konstan, kedua pandangan ini bukan pandangan ekstrim yakni pandangan mengenai segala sesuatu itu eksis  ataupun pandangan mengenai segala sesuatu itu tidak eksis ,melainkan merupakan pandangan yang tepat ,  mengapa demikian ? karena pada saat seseorang yang terdelusi melihat bahwa jasmani, organ indriya, sensasi dan fenomena lainnya ini akan hancur selamanya dalam kehidupan sekarang ini, tidak memahami hubungan sebab dan kondisi dari fenomena sebagai kesinambungan maka dia akan menggengam pada pandangan yang keliru yakni pandangan mengenai segala sesuatu itu tidak eksis , demikian juga , seseorang yang terdelusi , melihat ruang lingkup kesadaran itu konstan dalam kesinambungannya, tidak mampu mengetahui dan memahami ruang lingkup kesadaran muncul dan lenyap silih berganti dari satu momen ke momen berikutnya berdasarkan sebab dan kondisi, maka dia juga akan menggengam pada pandangan yang keliru yakni pandangan mengenai segala sesuatu itu  eksis.

Bhagavān, kebenaran mulia yang telah diuraikan diatas ini, melampaui semua perbedaan dan juga melampaui  semua pengetahuan yang lebih rendah, karena terdelusi oleh konseptual dan pandangan yang keliru maka mereka menggengam erat pada pandangan mengenai segala sesuatu itu eksis  ataupun pandangan mengenai segala sesuatu itu tidak eksis .

Demikianlah makhluk hidup yang terdelusi, menggengam erat pada kelima agregrat, mereka mempersepsi ketidak konstanan sebagai kekonstanan, penderitaan sebagai kebahagian , ketiadaan diri sebagai diri , ketidakmurnian sebagai kemurnian . Demikian juga para arahat dan arahat dan pratyekabuddha dengan semua pengetahuan murni mereka juga tidak akan melihat ruang lingkup pengetahuan semua aspek ataupun dharmakāya dari Tathāgata ini .

[0222a21] Selanjutnya jika ada makhluk hidup, dikondisikan oleh keyakinan pada uraian dari Buddha ,kemudian  mempersepsikan Tathāgata sebagai kekonstanan, kebahagiaan, diri dan kemurnian, ini bukan merupakan pandangan yang keliru , melainkan pandangan yang tepat , mengapa demikian ? karena dharmakāya dari Tathāgata merupakan kesempurnaan [pāramitā] dari kekonstanan, kesempurnaan dari kebahagiaan, kesempurnaan dari diri, kesempurnaan dari kemurnian sehingga pandangan mengenai  dharmakāya dari Tathāgata merupakan pandangan yang tepat. Siapapun yang menggengam pandangan tepat  disebut sebagai putra para Buddha , yang terlahir dari mulut Buddha, yang terlahir dari ajaran realitas , yang ditransformasi oleh  ajaran realitas, yang memperoleh silsilah dari ajaran realitas dan Buddha.

[0222a26] Bhagavān, pengetahuan murni merupakan kesempurnaan pengetahuan dari semua arahat dan pratekyabuddha,  pengetahuan murni ini walaupun disebut sebagai pengetahuan murni, namun demikian pengetahuan murni ini masih tidak mampu memahami kebenaran mulia mengenai penghentian dari penderitaan berkarakteristik tidak terkondisi karena bukan merupakan ranah pengetahuan dari pengetahuan murni ini, apalagi pengetahuan yang diperoleh dari para praktisi  yang melatih diri dalam empat kediaman. mengapa, kemudian  Tathāgata menguraikan empat kediaman ini ?  karena  uraian ini ditujukan kepada para pengikut yang baru menempuh jalan dari ketiga yana, tidak akan diliputi oleh ketidaktahuan  dalam memahami makna dari  ajaran realitas ini dan  juga akan mampu memahami makna ajaran realitas dengan sepenuhnya maka Tathāgata mengungkapkan dan menguraikan empat  kediaman ini.

