Pages

T 260- 佛說開覺自性般若波羅蜜多經 [ ārya-pañcaśatikā-prajñāpāramitā ]

大正新脩大藏經

Taishō Shinshū Daizōkyō

般若部

prajñāpāramitā


Divisi Kebijaksanaan Melampaui


T 260


佛說開覺自性般若波羅蜜多經


आर्य-पञ्चशतिका-प्रज्ञापारमिता


ārya-pañcaśatikā-prajñāpāramitā


Sūtra mahāyāna yang bernama kebijaksanaan melampaui dalam lima ratus baris


Diterjemahkan oleh 惟淨 [Wéi Jìng]


Nara Sumber dalam Chinese
Diterjemahkan dari Chinese ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Karma Jigme


T 259 T 260 T 261

[Parivarta  pertama]

[0854c09] Demikianlah yang telah kudengar

[0854c09] Pada suatu waktu,  Bhagavān  sedang berdiam di Rājagṛha, di puncak Gṛdhrakūṭa,  bersama dengan persamuan agung bhikṣu dan para bodhisattva.

Pada saat itu Bhagavān memberitahukan kepada Subhūti  dan berkata demikian

Bentuk [rūpa], Subhūti, adalah  tidak  eksis [abhāva]  , bukan  tidak  eksis  [nābhāva], eksis secara nyata [sadbhāva],  sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā] ,  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna] , Subhūti ,  juga  tidak  eksis [abhāva]  , bukan  tidak  eksis  [nābhāva] , eksis secara nyata [sadbhāva]. Indera penglihatan dan objek [cakṣū rūpāṇi], kesadaran visual [cakṣurvijñāna], indera pendengaran [śrotra] , suara [śabdā]   kesadaran pendengaran [śrotravijñāna], indera penciuman [ghrāṇa],  bebauan [gandhā],  kesadaran penciuman [ghrāṇavijñāna], indera pengecapan [jihvā], rasa [rasā], kesadaran pengecapan [jihvāvijñāna],  jasmani [kāya] , sentuhan [spraṣṭa],  kesadaran jasmani [kāyavijñāna], konseptual [mano] , fenomena [dharmā], kesadaran konseptual [manovijñāna] juga  tidak  eksis [abhāva]  , bukan  tidak  eksis  [nābhāva] , eksis secara nyata [sadbhāva].
[0854c15]   Sekali lagi , tiga perubahan [triparivartena] dari bentuk [rūpa] ini, Subhūti,  para orang awam yang belum matang dalam spiritual [bālapṛthagjanā], tidak fasih [aprajānantas] dalam memahami bentuk sebagaimana apa adanya [yathābhūta]. Ketahuilah bahwa dengam kualitas pemahaman dari para praktisi yang demikian, merupakan  halangan bagi  dalam jalan  para bodhisattva  dalam memperoleh  hasil dari kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi dengan segera.

[0854c18] Sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā],  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna] , Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran ,  Subhūti,  dengan  memahami  dengan pasti [parijñāyai] ketiadaan karakteristik dari fenomena [alakṣaṇadharma],  peredaan  dari penderitaan [duḥkhapraśamāya] dan berdiam kokoh dalam kebahagian tertinggi dari nirvāṇā [nirvāṇānaikāntikatvāya] dan dengan pemahaman yang demikian, bodhisattva akan memperoleh  [pratipanna] pencapaian yang tepat [samyakpratipanna]. Dengan  pencapaian yang tepat ini ,  bodhisattva akan dengan cekatan mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi. 

[0854c22] Kemudian Bhagavān mempertegas kembali maknanya dengan melantunkan gātha berikut ini 

memahami  dengan pasti [parijñāyai] ketiadaan karakteristik dari fenomena [alakṣaṇadharma], peredaan dari  penderitaan [duḥkhapraśamāya] dan  berdiam  dalam beragam aspek merupakan  pelatihan diri dari para bodhisattva [1]

[0854c25]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  dengan tanpa mengamati [nirāloka] fenomena [dharma],  mengamati dalam kesetaraan [samantāloka] yang demikian,  merupakan landasan  dari  penetrasi mendalam [āśrayapraveśa],   bodhisattva mengetahui dengan pasti fenomena  [dharma] ini  sebagaimana apa adanya, akan dengan cekatan mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi. 

[0854c28] Sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā] ,  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna] , Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan  kesadaran, Subhūti,  dengan tanpa mengamati [nirāloka] fenomena [dharma],  mengamati dalam kesetaraan [samantāloka] yang demikian,  merupakan landasan  dari  penetrasi  mendalam [āśrayapraveśa],   bodhisattva mengetahui dengan pasti  fenomena  [dharma] ini  sebagaimana apa adanya, akan dengan cekatan mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi. 

[0855a03]  Kemudian Bhagavān mempertegas kembali maknanya dengan melantunkan gātha berikut ini 

Dengan tanpa mengamati [nirāloka] fenomena [dharma],  mengamati dalam kesetaraan [samantāloka] yang demikian,  merupakan landasan  dari  penetrasi  mendalam [āśrayapraveśa],  setelah mengetahui ini akan mencapai pencerahan  [2]

[0855a06] Berkaitan dengan  bentuk [rūpa] , sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā] ,  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna], Subhūti,  tiga perubahan [triparivartena] ini dipahami dengan pasti sebagaimana adanya oleh para bijaksana, kemudian mereka  tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta]. Setelah tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta], mampu  masuk dalam  jalan dari para Srāvaka [srāvakayānena] ataupun jalan dari para Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena] , apalagi  untuk masuk kedalam jalan agung [mahāyānena]. Dengan tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta]  maka mereka  tidak akan mengalami usia tua dan kematian dalam rentang jangka waktu yang lama , tidak terlahir kembali sebagai makhluk neraka, binatang, preta, deva ataupun manusia.

[0855a13]  Sekali lagi, Subhūti,  sebagaimana dengan  kemunculan [utpadyate] dan penghentian [vyayate] dari bentuk [rūpa],  kemunculan dari bentuk dan lainnya merupakan ketidakmunculan dari bentuk, ketidak munculan dari bentuk dan lainnya  memiliki esensi primer [prakṛti] dari ketidakmunculan bentuk. Bodhisattva mengetahui dengan pasti esensi primer [prakṛti] dari ketidakmunculan bentuk sebagaimana apa adanya [yathābhūta], kemudian memperoleh pengetahuan menyeluruh dari  ketidakmunculan.

[0855a17] Sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā] ,  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna] , Subhūti ,  juga  demikian, ,  sebagaimana dengan  kemunculan [utpadyate] dan penghentian [vyayate] dari  kesadaran,  kemunculan dari kesadaran dan lainnya merupakan ketidakmunculan dari kesadaran, ketidak munculan dari bentuk dan lainnya  memiliki esensi primer [prakṛti] dari ketidakmunculan kesadaran. Bodhisattva mengetahui dengan pasti esensi primer [prakṛti] dari ketidakmunculan  kesadaran sebagaimana apa adanya [yathābhūta], kemudian memperoleh pengetahuan menyeluruh dari  ketidakmunculan.

[0855a21] Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa bentuk merupakan diri [ātmā] dan kepemilikan dari diri [vātmīyaṃ veti] maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru[ mithyādṛṣṭi] .

[0855a24]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa sensasi [vedanā], persepsi [saṃjñā],  formasi  mental [saṃskārā],  kesadaran [vijñāna] juga demikian,  kesadaran merupakan diri [ātmā] dan kepemilikan dari diri [vātmīyaṃ veti] maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru [mithyādṛṣṭi] .

