Pages

t1581-id

Bagian Pertama : Silsilah Spiritual

Penghormatan kepada para Buddha, Bhagavā dari masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang

[0888a12]  ada sepuluh aspek yang harus dipenuhi  dalam  jalan bodhisattva dari mahāyāna, beserta dengan hasilnya.

Apa sepuluh ini ? pertama adalah  faktor pendukung [ādhāra], kedua adalah karakterisik [liṅga],  ketiga adalah aspek [pakṣa], keempat adalah keunggulan [viśeṣa],  kelima adalah  kondisi yang menyenangkan [vihārā], keenam adalah kelahiran [upapatti], ketujuh adalah rangkulan [parigraha], kedelapan adalah tahapan [bhūmi], kesembilan adalah  pelatihan diri  [caryā]  dan kesepuluh adalah  kemapanan [ pratiṣṭhā]

I.1.1.   Faktor Pendukung 

Apa pendukung [ādhāra] ini? dalam hal ini adalah, [1] silsilah spiritual yang dimiliki oleh  bodhisattva itu sendiri, [2] pengembangan kesadaran awal [3] semua aspek dari  syarat penggugahan , juga disebut sebagai  faktor pendukung.

Mengapa demikian ? dalam konteks ini, seseorang bodhisattva bergantung pada dan bersandar pada silsilah spiritual sehingga dia menjadi layak dan mampu mencapai kesempurnaan penggugahan yang lengkap dan tidak tertandingi. Oleh sebab itu, silsilah spiritual ini disebut sebagai  faktor pendukung, karena merupakan kelayakan dan kemampuan [dari para bodhisattva]

Dalam konteks ini, seseorang bodhisattva bergantung pada dan bersandar pada pengembangan kesadaran awal, menerapkan pelatihan diri melalui kemurahan hati  [dāna], menerapkan pelatihan diri melalui moralitas [śīla], kesabaran [kṣānti], usaha yang penuh dengan semangat [vīrya], konsentrasi meditatif [dhyāna] dan kebijaksanaan [prajñā]. Dengan cara yang sama seperti dalam menerapkan pelatihan diri melalui [enam] kesempurnaan [pāramitā] ini, demikian juga dalam akumulasi jasa kebajikan , akumulasi pengetahuan  dan semua aspek dari  syarat penggugahan. Oleh sebab itu, pengembangan kesadaran awal ini disebut sebagai  faktor pendukung, karena merupakan sarana penerapan pelatihan diri awal dari para bodhisattva.

Dalam konteks ini, seseorang bodhisattva bergantung pada dan bersandar pada sarana  penerapan pelatihan diri awal  ini,  akan  membawa pencapaian kesempurnaan penggugahan yang lengkap dan tidak tertandingi. Oleh sebab itu, sarana  penerapan pelatihan diri awal dari para bodhisattva ini disebut sebagai faktor pendukung, karena membawa pencapaian pengetahuan sempurna yang agung.
Seseorang yang tidak berdiam dalam silsilah spiritual ini, tidak akan memiliki silsilah spiritual,  tidak akan mampu  mencapai kesempurnaan penggugahan yang lengkap dan tidak tertandingi, walaupun dia telah membangkitkan kesadaran dan  telah terus berusaha [dalam kaitannya dengan pelatihan diri]. Sebaliknya, harus dipahami bahwa silsilah spiritual ini merupakan faktor pendukung, bahkan untuk bodhisattva yang belum mengembangkan kesadaran dan belum memulai pelatihan diri dari bodhisattva ini.   

Demikian juga, jika seseorang yang telah berdiam dalam silsilah spiritual ini, tetapi dia gagal dalam kedua aspek ini, yakni gagal dalam mengembangkan kesadaran dan gagal dalam menjalankan pelatihan diri yang mengarah pada pengetahuan sempurna, maka meskipun  dia memiliki kapasitas untuk mencapai pengetahuan sempurna, tidak akan mencapai pengetahuan sempurna dengan cepat. [Sebaliknya] harus dipahami bahwa jika seseorang tidak hanya berdiam dalam silsilah spiritual ini, juga telah  mengembangkan kesadaran dan  sangat aktif  dalam menjalankan pelatihan diri maka dia akan mencapai pengetahuan sempurna dengan cepat. 

Selanjutnya, silsilah spiritual yang disebut sebagai faktor pendukung ini, juga dapat disebut sebagai basis [upastambha], penyebab [hetu], landasan [niśraya], pemula [upaniṣad], aspek yang mendahului  [aspek lainnya] [pūrvaṅgama], sumber [nilaya].

Sama seperti [sinonim yang merujuk pada] silsilah spiritual ini , [sinonim diatas] ini juga dapat digunakan [untuk merujuk pada] pengembangan kesadaran awal  dan  semua aspek dari syarat penggugahan. 