Bhagavān, Keempat  kediaman ini hanya merupakan ajaran realitas keduniawian.

Bhagavān, ada satu kediamanan yang merupakan kediaman tertinggi diantara semua kediaman,  melampaui keduniawian, kediamanan dalam ruang lingkup realitas tertinggi, perlindungan tertinggi yakni nirvana, kebenaran mulia mengenai penghentian dari semua penderitaan yang berkarakteristik tidak terkondisi 

 [Bagian ketiga belas : intrinsitik kemurnian ]  

[0222b05] Bhagavān , siklus eksistensi kelahiran dan kematian tergantung pada tathāgatagarbha  karena  tathāgatagarbha  ini  merujuk pada awal dari eksistensi yang  tidak dapat diketahui.

Bhagavān , jika seseorang mengatakan bahwa siklus eksistensi kelahiran dan kematian ini  dikondisikan oleh eksistensi dari Tathāgatagarbha maka dia telah menguraikannya dengan baik .

Bhagavān ,  kelahiran dan kematian ini  merupakan  penghentian dari semua indriya dan kemunculan kembali  dari indriya yang baru , inilah yang disebut sebagai siklus eksistensi  kelahiran dan kematian. 

Bhagavān , kelahiran dan kematian , kedua fenomena ini merupakan tathāgatagarbha,  hanya dalam istilah konvensional keduniawian  dikatakan bahwa ada kelahiran dan ada kematian ,  dimana kematian  berarti penghentian dari indriya dan kelahiran berarti kemunculan dari indriya baru sedangkan tathāgatagarbha  itu tiada  penghentian dan tiada kemunculan, tathāgatagarbha melampaui semua ruang lingkup yang berkarakteristik terkondisi,  tathāgatagarbha itu  konstan dan tidak berubah. Oleh sebab itu,  tathāgatagarbha merupakan pendukung , penggengam , landasan pemapanan. 
Bhagavān , tathāgatagarbha itu tidak dapat dipisahkan, tidak dapat diuraikan , tidak dapat dibedakan dengan pencapaian  pengetahuan yang tidak terbayangkan dari ajaran realitas.

Bhagavān, pendukung , penggengam , landasan pemapanan dari fenomena terkondisi yang tidak dapat dipisahkan, tidak dapat diuraikan , tidak dapat dibedakan ini juga merupakan Tathāgatagarbha

[0222b14] Bhagavān, jika tanpaTathāgatagarbha, maka tidak akan ada kemuakan terhadap penderitaan dan kebahagiaan dalam  mencari nirvāṇa. mengapa demikian? karena , tujuh fenomena dan enam kesadaran indriya  dan  ruang lingkup objek dari dan enam kesadaran indriya ini tidak berdiam  dan silih berganti dari satu momen ke momen berikutnya. Oleh sebab itu ,  tidak mampu mempertahankan pengalaman penderitaan sehingga tidak akan ada kemuakan terhadap penderitaan dan kebahagiaan dalam  mencari nirvāṇa 

Bhagavān, sedangkan  Tathāgatagarbha itu tidak berawal, tidak muncul  dan tidak berakhir dan mampu mempertahankan  pengalaman  dari penderitaan sehingga akan ada kemuakan terhadap penderitaan dan kebahagiaan dalam  mencari nirvāṇa. 

[0222b19] Bhagavān , Tathāgatagarbha  ini bukan diri yang konstan , bukan makhluk hidup, bukan jiwa , bukan entitas . Tathāgatagarbha. Semua  makhluk hidup memiliki pandangan keliru mengenai eksistensi jasmani ataupun diri  yang konstan , makhluk hidup yang terdelusi , makhluk hidup yang keliru dalam memahami kekosongan dari fenomena  tidak akan memahami ruang lingkup ini.