[0855a27]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa bentuk  muncul karena  disebabkan oleh aktivitas pada masa lampau [pūrvakṛtahetukaṃ], muncul  karena disebabkan oleh kreasi dari pencipta [veśvaranirmāṇahetukaṃ] ataupun bukan dari sebab dan kondisi [vāhetupratyayaṃ] maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru [mithyādṛṣṭi] .

[0855b01]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa sensasi , persepsi ,  formasi  mental,  kesadaran juga demikian,  kesadaran muncul  karena  disebabkan oleh aktivitas pada masa lampau [pūrvakṛtahetukaṃ], muncul  karena disebabkan oleh kreasi dari pencipta  [veśvaranirmāṇahetukaṃ] ataupun bukan dari sebab dan kondisi [vāhetupratyayaṃ] maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru [mithyādṛṣṭi] .

[0855b05]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa bentuk bukan tidak memiliki karakteristik [rūpaṇālakṣaṇaṃ],  sensasi [vedanā] mempersepsi karakteristik [anubhavalakṣaṇā] dari bentuk [rūpam], persepsi bukan tidak memiliki karakteristik [saṃjānanālakṣaṇā], formasi  mental [saṃskārā]  mengembangkan karakteristik [abhisaṃskāralakṣaṇāḥ] dari   persepsi [saṃjñā], kesadaran [vijñānaṃ] memunculkan [vijā] beragam karakteristik [nanālakṣaṇaṃ] dari formasi  mental [saṃskārā],   maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru [mithyādṛṣṭi] .

[0855b09] Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa bentuk merupakan  penderitaan [duḥkham]   dan bukan kedamaian [apraśāntaṃ] ataupun penghentian dari bentuk [rūpanirodhaḥ] merupakan sukacita  [sukhaṃ]  dan kedamaian [śāntam] maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru [mithyādṛṣṭi] .

[0855b12]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa sensasi , persepsi ,  formasi  mental,  kesadaran juga demikian,  kesadaran merupakan  penderitaan dan bukan kedamaian ataupun penghentian dari bentuk merupakan sukacita  dan kedamaian maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru.

[0855b15]  Sekali lagi, Subhūti, jika ada yang mengatakan bahwa bentuk tidak eksis, sensasi,  persepsi,  formasi  mental ,  kesadaran  juga tidak eksis  maka dia termasuk praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang , dan saya menyebut mereka  sebagai yang memiliki memiliki pandangan keliru .

[0855b18]  Subhūti, sesuai dengan uraian dari Bhagavan bahwa berkaitan dengan bentuk dan lainnya tidak memiliki intrinsitik [niḥsvabhāva],  tidak muncul [ānutpāda], tidak berhenti  [anirodha], berdiam dari awal  [ādiśāntatā] dan memiliki esensi primer  dalam mencapai parinirvana [prakṛtiparinirvṛtatā], semua ajaran ini  bukan diuraikan dengan maksud yang tersembunyi dan juga bukan diuraikan dengan maksud tertentu, juga harus dipahami  hanya berdasarkan kata- kata.  Uraian saya ini    tidak akan dipahami oleh praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang dalam spiritual ataupun mereka yang  memiliki pandangan keliru

[0855b23]  Sensasi , persepsi ,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  sesuai dengan uraian dari Bhagavan bahwa berkaitan dengan kesadaran dan lainnya tidak memiliki intrinsitik ,  tidak muncul , tidak berhenti , berdiam dari awal  dan memiliki esensi primer  dalam mencapai parinirvana, semua ajaran ini  bukan diuraikan dengan maksud yang tersembunyi dan juga bukan diuraikan dengan maksud tertentu, juga harus dipahami  hanya berdasarkan kata- kata.  Uraian saya ini    tidak akan dipahami oleh praktisi diluar ajaran kebenaran ataupun  orang awam yang belum matang dalam spiritual ataupun  mereka  yang memiliki pandangan keliru.

[0855b28]   Jika , Subhūti, eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate],maka dia akan mampu mengaplikasikannya [abhiniveśāyā]  dan tidak akan  memunculkan [ānutpādāyā] prinsip dari pertimbangan dengan alasan [saṃkhyānāya].

Jika eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate],  maka dia akan mampu memasuki secara menyeluruh [saṃpraveśāya] kondisi mental yang tidak bermanfaat [saṃkleśā]  dan  landasan  pendukung [saṃniśrayāya]  yang berkaitan dengan bentuk.

Jika, Subhūti, eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate], maka dia akan menguasai dengan fasih  [vittatvāya]  prinsip dari  pemurnian [ vyavadānāya] yang berkaitan dengan bentuk.

[0855c03] Sensasi, persepsi ,  formasi  mental ,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  Jika, Subhūti, eksistensi dari  kesadaran ini  telah dihancurkan maka dia akan mampu mengaplikasikannya dan tidak akan  memunculkan prinsip dari pertimbangan dengan alasan .

Jika eksistensi dari  kesadaran ini  telah dihancurkan ,  maka dia akan mampu memasuki secara menyeluruh kondisi mental yang tidak bermanfaat  dan  landasan  pendukung   yang berkaitan dengan kesadaran.

Jika, Subhūti, eksistensi dari kesadaran ini  telah dihancurkan , maka dia akan menguasai dengan fasih  prinsip dari  pemurnian yang berkaitan dengan  kesadaran.

[0855c07]  Jika, Subhūti, eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate], telah ditinggalkan [prahīṇa] dan dipahami sepenuhnya [parijñāta] oleh para bodhisattva ini , maka dia akan  menguasai dengan fasih [vittatvāya]  prinsip dari uraian ini [deśanāya].  

Jika, Subhūti, eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate], telah ditinggalkan [prahīṇa] dan dipahami sepenuhnya [parijñāta], maka dia akan  menguasai dengan fasih [vittatvāya] pengamatan mendalam yang tepat [saṃdarśana]

Jika, Subhūti, eksistensi dari bentuk ini  telah dihancurkan [saṃvartate], telah ditinggalkan [prahīṇa] dan dipahami sepenuhnya [parijñāta], maka dia akan terasosiasi dengan ajaran kebenaran yang murni [ śukladharmasamanvayāya] ,  memperoleh penguasaan atas semua kualitas [dharmavaśavartitvāya] , berdiam dalam sukacita mendalam yang agung [mahāsukhavihārāya]

[0855c13] Sensasi, persepsi ,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  Jika, Subhūti, eksistensi dari kesadaran ini  telah dihancurkan , telah ditinggalkan  dan dipahami sepenuhnya  oleh para bodhisattva ini , maka dia akan  menguasai dengan fasih  prinsip dari uraian ini  
Jika, Subhūti, eksistensi dari kesadaran ini  telah dihancurkan , telah ditinggalkan  dan dipahami sepenuhnya , maka dia akan  menguasai dengan fasih  pengamatan mendalam yang tepat .
Jika, Subhūti, eksistensi dari kesadaran ini  telah dihancurkan, telah ditinggalkan  dan dipahami sepenuhnya, maka dia akan terasosiasi dengan ajaran kebenaran yang murni ,  memperoleh penguasaan atas semua fenomena  , berdiam dalam sukacita mendalam yang agung
[0855c20]  Jika seseorang, Subhūti, tidak mengamati  bentuk dan lainnya,  sebagai hanya  bentuk [rūpamātra], sebagai hanya penderitaan [duḥkhamātra], kemudian pada saat dia   mempersepsi  diri [ātmānaṃ] dalam bentuk [rūpa],  maka dia akan mempersepsi dengan pandangan  diri [ātmadṛṣṭiṃ] dalam bentuk Pada saat dia  mempersepsi dengan pandangan  diri dalam bentuk , maka dia akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk.  Pada saat dia  akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk maka dia tidak  akan memahami semua aspek dalam bentuk ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna [pariniṣpannaḥ], kemudian dia berdiam  dengan kokoh  dalam pemahaman [upalambhaḥ] ini,  tidak menuju jalan dari Śrāvaka [śrāvakayānena] ataupun jalan Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena], apalagi jalan agung [ mahāyānena].