I.1.2  Dua jenis silsilah spiritual

Apa silsilah spiritual ini [gotra] ? secara singkat  silsilah spiritual terdiri dari dua jenis, pertama adalah silsilah spiritual yang telah ada secara alami [prakṛtisthaṃ], kedua adalah silsilah spiritual yang  telah dikembangkan melalui pelatihan diri  [samudānītaṃ]

Mengenai [topik] ini, silsilah spiritual yang telah ada secara alami merupakan kualitas dari enam landasan internal [ṣaḍāyatana] yang spesifik [viśeṣa] dari bodhisattva yang telah ada secara alami sebagai rangkaian yang tidak terputus dan saling bergantian secara terus menerus dari rentang waktu yang tidak berawal dan juga merupakan [kualitas] yang diperoleh melalui motif kebajikan [dharmatas] sedangkan silsilah spiritual yang telah dikembangkan melalui pelatihan diri ini diperoleh melalui penanaman akar kebajikan dari masa lampau. 

Selanjutnya, dalam penggunaan [istilah silsilah spiritual] pada saat ini, ditujukan pada kedua jenis [silsilah spiritual] ini. Silsilah spiritual ini disebut sebagai benih [bīja], elemen [dhātu], intrinsik fundamental [prakṛti]

Sebagai tambahan, jika tidak menyempurnakan silsilah spiritual ini maka akan memperoleh hasil yang sedikit, akan jauh dari hasil. Jika  menyempurnakan silsilah spiritual ini maka  akan memperoleh hasil yang banyak, akan dekat dari hasil.

Para bodhisattva yang telah menyempurnakan silsilah spiritual ini,  melampaui semua śrāvaka dan pratyekabuddha, apalagi semua makhluk hidup lainnya. [Silsilah spiritual]  ini seharusnya dipahami sebagai kualitas yang tidak tertandingi, mengapa demikian ?  secara singkat, ada dua jenis kemurnian yakni pertama,  kemurnian  terhadap halangan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat  [kleśāvaraṇa] dan kedua, kemurnian  terhadap halangan dari aspek yang perlu untuk dipahami [jñeyāvaraṇa]

Mengenai hal ini,  silsilah spiritual dari  para śrāvaka dan pratyekabuddha, hanya akan  menghasilkan kemurnian terhadap halangan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat, tidak akan menghasilkan kemurnian terhadap halangan dari aspek yang perlu untuk dipahami.  Sebaliknya, silsilah spiritual dari para bodhisattva akan menghasilkan [kedua kemurnian] yakni  kemurnian terhadap halangan dari kondisi mental yang tidak bermanfaat dan kemurnian terhadap halangan dari aspek yang perlu untuk dipahami. Oleh sebab itu, silsilah spiritual dari para bodhisattva ini adalah [silsilah spiritual] yang paling  terunggul  diantara semuanya. Dengan demikian ini dikatakan sebagai  [silsilah spiritual] yang tidak tertandingi.

I.1.3  Keunggulan [viśeṣa]  dari para bodhisattva

Selain itu, ada empat aspek yang harus dipahami bahwa para bodhisattva ini lebih unggul dibandingkan dengan para śrāvaka dan pratyekabuddha.  Apa empat ini ? pertama keunggulan dari indriya [indriya] mereka, kedua keunggulan dari pengejaran [pratipatti] mereka, ketiga keunggulan dari kefasihan [kauśalya] mereka dan keempat keunggulan dari hasil [phala] mereka.

Mengenai keunggulan dari indriya para bodhisattva ini adalah sebagai berikut, seorang bodhisattva secara alami adalah seseorang yang memiliki kemampuan indriya yang tajam, sedangkan  seorang pratyekabuddha memiliki kemampuan indriya yang menengah dan seorang  śrāvaka memiliki kemampuan indriya yang [relatif] lemah.

Mengenai keunggulan dari pengejaran [pratipatti] para bodhisattva ini adalah sebagai berikut, para śrāvaka dan pratyekabuddha mendedikasikan [diri mereka] hanya untuk mengejar sesuatu yang bermanfaat untuk diri mereka sendiri sedangkan para bodhisattva mendedikasikan [ diri mereka] tidak hanya untuk mengejar sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri, melainkan juga untuk mengejar sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain dan untuk membawa suka cita mendalam  kepada banyak orang. Mereka juga [termotivasi oleh]  welas asih  mereka terhadap dunia  dan  mendedikasikan [diri mereka]  untuk  memberikan kesejahteraan, manfaat, dan kebahagiaan kepada  para dewa serta manusia.

Mengenai keunggulan dari kefasihan [kauśalya] para bodhisattva ini adalah sebagai berikut, para śrāvaka dan pratyekabuddha mengembangkan kefasihan yang berkaitan dengan agregat[skandha], elemen [dhātu], landasan [eksternal dan internal] [āyatana], sebab akibat yang saling bergantung satu dengan lainnya [pratītyasamutpāda], kondisi yang tepat [sthānā], kondisi yang tidak tepat, [āsthāna] , [empat] kebenaran [satya] para ārya, sedangkan para bodhisattva selain mengembangkan kefasihan ini, juga mengembangkan kefasihan yang berkaitan dengan semua  dari [lima] cabang pengetahuan  lainnya  [sarvavidyāsthāna].

Mengenai keempat keunggulan dari hasil [phala] para bodhisattva ini adalah sebagai berikut, para śrāvaka mencapai hasil dari pengetahuan sempurna para śrāvaka, para pratyekabuddha mencapai hasil dari pengetahuan sempurna para pratyekabuddha sedangkan para bodhisattva mencapai hasil dari kesempurnaan penggugahan yang lengkap dan tidak tertandingi.

[draft terjemahan bodhisattvabhumi] 

Karma JIgme

Instagram