[0222b22] Bhagavān , Tathāgatagarbha  ini merupakan esensi dari ranah realitas , esensi dari dharmakāya, esensi dari  yang  melampaui keduniawian ,  esensi dari instinsitik kemurnian.

Intrinsitik kemurnian dari Tathāgatagarbha merupakan ruang lingkup Tathāgata yang tidak terbayangkan, yang telah terkontaminasi oleh debu kondisi mental yang tidak bermanfaat eksternal  dan juga kondisi mental yang tidak bermanfaat  sekunder, mengapa demikian ? karena kesadaran yang memiliki kualitas kebajikan tidak akan terkontaminasi oleh  kondisi mental yang tidak bermanfaat dan silih berganti dari satu momen ke momen berikutnya , demikian juga kesadaran yang tidak memiliki kualitas kebajikan juga tidak akan terkontaminasi oleh  kondisi mental yang tidak bermanfaat  dan silih berganti dari satu momen ke momen berikutnya , mengapa demikian ? karena kondisi mental yang tidak bermanfaat tidak  bersentuhan [ kontak] dengan kesadaran , kesadaran juga tidak bersentuhan [ kontak ] dengan kondisi mental yang tidak bermanfaat. Kemudian dalam kasus ini , bagaimana kesadaran yang  memiliki karakteristik tanpa bersentuhan dengan fenomena  ini dapat terkontaminasi ? 

Bhagavān , karena ada kedua  kondisi mental yang tidak bermanfaat [klesa]dan kesadaran yang terkontaminasi . Oleh sebab itu , makna dari adanya  kondisi mental yang tidak bermanfaat dalam kesadaran yang  memiliki intrinsitik kemurnian ini sangat sulit untuk dimengerti dan dipahami . hanya Buddha , Bhagavān , mata dari realitas, yang menguasai pengetahuan realitas ,  akar dari semua ajaran realitas, yang mampu memahami dan mengakses semua ajaran realitas, landasan dari ajaran realitas, yang mampu memahami dan melihat realitas ini  sebagaimana apa adanya.

 [0222c02]  Setelah Śrīmālā mengajukan pertanyaan yang sangat  sulit untuk  dijawab ini, Bhagavān segera mengungkapkan sukacita dan  simpatinya kemudian   berkata, 

Sādhu, sādhu, sebagaimana yang telah anda katakan bahwa sangat sulit untuk mengerti dan  memahami  bagaimana  kesadaran yang  memiliki intrinsitik kemurnian ini dapat terkontaminasi oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat.

Dalam hal ini ada dua fenomena yang sulit untuk dipahami  yakni : pertama kesadaran yang  memiliki intrinsitik kemurnian ini sulit untuk dipahami , kedua  kesadaran yang terkontaminasi oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat ini juga sulit untuk dipahami . 

Demikianlah dua fenomena ini,  hanya anda yang telah mencapai  pengetahuan dari ajaran realitas agung  dan para bodhisattva mahāsattva yang mampu menerima dan  mendengar kedua fenomena yang sulit dipahami ini  sedangkan para śrāvaka  hanya mampu menyakini kedua fenomena ini melalui uraian dari Buddha.

 [Bagian ke empat belas  : Jinaputra]

[0222c09]  [Kemudian  Bhagavān berkata] Jika pengikut saya  yang telah memiliki keyakinan pada tahapan awal  dan kemudian  mengembangkan keyakinan mereka  hingga menjadi semakin kokoh ,  selanjutnya mereka juga dapat mengandalkan keyakinan mereka sendiri  dalam  mengikuti dan memahami  ajaran realitas hingga mencapai kepastian.