[0856a01] Sensasi , persepsi ,  formasi  mental ,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  jika seseorang, Subhūti,  Jika seseorang, Subhūti, tidak mengamati  kesadaran dan lainnya, sebagai hanya kesadaran, sebagai hanya penderitaan , kemudian pada saat dia   mempersepsi  diri dalam kesadaran,  maka dia akan mempersepsi dengan pandangan  diri  dalam kesadaran . Pada saat dia  mempersepsi dengan pandangan  diri dalam kesadaran, maka dia akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran.  Pada saat dia  akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran maka dia tidak  akan memahami semua aspek dalam kesadaran ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna , kemudian dia berdiam  dengan kokoh  dalam pemahaman  ini,  tidak menuju jalan dari Śrāvaka  ataupun jalan Pratyekabuddha , apalagi jalan agung 
  
[0856a11] Jika seseorang, Subhūti, tidak mengamati  bentuk dan lainnya,  sebagai hanya  bentuk [rūpamātra], sebagai hanya penderitaan [duḥkhamātra], kemudian pada saat dia   mempersepsi  diri  dalam bentuk ,  maka dia akan mempersepsi dengan pandangan  diri  dalam bentuk Pada saat dia  mempersepsi dengan pandangan  diri dalam bentuk , maka dia akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk.  Pada saat dia  akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk maka dia tidak  akan memahami semua aspek dalam bentuk ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna, kemudian dia berdiam  dengan kokoh  dalam pemahaman  ini,  tidak menuju jalan dari Śrāvaka ataupun jalan Pratyekabuddha , apalagi jalan agung .

[0856a21]  Jika seseorang, Subhūti, mengamati [samanupaśyati]  bentuk dan lainnya ,   sebagai hanya  bentuk [rūpamātra], sebagai hanya penderitaan [duḥkhamātra], kemudian pada saat dia   tidak mempersepsi [nopalabhate]  diri [ātmānaṃ] dalam bentuk ,  maka dia tidak akan mempersepsi dengan pandangan  diri [ātmadṛṣṭiṃ] dalam bentuk Pada saat dia  tidak mempersepsi dengan pandangan  diri dalam bentuk , maka dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk.  Pada saat dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk maka dia  akan memahami semua aspek dalam bentuk ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna [pariniṣpannaḥ], kemudian dia berdiam  dengan kokoh  dalam pemahaman [upalambhaḥ] ini,  menuju [niśritya] jalan dari Śrāvaka [śrāvakayānena] ataupun jalan Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena], apalagi jalan agung [mahāyānena].

Sensasi , persepsi ,  formasi  mental ,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  jika seseorang, Subhūti,  , mengamati   kesadaran dan lainnya , sebagai hanya   kesadaran, sebagai hanya penderitaan , kemudian pada saat dia   tidak mempersepsi  diri  dalam kesadaran,  maka dia tidak akan mempersepsi dengan pandangan  diri dalam kesadaran . Pada saat dia  tidak mempersepsi dengan pandangan  diri dalam kesadaran , maka dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran.  Pada saat dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran maka dia  akan memahami semua aspek dalam kesadaran, melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna, kemudian dia berdiam  dengan kokoh  dalam pemahaman ini,  menuju  jalan dari Śrāvaka  ataupun jalan Pratyekabuddha , apalagi jalan agung 

[0856b02]  Jika seseorang, Subhūti,  tidak mengamati  bentuk dan lainnya ,  sebagai hanya  imajiner  [parikalpamātra], sebagai hanya delusi [bhrāntimātra], maka dia  mempersepsi bentuk dalam bentuk, Pada saat dia mempersepsi  bentuk dalam bentuk ,  maka dia akan mempersepsi  dengan pandangan dari bentuk dalam bentuk [rūpe rūpadṛṣṭiṃ]. Pada saat dia mempersepsi dengan pandangan dari bentuk dalam bentuk , maka dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk. Pada saat dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk maka dia  akan tidak memahami semua aspek dalam bentuk ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna [pariniṣpannaḥ], kemudian dia berdiam dengan kokoh dalam pemahaman [upalambhaḥ] ini,  tidak akan   menuju [niśritya] jalan dari Śrāvaka [śrāvakayānena] ataupun jalan Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena], apalagi jalan agung [ mahāyānena].

[0856b11]  Sensasi , persepsi ,  formasi  mental ,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  jika seseorang, Subhūti,  tidak mengamati  kesadaran dan lainnya , sebagai hanya  imajiner  , sebagai hanya delusi, maka dia  mempersepsi kesadaran dalam kesadaran.  Pada saat dia mempersepsi  kesadaran dalam kesadaran,  maka dia akan mempersepsi  dengan pandangan dari kesadaran dalam kesadaran. Pada saat dia mempersepsi dengan pandangan dari kesadaran dalam kesadaran, maka dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran. Pada saat dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran maka dia  akan tidak memahami semua aspek dalam kesadaran ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna, kemudian dia berdiam dengan kokoh dalam pemahaman ini,  tidak akan  menuju  jalan dari Śrāvaka  ataupun jalan Pratyekabuddha , apalagi jalan agung .

[ akhir dari parivarta pertama]

[Parivarta kedua ]


[0856b28]  Jika seseorang, Subhūti, mengamati [samanupaśyati]  bentuk dan lainnya ,   sebagai hanya  imajiner  [parikalpamātra], sebagai hanya delusi [bhrāntimātra], kemudian pada saat dia tidak mempersepsi [nopalabhate]  bentuk dalam bentuk, maka dia tidak akan mempersepsi dengan pandangan dari bentuk dalam bentuk [rūpe rūpadṛṣṭiṃ]. Pada saat dia  tidak mempersepsi dengan pandangan dari bentuk dalam bentuk , maka dia   tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk.  Pada saat dia   tidak akan mempersepsi semua aspek dalam bentuk maka dia  akan memahami semua aspek dalam bentuk ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna [pariniṣpannaḥ], kemudian dia berdiam dengan kokoh dalam pemahaman [upalambhaḥ] ini,  menuju [niśritya] jalan dari Śrāvaka [śrāvakayānena] ataupun jalan Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena], apalagi jalan agung [mahāyānena].

[0856c07]  Sensasi, persepsi ,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  Jika seseorang, Subhūti, mengamati  bentuk dan lainnya ,   sebagai hanya  imajiner  , sebagai hanya delusi, kemudian pada saat dia   tidak mempersepsi  kesadaran dalam  kesadaran ,  maka dia tidak akan mempersepsi dengan pandangan dari kesadaran dalam kesadaran. Pada saat dia  tidak mempersepsi dengan pandangan dari  kesadaran dalam kesadaran, maka dia tidak  akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran.  Pada saat dia  tidak akan mempersepsi semua aspek dalam kesadaran maka dia  akan memahami semua aspek dalam kesadaran ini , melalui pemahaman  demikian  yang telah dimapankan dengan sempurna, kemudian dia berdiam berdiam dengan kokoh dalam pemahaman  ini,  menuju jalan dari Śrāvaka ataupun jalan Pratyekabuddha, apalagi jalan agung.