Dalam hal ini  yang dimaksud dengan mengikuti dan memahami  ajaran realitas adalah [pertama] pengamatan mendalam terhadap semua indriya , kesadaran indriya dan juga objek dari indriya.  [kedua] pengamatan mendalam terhadap sebab dan kondisi [ketiga] pengamatan mendalam dengan menggunakan metoda pengamatan mendalam dari para arahat [keempat] pengamatan mendalam  terhadap kesadaran  pada saat  pencapaian ketenangan ataupun suka cita  dan kebahagiaan dalam absorbsi [kelima] pengamatan mendalam dengan kekuatan melampuai keduniawian  dari para arahat ,pratekyabuddha dan dan bodhisattva. Demikianlah seseorang  yanh menguasai dengan fasih  ke lima aspek pengamatan mendalam ini disebut sebagai Jinaputra

Dimasa yang akan datang ,  setelah saya memasuki parinirvāṇa,  jika pengikut saya yang telah memiliki keyakinan pada tahapan awal  dan kemudian  mengembangkan keyakinan mereka  hingga menjadi semakin kokoh,  selanjutnya mereka juga dapat mengandalkan keyakinan mereka sendiri  dalam  mengikuti dan memahami  ajaran realitas hingga mencapai kepastian dalam pemahaman terhadap kemurnian intrinsitik maupun  ketidakmurnian dari kesadaran itu sendiri.  Pemahaman yang halus ini juga akan mengkondisikan mereka untuk menempuh jalan mahāyāna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dikondisikan oleh keyakinan kepada seorang Tathāgata maka mereka tidak meninggalkan ajaran realitas  yang mendalam  sehingga mereka dapat memperoleh dan juga memberikan banyak manfaat kepada semua makhluk hidup.

[0222c18] Kemudian Śrīmālā  menyapa Bhagavān dan  berkata

Selanjutnya, sekarang saya ingin menguraikan kembali mengenai manfaat agung lainnya melalui transmisi kekuatan dan kekuasaan  agung dari Buddha 

[0222c19]  Bhagavān  berkata, 

Silahkan uraikan dengan terperinci 

[0222c19] Śrīmālā menjawab pertanyaan Bhagavān  dan  berkata, 

Ada tiga jenis kuluputra dan kuluduhita   yang akan memahami makna mendalam dari  ajaran realitas ,  tidak akan pernah memfitnah ajaran realitas  dan akan mengakumulasi banyak kualitas kebajikan dan memasuki jalan mahāyāna.  apakah ketiga jenis ini ? yakni   pertama ,  mereka yang telah  memperoleh pengetahuan dan  kebijaksanaan  dari ajaran realitas yang mendalam melalui mereka sendiri, kedua , mereka yang  telah berhasil dalam mengikuti pengetahuan dan kebijaksanaan dari ajaran realitas, ketiga , mereka yang tidak memahami  ajaran realitas bermakna mendalam sepenuhnya tetapi mengambil perlindungan  dengan bergantung pada  Bhagavān dimana para  kuluputra dan kuluduhita    tidak memiliki kemampuan untuk memahami makna mendalam dari ajaran realitas melalui diri mereka sendiri dan kemudian berpikir bahwa mereka  tidak mungkin akan memahami makna tersebut dan hanya seorang Tathāgata yang mampu memahami makna ini  sehingga  mereka hanya menerima dan mempertahankan  serta selalu merenungkan kualitas dari  Tathāgata melalui kesadaran mereka sendiri. 
  
Demikianlah ketiga jenis kuluputra dan kuluduhita   yang akan memahami makna mendalam dari  ajaran realitas ini .

[Bagian ke lima belas Śrīmālā]

[0222c28]   Selain ketiga jenis kuluputra dan kuluduhita  ini  , juga ada  makhluk hidup lainnya  yang  dapat dianalogikan seperti benih yang telah  membusuk ,mereka  melekat pada pandangan ataupun dan ajaran yang  keliru, bukan pada ajaran realitas yang mendalam ini ,  meninggalkan ajaran realitas dan mengikuti jalan yang  keliru.  Oleh sebab itu , jalan yang penuh dengan kekeliruan ini harus ditundukkan oleh  kekuatan dari penguasa ajaran realitas dan juga kekuatan dari para naga. 

[0223a01]  Kemudian Śrīmālā beserta dengan rombongannya  memberikan penghormatan kepada Bhagavān  dengan bersujud di kaki Sang Buddha.

Bhagavān  kembali  memberitahukan kepada mereka dan berkata

Sādhu sādhu , Anda telah mampu  menerima dan mempertahankan ajaran realitas melalui metoda kefasihan dengan baik dan  telah mampu menundukkan semua aspek diluar dari ajaran realitas ini. Dengan demikian , pertahankan yang telah benar ini karena anda telah mampu menguraikan dengan terperinci mengenai makna  dari ajaran realitas. Oleh sebab itu , anda telah berdiam  dan tidak jauh dari ratusan ribu koṭi Buddha. 

[0223a05]  Pada saat itu Bhagavān  memancarkan cahaya  yang paling sempurna hingga  mengiluminasi semua aspek termasuk  semua anggota yang hadir dalam persamuan ini , jasmani Bhagavān naik dan mengambang di angkasa hingga melebihi tinggi  dari  tujuh batang  pohon tāla , berjalan di tengah angkasa dan kemudian kembali ke Śrāvastī. Sementara itu, Śrīmālā beserta dengan rombongannya merangkupkan kedua telapak tangan, menghadap ke arah Bhagavān dengan  pandangan yang tidak teralihkan dan mata yang tidak berkedip walaupun sesaat hingga Bhagavān menghilang dari pandangan mereka. Kemudian mereka diliputi dengan suka cita, memuji serta merenungkan kembali semua  kualitas kebajikan dari Tathāgata , mereka memasuki kembali kota Ayodhyā dan membujuk Raja Mitrayaśa untuk menerima dan meyakini Mahāyāna. Setelah itu , semua pria dan wanita di atas tujuh  tahun hingga seluruh rakyat  diseluruh wilayah kerajaan tersebut menerima dan menyakini Mahāyāna. 

[0223a13]  Pada saat itu, Bhagavān  kembali memasuki  Jetavana, memanggil ayusman Ānanda  dan juga mengingat Śakra. Sesaat kemudian, Śakra yang dikelilingi oleh para deva putra memanifestasikan diri di hadapan Bhagavān. Kemudian Bhagavān menguraikan kembali dengan terperinci mengenai ajaran ini kepada  Kauśika dan ayusman Ānanda  .

Setelah selesai menguraikan ini , Bhagavān memberitahukan kepada Śakra dan berkata :

Anda harus menerima dan mempertahankan, menghafal dan mengingat dengan baik , serta menjunjung tinggi uraian ini. Kauśika, sehingga  para kuluputra dan kuluduhita di masa yang akan datang , dalam kalpa yang tidak terhitung seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga , yang melatih diri dengan baik , untuk mencapai penggugahan  ataupun melatih enam pāramitā , jika mereka mampu mempelajari ataupunmembaca uraian ini dan kemudian menerima dan mempertahankan , menghafal dan mengingat dengan baik serta menjunjung tinggi uraian ini maka  mereka akan mengakumulasi banyak kualitas kebajikan.  Kauśika, tidak terkatakan berapa banyak lagi kualitas kebajikan yang akan diakumulasi oleh mereka apabila menguraikan kembali ajaran ini . Oleh sebab itu , anda harus  menerima dan mempertahankan , menghafal dan mengingat dengan baik serta menjunjung tinggi uraian ini kemudian menyebar luaskan dan menguraikannya kembali kepada  semua persamuan dalam ranah tiga puluh tiga deva  [trayastriṁśa].

Setelah itu , Bhagavān memberitahukan kepada Ānanda, dan berkata 

Ānanda, anda juga harus  menerima dan mempertahankan , menghafal dan mengingat dengan baik serta menjunjung tinggi uraian ini kemudian menyebarluaskan dan menguraikannya kembali kepada  empat  persamuan .