 [0856c17]   Berkaitan dengan bentuk , Subhūti , jika bodhisattva berdasarkan kata-kata [yathāruta] , kemudian mengaplikasikan [ābhiniveśa]  dengan kecenderungan  aktivitas [samudācāra] menggunakan ekspresi konvensional [vyāhārā], dengan kecenderungan  aktivitas [samudācāra]  pandangan keliru mengenai diri [satkāyadṛṣṭi], dengan kecenderungan aktivitas [samudācāra]  kegiuran [tṛṣṇā]  akan kelahiran kembali [punarbhava] ataupun dengan kecenderungan  aktivitas [samudācāra]  mencari [paryeṣṭya]  penghentian dari eksistensi  [vibhava],  ini  merupakan pertanda [ liṅgam] dari  tidak memiliki   pengetahuan menyeluruh [aparijñāta] terhadap  bentuk  [rūpe]  

[0856c20]  Sensasi, persepsi ,  formasi  mental ,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran, jika bodhisattva berdasarkan kata-kata, kemudian mengaplikasikan  dengan kecenderungan  aktivitas  menggunakan ekspresi konvensional , dengan kecenderungan  aktivitas pandangan keliru mengenai diri, dengan kecenderungan  aktivitas  kegiuran    akan kelahiran kembali ataupun dengan kecenderungan  aktivitas  mencari  penghentian dari eksistensi  ,  ini  merupakan pertanda  dari  tidak memiliki   pengetahuan menyeluruh terhadap  kesadaran.  

[0856c25]  Berkaitan dengan bentuk , Subhūti , jika bodhisattva berdasarkan kata-kata, kemudian  tidak mengaplikasikan , tidak mememiliki kecenderungan  aktivitas,  tidak menggunakan ekspresi konvensional,  tidak memiliki kecenderungan  aktivitas pandangan keliru mengenai diri, tidak memiliki kecenderungan  aktivitas  terhadap kegiuran akan kelahiran kembali  ataupun  tidak memiliki kecenderungan aktivitas,  tidak mencari  penghentian dari eksistensi,  ini  merupakan pertanda  dari  memiliki   pengetahuan menyeluruh  terhadap  bentuk .   

[0856c29]  Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran, jika bodhisattva berdasarkan kata-kata, kemudian  tidak mengaplikasikan , tidak mememiliki kecenderungan  aktivitas,  tidak menggunakan ekspresi konvensional,  tidak memiliki kecenderungan  aktivitas pandangan keliru mengenai diri, tidak memiliki kecenderungan  aktivitas kegiuran   akan kelahiran kembali  ataupun  tidak memiliki kecenderungan aktivitas,  tidak mencari  penghentian dari eksistensi,  ini  merupakan pertanda  dari  memiliki   pengetahuan menyeluruh  terhadap   kesadaran.  

[0857a04] Ketiga aspek ini , Subhūti, yang berkaitan dengan bentuk, benih kesadaran [cittabījāni]  yang harus dibangkitkan [saṃvartante]  untuk  memurnikan [vyavadānāya]  penyebab dari penggengaman yang erat [pratyayagṛhītāni] oleh bodhisattva, apakah ketiga ini ? benih  kesadaran yang teguh [adhimukticittabīja],  benih kesadaran  yang meninggalkan kemuakan [udvegacittabīja],  benih kesadaran  yang tidak  akan rusak [avipraṇāśacittabīja]

[0857a08] Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran , Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  Subhūti,  bodhisattva harus membangkitkan ketiga aspek dari benih kesadaran untuk memurnikan penyebab dari penggengaman yang erat , , apakah ketiga ini ? benih  kesadaran yang teguh,  benih kesadaran  yang meninggalkan kemuakan,  benih kesadaran  yang tidak  akan rusak. 

[0857a12] Ketiga aspek ini , Subhūti, yang berkaitan dengan bentuk,  yang harus dimunculkan oleh kesadaran dari   bodhisattva  ini , kesadaran  yang  tanpa aplikasi [anabhiniveśacitta], kesadaran  yang tanpa penyatuan [ visaṃyogacitta]  kesadaran pemurnian [pariśodhanacitta]. Oleh sebab itu,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  dengan mengamati  kesetaraan [samanupaśyati] dari  kemunculan kesadaran [cittotpādam], ketidakmunculan [anutpādaṃ],  perkembangan dari kemunculan  [mahotpādaṃ],  pada saat dia  mengamati demikian, akan dengan cekatan [kṣipram] mencapai kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0857a18]  Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran Subhūti ,  juga  demikian,berkaitan dengan kesadaran,  Subhūti,  bodhisattva harus memunculan ketiga aspek dari kesadaran ini  , apakah ketiga ini ? kesadaran  yang  tanpa aplikasi, kesadaran  yang tanpa penyatuan, kesadaran pemurnian. Oleh sebab itu,  berkaitan dengan kesadaran , Subhūti,  dengan mengamati  kesetaraan  dari  kemunculan kesadaran, ketidakmunculan,  perkembangan dari kemunculan, pada saat dia  mengamati demikian, akan dengan cekatan  mencapai kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0857a25]  Berkaitan dengan bentuk , Subhūti , jika bodhisattva  mengamati [samanupaśyati] eksistensi [astita]  dari bentuk  dan demikian juga  eksistensi [āstita] ataupun bukan eksistensi [nāstita], dikenal sebagai  [veditavyaḥ] bodhisattva  yang  tidak memahami realitas [atattvajño]

[0857a26] Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran , jika bodhisattva  mengamati eksistensi  dari  kesadaran  dan demikian juga  eksistensi  ataupun bukan eksistensi, dikenal sebagai  bodhisattva  yang  tidak memahami realitas 

Berkaitan dengan bentuk , Subhūti , jika bodhisattva  mengamati  [samanupaśyati] ketiadaan eksistensi [anastita] dari bentuk , dan demikian juga  eksistensi [āstita] ataupun bukan eksistensi [nāstita], dikenal sebagai  [veditavyaḥ] bodhisattva  yang memahami realitas [tattvajño]

Sensasi , persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran , jika bodhisattva  mengamati  ketiadaan eksistensi dari  kesadaran, dan demikian juga  eksistensi  ataupun bukan eksistensi, dikenal sebagai   bodhisattva  yang memahami realitas 

[0857a29]  Sekali lagi, berkaitan dengan bentuk, Subhūti,  jika para bodhisattva mengembangkan kesadaran [citta] yang  ingin berdiam dalam  kesetaraan dalam  ruang lingkup [samādhātukāma] ,  dengan konseptual [māno] menetapkan objek pada bentuk, dengan  kesadaran yang teralihkan  [uccalati],  goyah [saṃcalati],  tidak mapan [vicalati], dikenal sebagai [veditavyaḥ] para bodhisattva   yang akan  sulit  mencapai pembebasan  [duradhimokṣa].

[0857b04] Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran , Subhūti ,  juga  demikian, berkaitan dengan kesadaran,  Subhūti, jika para bodhisattva mengembangkan kesadaran yang  ingin berdiam dalam  kesetaraan dalam  ruang lingkup,  dengan konseptual  menetapkan objek pada kesadaran, dengan  kesadaran yang teralihkan,  goyah,  tidak mapan, dikenal sebagai  para bodhisattva   yang akan  sulit  mencapai pembebasan.

[0857b08]  Sekali lagi, berkaitan dengan bentuk, Subhūti, jika para bodhisattva mengembangkan kesadaran [citta] yang  ingin berdiam dalam  kesetaraan dalam  ruang lingkup [samādhātukāma] ,  dengan konseptual [māno] menetapkan objek pada bentuk , dengan kesadaran yang   tidak terikat [badhnāti] ,  tidak berasosiasi [saṃbadhnāti], tidak menggengam erat [vibadhnāti] pada bentuk ,  dikenal sebagai [veditavyaḥ] para bodhisattva  akan mencapai pembebasan   dengan penuh suka cita [svadhimokṣa].

[0857b12] Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian,berkaitan dengan kesadaran,  Subhūti, jika para bodhisattva mengembangkan kesadaran yang ingin berdiam dalam  kesetaraan dalam  ruang lingkup,  dengan konseptual menetapkan objek  pada kesadaran , dengan kesadaran yang tidak terikat,  tidak berasosiasi, tidak menggengam erat  pada kesadaran , dikenal sebagai  para bodhisattva akan mencapai pembebasan  dengan penuh suka cita .

[0857b16]  Sekali lagi, berkaitan dengan bentuk, Subhūti,  memahami  dengan pasti [parijñāyai]  ketiadaan karakteristik dari fenomena [alakṣaṇadharma], yang telah meredakan penderitaan [duḥkhapraśamāya] dan  berdiam kokoh dalam kebahagian tertinggi dari nirvāṇā [nirvāṇānaikāntikatvāya]. Para orang awam yang kekanakan [bālapṛthagjanā]  tidak akan  fasih  [aprajānanta] dalam memahami  bentuk sebagaimana apa adanya [yathābhūta], kemudian mereka mengalokasikannya [abhiniviśanta], sangat menginginkannya [abhinirvartayanti], menutupinya [avacchādayanti]. Setelah mengalokasikannya [abhiniviśanta], sangat menginginkannya [abhinirvartayanti]  dan menutupinya [avacchādayanti], tidak mampu  masuk dalam  jalan dari para Srāvaka [srāvakayānena ] ataupun jalan dari para Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena] , apalagi  untuk masuk kedalam jalan agung [mahāyānena] . Dengan mengalokasikannya [abhiniviśanta], sangat menginginkannya [abhinirvartayanti] , menutupinya [avacchādayanti] maka mereka akan mengalami usia tua dan kematian dalam rentang jangka waktu yang lama  terlahir kembali sebagai makhluk neraka, binatang, preta, deva ataupun manusia.

[0857b23]  Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian,  Indera penglihatan dan objek [cakṣū rūpāṇi], kesadaran visual [cakṣurvijñāna], indera pendengaran [śrotra] , suara [śabdā]   kesadaran pendengaran [śrotravijñāna], indera penciuman [ghrāṇa],  bebauan [gandhā],    kesadaran penciuman [ghrāṇavijñāna], indera pengecapan [jihvā], rasa [rasā], kesadaran pengecapan [jihvāvijñāna],  jasmani [kāya] , sentuhan[spraṣṭa],  kesadaran jasmani [kāyavijñāna], konseptual [mano] , fenomena [dharmā], kesadaran konseptual [manovijñāna] juga  tidak  eksis [abhāva]  , bukan  tidak  eksis  [nābhāva] , eksis secara nyata [sadbhāva].  

[0857b25] Demikian, Subhūti, tiga perubahan [triparivartena] dari kesadaran konseptual [manovijñāna] ,  para orang awam yang kekanakan [bālapṛthagjanā]  tidak akan  fasih  [aprajānanta] dalam memahami  kesadaran konseptual [manovijñāna] sebagaimana apa adanya [yathābhūta], kemudian mereka mengalokasikannya [abhiniviśanta], sangat menginginkannya [abhinirvartayanti], menutupinya [avacchādayanti]. Setelah mengalokasikannya , sangat menginginkannya  dan menutupinya , tidak mampu  masuk dalam  jalan dari para Srāvaka [srāvakayānena] ataupun jalan dari para Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena] , apalagi  untuk masuk kedalam jalan agung [mahāyānena]. Dengan mengalokasikannya,  sangat menginginkannya , menutupinya maka mereka akan mengalami usia tua dan kematian dalam rentang jangka waktu yang lama  terlahir kembali sebagai makhluk neraka, binatang, preta, deva ataupun manusia.

[0857c03]   Sekali lagi , Subhūti, tiga perubahan [triparivartena] dari  bentuk [rūpa] ini ,  para bijaksana [paṇḍitā]  telah fasih [prajānanta] dalam memahami  bentuk sebagaimana apa adanya [yathābhūta], kemudian mereka  tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta]. Setelah tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta], mampu  masuk dalam  jalan dari para Srāvaka [srāvakayānena] ataupun jalan dari para Pratyekabuddha [pratyekabuddhayānena] , apalagi  untuk masuk kedalam jalan agung [mahāyānena] . Dengan tidak mengalokasikannya [anabhiniviśanta], tidak sangat menginginkannya [anabhinirvartayanti] , mengandalkan keunggulannya [prakāśayanta]  maka mereka  tidak akan mengalami usia tua dan kematian dalam rentang jangka waktu yang lama , tidak terlahir kembali sebagai makhluk neraka, binatang, preta, deva ataupun manusia.

Berkaitan dengan bentuk [rūpa],  Subhūti , baik pemunculan [utpadyate] ataupun penguraiannya [vyayate] dan lainnya,  baik pemunculan ataupun ketiadaan pemunculan dari bentuk ,baik pemunculan ataupun ketiadaan pemunculan dari esensi primer [prakṛti]. Para bodhisattva memahami  sepenuhnya [prajānato] ketidakmunculan dari esensi primer terhadap bentuk dengan realitas demikian apa adanya  [yathābhūta], kemudian  mampu mengetahui dengan sempurna [saṃpadyate] ketidakmunculan dari esensi primer [anutpādaprakṛti]

[0857c12]   Sensasi, persepsi,  formasi  mental,  kesadaran, Subhūti ,  juga  demikian,berkaitan dengan kesadaran,  Subhūti , baik pemunculan  ataupun penguraiannya  dan lainnya,  baik pemunculan ataupun ketiadaan pemunculan dari kesadaran,baik pemunculan ataupun ketiadaan pemunculan dari esensi primer. Para bodhisattva memahami  sepenuhnya  ketidakmunculan dari esensi primer terhadap  kesadaran dengan realitas demikian apa adanya  , kemudian  mampu mengetahui dengan sempurna [saṃpadyate] ketidakmunculan dari esensi primer .