Kemudian Śakra  bertanya kepada Bhagavān dan berkata 

Bhagavān , apa nama dari uraian ini dan bagaimana seharusnya kami  mengingat dengan baik uraian ini ?

Bhagavān memberitahukan kepada Śakra  , dan berkata
Kauśika , uraian ini memiliki kualitas  kebajikan yang tidak terukur dan tidak terbatas. Jika tidak ada seorangpun dari  para śrāvaka maupun pratyekabuddha yang mampu mengetahui,  mengamati dengan mendalam ataupun memahami semua makna dari uraian ini maka  tidak dapat dikatakan akan ada  berapa jumlah makhluk hidup yang mampu memahami uraian ini. Demikianlah Kauśika ,  uraian ini  bermakna mendalam dan halus , juga  merupakan akar dari  semua kualitas kebajikan. Sekarang saya akan  mengungkapkan nama dari uraian ini kepada anda . Oleh sebab itu , kalian dengarkan dan perhatian dengan baik. 

[0223a26] Kemudian Śakra dan ayusman Ānanda menjawab   Bhagavān dan berkata 

Sādhu , sādhu  Bhagavān , kami akan menerima  dan mendengarkan uraian ini dengan baik dan penuh suka cita 

Bhagavān berkata :

Kalian dapat mengingat  nama uraian ini sebagai pujian dari kualitas kebajikan  Tathāgata, ataupun sebagai aspirasi agung yang tidak terbayangkan , ataupun sebagai apirasi agung yang mencakup semua aspirasi lainnya, ataupun sebagai  uraian dalam menerima dan mempertahankan ajaran realitas , sebagai ajaran dalam memasuki ekayāna, sebagai ajaran dari kebenaran mulia yang tidak terbatas , sebagai ajaran dari Tathāgatagarbha , sebagai ajaran dari dharmakaya, sebagai ajaran makna mendalam dari kekosongan , sebagai ajaran dari satu realitas , sebagai ajaran dari kekonstanan , kediaman, kekokohan, ketenangan dan penerimaan perlindungan , sebagai ajaran mengenai pandangan salah  yang berlawanan dengan realitas , sebagai  ajaran bermakna mendalam mengenai kesadaran yang memiliki intrinstik murni , sebagai ajaran dari jina putra para tathagata.

Kauśika , anda juga dapat mengingat  nama uraian ini sebagai auman singa dari Śrīmālā ataupun mengingatnya sebagai pengeliminasian semua keraguan , penegasan semua penyebab dan penjelasan terperinci makna definitif dalam memasuki ekayāna.

[0223b08] Selanjutnya , Kauśika,  anda juga dapat mengingat  nama uraian ini sebagai ajaran yang memutuskan semua keraguan, penegasan semua penyebab dan penjelasan terperinci dari makna definitif dalam memasuki ekayāna  ataupun mengingatnya sebagai auman singa dari Śrīmālā.

Demikianlah anda harus mengingat  dengan baik semua nama  dari uraian yang telah ditransmisikan kepada anda dengan baik ini. Demikianlah anda harus menerima dan mempertahankan , menghafal dan mengingatnya dengan baik serta menjunjung tinggi uraian ini selama ajaran realitas masih bertahan dalam dunia ini 

[0223b11]  Kemudian Kauśika  menjawab  pertanyaan  Bhagavān dan berkata 

sādhu  sādhu , Bhagavān,  kami akan  menerima , mengingat dengan baik dan menjunjung tinggi ajaran ini 


[0223b12]  Kemudian Kauśika, ayusman  Ānanda, dan semua anggota yang hadir dalam  persamuan ini termasuk para deva, manusia, asura, gandharva, setelah mendengarkan uraian dari Sang Buddha ini , diliputi sukacita dan akan melatih diri sesuai dengan uraian Sang Buddha.


Catatan kaki 

Penerjemahan T 353 ini telah direvisi dan disesuaikan dengan T 310  sutra ke 48  dan derge D 92.







Karma JIgme

Instagram