[0857c17] Kemudian Bhagavān mempertegas kembali maknanya dengan melantunkan gātha berikut ini 

Setelah mencari dengan tanpa menggengam erat pada fenomena , mengamati  ketiadaan eksistensi dalam kesadaran [citta], setelah memahami realitas demikian apa adanya [dharmatā], Para Bijaksana [dhīmā] mencapai pengetahuan sempurna [bodhi] [3]

[0857c20]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  bodhisattva fasih dalam kebijaksanaan mengenai ketiadaan eksistensi [abhāvakuśala]  diperlengkapi dengan [samanvāgata]  kemampuan memanifestasikan kualitas dari objek   yang jelas [vibhāvana], juga tidak bergerak menjauhi ruang lingkup realitas [dharmadhātu], sehingga dengan cekatan dapat  mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0857c24]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva fasih dalam kebijaksanaan mengenai ketiadaan eksistensi  diperlengkapi dengan  kemampuan memanifestasikan kualitas dari objek  yang jelas  dalam  kesadaran [vijñāna], juga tidak bergerak menjauhi ruang lingkup realitas dalam  kesadaran [vijñāna], sehingga dengan cekatan dapat  mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0857c28]  Kemudian Bhagavān mempertegas kembali maknanya dengan melantunkan gātha berikut ini 

fasih dalam kebijaksanaan mengenai ketiadaan eksistensi, diberkahi sepenuhnya [samanvita] dengan  kemampuan memanifestasikan kualitas dari objek  dengan jelas [vibhāvana], juga tidak bergerak menjauhi ruang lingkup realitas [dharmadhātu], sehingga dengan cekatan dapat  mencapai pengetahuan semua aspek [sarvajñatva]  [4]

[0858a02]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  ketiadaan makna [nirartha],  makna dari  kata [apārtha],  makna agung [mahārtha] ini  harus diketahui dengan pasti [prajāna] sebagaimana apa adanya [yathābhūta] oleh para bodhisattva, sehingga dapat dengan cekatan [kṣipra] mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858a05]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti,  makna dari  kata,  makna agung  ini  harus diketahui dengan pasti  sebagaimana apa adanya oleh para bodhisattva, sehingga dapat dengan cekatan [kṣipra] mencapai kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858a08] Kemudian Bhagavān mempertegas kembali maknanya dengan melantunkan gātha berikut ini 

ketiadaan makna [nirartha],  makna dari  kata [apārtha],  makna agung [mahārtha], diketahui dengan pasti  oleh bodhisattva , sehingga dapat dengan cekatan [kṣipra] memperoleh  pengetahuan sempurna tertinggi. [5]

[0858a11]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima keterikatan objek indera [pañca rāgā], keterikatan objek indera pada pemikiran terapan [vitarkarāga] keterikatan objek indera  pada logika [pratarkarāga] keterikatan objek indera pada perbedaan persepsi [vikalparāga]  keterikatan objek indera [rāga] keterikatan objek indera  pada keagungan [mahārāga]

[0858a14] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima keterikatan objek indera, keterikatan objek indera pada pemikiran terapan , keterikatan objek indera  pada logika  keterikatan objek indera pada perbedaan persepsi,  keterikatan objek indera , keterikatan objek indera  pada keagungan .

[0858a18]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima keterikatan objek indera [pañca rāgā] ini , dengan tidak mempersepsi  [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa], dengan tidak mempersepsi [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva]   dari bentuk [rūpa] maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual [māno]  bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual   [māno] bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan [sarvaprakāra] dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi. 

[0858a25] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran  bodhisattva harus meninggalkan lima keterikatan objek indera  ini , dengan tidak mempersepsi pada  sifat intrinsik  dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saat  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia  tidak akan  mempersepsi kesadaran dalam kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari bentuk ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan  dari bentuk dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858b04]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima kebencian [pañca dveṣa] , kebencian pada  pemikiran terapan dan pemikiran berkelanjutan [ vitarkavicāradveṣa] , kebencian pada logika [pratarkavicāradveṣa], kebencian pada perbedaan persepsi dalam pemikiran berkelanjutan  [vikalpavicāradveṣa] , kebencian [dveṣa], kebencian yang kuat [mahādveṣa] 

[0858b07] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima kebencian, kebencian pada  pemikiran terapan dan pemikiran berkelanjutan, kebencian pada logika, kebencian pada perbedaan persepsi dalam pemikiran berkelanjutan  , kebencian, kebencian  yang kuat .

[0858b11] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima kebencian [pañca dveṣa] ini , dengan tidak mempersepsi  [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa], dengan tidak mempersepsi [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva]   dari bentuk [rūpa] maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual [māno]  bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual   [māno] bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan [sarvaprakāra] dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858b18] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus meninggalkan lima kebencian ini , dengan tidak mempersepsi  sifat intrinsik   dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual  kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saa  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia   tidak akan  mempersepsi kesadaran dalam kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari kesadaran ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari kesadaran dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi. 

[0858b26] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima ketidaktahuan  [pañca moha],  ketidaktahuan dari  delusi [bhrāntimoha] , ketidaktahuan dari delusi terhadap nimitta [bhrāntinimittamoha], ketidak tahuan dari ketiadaan delusi terhadap nimitta  [abhrāntinimittamoha], ketidaktahuan [moha], ketidaktahuan yang kuat [mahāmoha]

[0858b29] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran , bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima ketidaktahuan  ,  ketidaktahuan dari  delusi , ketidaktahuan dari delusi terhadap nimitta, ketidak tahuan dari ketiadaan delusi terhadap nimitta ,   ketidaktahuan , ketidaktahuan yang kuat 

[0858c04] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima ketidaktahuan [pañca moha] ini , dengan tidak mempersepsi  [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa], dengan tidak mempersepsi [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva]   dari bentuk [rūpa] maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual [māno]  bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual   [māno] bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan [sarvaprakāra] dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858c11] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus meninggalkan lima ketidaktahuan ini , dengan tidak mempersepsi pada  sifat intrinsik  dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saat  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia   tidak akan  mempersepsi kesadaran dalam  kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari  kesadaran ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari kesadaran dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0858c19]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima kesombongan [pañca māna], kesombongan terhadap banyaknya pembelajaran [bāhuśrutyamāna], kesombongan terhadap hasil yang tercapai  [abhyudayamāna],  kesombongan berlebihan  [abhimāno],  kesombongan  [māno], kesombongan yang kuat [mahāmāna].

[0858c22]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima kesombongan,  kesombongan terhadap banyaknya pembelajaran, kesombongan terhadap hasil  yang tercapai ,  kesombongan berlebihan  ,  kesombongan  , kesombongan yang kuat.

[0858c26] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima kesombongan [pañca māna] ini , dengan tidak mempersepsi  [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa], dengan tidak mempersepsi [nopalabhate] pada  sifat intrinsik [svabhāva]   dari bentuk [rūpa] maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual [māno]  bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual   [māno] bentuk dalam bentuk [rūpe rūpaṃ] maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan [sarvaprakāra] dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0859a04] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva harus meninggalkan lima kesombongan ini , dengan tidak mempersepsi pada  sifat intrinsik  dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual  kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saat  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia   tidak akan  mempersepsi  kesadaran dalam kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari kesadaran ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan [sarvaprakāra] dari kesadaran dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi. 

[Akhir dari parivarta kedua]

[ Parivarta ketiga]

[0859a21]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima pandangan keliru [pañca dṛṣṭi] , apakah kelima ini ?  pandang keliru yang berlawanan dengan sifat intrinsik [svabhāvaviparyāsadṛṣṭi], pandangan keliru mengenai eksistensi  [astītidṛṣṭi], pandangan keliru mengenai negasi [apavādadṛṣṭi],  pandang keliru [dṛṣṭi], pandangan keliru yang kuat  [mahādṛṣṭi]

[0859a23] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima pandangan keliru , apakah kelima ini ?  pandang keliru yang berlawanan dengan sifat intrinsik , pandangan keliru mengenai eksistensi, pandangan keliru mengenai negasi,  pandang keliru , pandangan keliru yang kuat 

[0859a27] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima pandangan keliru [pañca dṛṣṭi] ini , dengan tidak mempersepsi   pada  sifat intrinsik dari bentuk , dengan tidak mempersepsi  pada  sifat intrinsik  dari bentuk  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual  bentuk dalam bentuk , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual   bentuk dalam bentuk  maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0859b05] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva harus meninggalkan lima pandangan keliru ini ,  dengan tidak mempersepsi  pada  sifat intrinsik dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saat  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia   tidak akan  mempersepsi  kesadaran dalam kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari kesadaran ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari kesadaran dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi. 

[0859b13] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima  keraguan [pañca vimatī], apakah kelima ini ?   keraguan terhadap ajaran kebenaran [dharmavimati], keraguan terhadap siklus eksistensi dan ketidakpuasan [gatiduḥkhavimati],  keraguan terhadap kualitas dari para Buddha, bodhisattva dan nirvāṇa [nirvāṇabuddhabodhisattvadharmavimati]  , keraguan [vimati], keraguan yang kuat  [mahāvimati].

[0859b16] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus mengetahui dengan pasti dalam meninggalkan lima  keraguan , apakah kelima ini ?   keraguan terhadap ajaran kebenaran , keraguan terhadap siklus eksistensi dan ketidakpuasan,  keraguan terhadap kualitas dari para Buddha, bodhisattva dan nirvāṇa  , keraguan , keraguan yang kuat  .

[0859b19] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva harus meninggalkan lima  keraguan [pañca vimatī] ini , dengan tidak mempersepsi  pada  sifat intrinsik dari bentuk  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual bentuk dalam bentuk , dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual bentuk dalam bentuk maka   dia akan memahami bentuk dalam bentuk . Pada saat  memahami  bentuk dalam bentuk ,maka sebenarnya  dia tidak akan  mempersepsi bentuk dalam bentuk. Pada saat tidak  mempersepsi pemahaman dari bentuk ini maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari bentuk dan dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0859b26] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], bodhisattva harus meninggalkan lima  keraguan [pañca vimatī] ini ,  dengan tidak mempersepsi  pada  sifat intrinsik dari kesadaran  maka tidak akan  mempersepsi  dengan  konseptual kesadaran dalam kesadaran, dengan tidak akan mempersepsi dengan konseptual kesadaran dalam kesadaran maka dia akan memahami kesadaran dalam kesadaran. Pada saat  memahami kesadaran dalam kesadaran,  maka sebenarnya dia   tidak akan  mempersepsi  kesadaran dalam kesadaran. Pada saat tidak  mempersepsi  pemahaman  dari kesadaran ini  maka kemudian dia  telah melampaui semua kumpulan dari kesadaran dan  dengan pasti dapat memenangkan pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0859c06] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva menyelidiki [paryeṣa] bentuk [rūpa] sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran [dharmaṃ deśayan], berkaitan dengan bentuk, memurnikan sepenuhnya [pariśodhayaṃ] aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran [kāyavāṅmanaskarma] , sesuai dengan diversifikas [yathārutaṃ], sesuai dengan pandangan yang keliru , [yathādṛṣṭi] ,  sesuai dengan yang belum diketahui  [yathākhyātaṃ] , menyelidiki kembali  bentuk sesuai dengan kualitas yang demikian. Pada saat setelah memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , dia dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki bentuk [rūpa] dengan ucapan, aktivitas dan uraian yang tidak benar [asamyagvākkarmakathitā], dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang telah menyelidiki bentuk [rūpa] dengan tidak memurnikan sepenuhnya aktivitas  jasmani , ucapan dan pikiran [apariśuddhakāyavāṅmanaskarmā].

[0859c12] Subhūti,  pada saat, walaupun, bodhisattva menyelidiki [paryeṣa] bentuk [rūpa] sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran [dharmaṃ deśayan], sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran [dharmaṃ deśayan], berkaitan dengan bentuk, memurnikan sepenuhnya [pariśodhayaṃ] aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran [kāyavāṅmanaskarma], tetapi  tidak sesuai dengan diversifikasi [ayathārutaṃ], tidak sesuai dengan pandangan yang keliru  [ayathādṛṣṭi] , tidak sesuai dengan yang belum diketahui  [ayathākhyātaṃ], menyelidiki kembali  bentuk sesuai dengan kualitas yang demikian. Pada saat setelah memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , dia dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki bentuk [rūpa] dengan ucapan, aktivitas dan uraian yang benar [samyagvākkarmakathitā], dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki bentuk [rūpa] dengan  memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani , ucapan dan pikiran [pariśuddhakāyavāṅmanaskarmā].

[0859c17] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, bodhisattva menyelidiki  kesadaran [vijñāna] sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran , berkaitan dengan kesadaran, memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , sesuai dengan diversifikasi, sesuai dengan pandangan yang keliru , sesuai dengan yang belum diketahui , menyelidiki kembali  kesadaran sesuai dengan kualitas yang demikian. Pada saat setelah memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , dia dikenal sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki kesadaran dengan ucapan, aktivitas dan uraian yang tidak benar , dikenal  sebagai seorang bodhisattva yang telah menyelidiki kesadaran dengan tidak memurnikan sepenuhnya aktivitas  jasmani , ucapan dan pikiran [apariśuddhakāyavāṅmanaskarmā].

[0859c24] Subhūti,  pada saat, walaupun, bodhisattva menyelidiki  kesadaran sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran , sesuai dengan uraian dari ajaran kebenaran, berkaitan dengan kesadaran, memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , tetapi  tidak sesuai dengan diversifikasi, tidak sesuai dengan pandangan yang keliru, tidak sesuai dengan yang belum diketahui, menyelidiki kembali  bentuk sesuai dengan kualitas yang demikian. Pada saat setelah memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani, ucapan dan pikiran , dia dikenal sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki kesadaran  dengan ucapan, aktivitas dan uraian yang benar , dikenal sebagai seorang bodhisattva yang  telah menyelidiki  kesadaran dengan  memurnikan sepenuhnya aktivitas jasmani , ucapan dan pikiran [pariśuddhakāyavāṅmanaskarmā].

[0860a01] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  bodhisattva yang ingin [kāma] mengembangkan kesadaran [citta] dalam ruang lingkup kesetaraan [samādhātu], menetapkan [adhimokṣa] bentuk [rūpa] eksternal [adhyātmam], dengan  konseptual [māno] mengengam erat [upalabhate]  dua aspek dalam dualitas  [dvaye dvayam]   dari  bentuk [rūpa],    yakni  bentuk  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun bentuk yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Kemudian bodhisattva menginstruksikan [avavadate] bentuk [rūpa] sebagaimana realitas apa adanya  sebagai yakni  bentuk  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun bentuk  yang  telah ditetapkan sebagai objek . menginstruksikan [avavadate] bentuk [rūpa] sebagaimana realitas apa adanya sebagai yakni  bentuk yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan ataupun bentuk yang merupakan objek yang telah ditetapkan, berkaitan dengan bentuk ,dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang  telah menginstruksikan dengan tidak tepat [asamyagavavaditā] , mengapa demikian ? 

[0860a11]  Karena,  tidak ada,   Subhūti,  karakteristik yang terpisah  [pṛthaglakṣaṇaṃ] diantara bentuk  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan bentuk yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan yang harus dipahami [vidyate], dan jika ada  karakteristik yang terpisah  diantara bentuk  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan bentuk yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan yang harus dipahami  ini , maka  tidak ada makhluk hidup  yang terbebaskan [muktānāṃ] melalui pembebasan dari samādhi , karena mempersepsi pengamatan melalui perbedaan yang demikian. 

Seperti mimpi , tidak dapat digengam dengan erat, dan tidak akan ada  objek pengamatan yang ditetapkan, tetapi para  orang awam [pṛthagjanā] yang masih kekanakan [bāla] mengamati realitas dari kemunculan bentuk tersebut, sehingga mereka tidak dapat mengarah pada tahapan pencapaian [siddhi] dalam tidak mendiskriminasi penetapan dari bentuk yang seharusnya ditetapkan.

Oleh sebab itu, para bodhisattva  seharusnya mengamati ketiadaan  karakteristik yang terpisah  [apṛthaglakṣaṇaṃ] dari bentuk  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan bentuk yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan, terkecuali bentuk yang seharusnya ditetapkan sebagai objek sebagaimana realitas apa adanya telah tercapai dengan menyeluruh dan juga bentuk yang ditetapkan sebagai objek melalui pengamatan dengan nimitta, dengan demikian makna lainnya akan muncul.

Dengan cara demikian, bodhisattva mengeliminasi persepsi [saṃjñā] dari bentuk yang seharusnya ditetapkan, dan kemudian dia dengan penuh perhatian mengkontemplasi demikian, setelah mengetahui bentuk yang harus ditetapkan ini dan mengetahui bahwa  bentuk yang telah ditetapkan itu tidak layak dan juga tidak dengan, berkaitan dengan bentuk ,  mempersepsi dengan pikiran yang terdelusi  , melainkan dengan mengeliminasi persepsi dari bentuk yang merupakan objek yang akan ditetapkan dan juga bentuk yang merupakan objek yang telah ditetapkan. Setelah mengeliminasi  persepsi dari semua bentuk . 

Setelah mengeliminasi  kedua jenis bentuk dari persepsi [saṃjñā],  tidak akan  mempersepsi semua bentuk, dengan tidak mempersepsi semua bentuk maka dia memahami semua bentuk dengan terdelusi.  Setelah  dengan konseptual [māno]   mempersepsi [upalabha] yang berkaitan bentuk yakni nimitta yang menyebabkan delusi  [bhrāntinimitta], berkaitan dengan bentuk, mencapai sepenuhnya [samudānayati] fenomena yang bebas dari delusi [abhrāntidharmān] . Setelah mencapai sepenuhnya yang  berkaitan dengan bentuk, yakni fenomena yang bebas dari delusi [abhrāntidharmān]  dan mencapai sepenuhnya yang  berkaitan dengan bentuk, yakni fenomena yang mengalirkan ketiadaan delusi [abhrāntiniṣyandadharmā] . Oleh sebab itu, setelah saat ini mencapai [samudānītā]  delusi dari bentuk  dan fenomena yang bebas dari delusi [rūpabhrāntyabhrāntidharmāḥ], berkaitan dengan bentuk  , mengarah pada fenomena yang  bebas dari delusi [abhrāntidharmā] dan fenomena yang mengalirkan ketiadaan delusi [abhrāntiniṣyandadharmā], mengembangkan semua ajaran realitas para Buddha, memapankan semua makhluk hidup , memurnikan  buddhakṣetra dan dengan dengan cekatan [kṣipra] memenangkan kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi .   Berkaitan dengan bentuk , ini yang dikenal [veditavyaḥ] sebagai seorang bodhisattva yang  telah menginstruksikan dengan tepat [samyagavavaditā] .

[0860b06]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, bodhisattva yang ingin mengembangkan kesadaran [citta] dalam ruang lingkup kesetaraan, menetapkan kesadaran  eksternal , dengan konseptual mempersepsi dua aspek dalam dualitas kesadaran,  yakni kesadaran  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesadaran yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Kemudian bodhisattva menginstruksikan  kesadaran sebagaimana realitas apa adanya sebagai yakni  kesadaran yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesadaran yang  telah ditetapkan sebagai objek . menginstruksikan kesadaran sebagaimana realitas apa adanya sebagai yakni  kesadaran yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan ataupun kesadaran yang merupakan objek yang telah ditetapkan, berkaitan dengan kesadaran ,dikenal  sebagai seorang bodhisattva yang  telah menginstruksikan dengan tidak tepat , mengapa demikian ? 

 Karena,  tidak ada,   Subhūti,  karakteristik yang terpisah   diantara  kesadaran yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan kesadaran yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan yang harus dipahami , dan jika ada  karakteristik yang terpisah  diantara  kesadaran  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan kesadaran yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan yang harus dipahami ini , maka  tidak ada makhluk hidup  yang terbebaskan melalui pembebasan dari samādhi , karena  mempersepsi pengamatan melalui perbedaan yang demikian. 

Seperti mimpi , tidak dapat digengam dengan erat, dan tidak akan ada  objek pengamatan yang ditetapkan, tetapi para  orang awam  yang masih kekanakan  mengamati realitas dari kemunculan kesadaran tersebut, sehingga mereka tidak dapat mengarah pada tahapan pencapaian dalam tidak mendiskriminasi penetapan dari kesadaran yang seharusnya ditetapkan.

Oleh sebab itu, para bodhisattva  seharusnya mengamati ketiadaan  karakteristik yang terpisah  dari kesadaran  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek dengan kesadaran yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan, terkecuali kesadaran yang seharusnya ditetapkan sebagai objek sebagaimana realitas apa adanya telah tercapai dengan menyeluruh dan juga kesadaran yang ditetapkan sebagai objek melalui pengamatan dengan nimitta, dengan demikian makna lainnya akan muncul.

Dengan cara demikian, bodhisattva mengeliminasi persepsi [saṃjñā] dari kesadaran yang seharusnya ditetapkan , dan kemudian dia dengan penuh perhatian mengkontemplasi demikian, setelah mengetahui  kesadaran yang harus ditetapkan ini dan mengetahui bahwa  kesadaran yang telah ditetapkan itu tidak layak dan juga tidak dengan, berkaitan dengan  kesadaran , mempersepsi dengan pikiran yang terdelusi  , melainkan dengan mengeliminasi persepsi dari  kesadaran yang merupakan objek yang akan ditetapkan dan juga  kesadaran yang merupakan objek yang telah ditetapkan. Setelah mengeliminasi  persepsi dari semua  kesadaran . Setelah mengeliminasi  kedua jenis bentuk dari persepsi [saṃjñā],  tidak akan  mempersepsi semua  kesadaran, dengan  tidak mempersepsi semua  kesadaran maka dia  memahami semua kesadaran dengan terdelusi.  Setelah  dengan konseptual mempersepsi yang berkaitan kesadaran yakni nimitta yang menyebabkan delusi , berkaitan dengan  kesadaran, mencapai sepenuhnya fenomena yang bebas dari delusi . Setelah mencapai sepenuhnya yang  berkaitan dengan kesadaran, yakni fenomena yang bebas dari delusi  dan mencapai sepenuhnya yang  berkaitan dengan kesadaran, yakni fenomena yang mengalirkan ketiadaan delusi . Oleh sebab itu, setelah saat ini mencapai  delusi dari kesadaran dan fenomena yang bebas dari delusi , berkaitan dengan kesadaran, mengarah pada fenomena yang  bebas dari delusi dan fenomena yang mengalirkan ketiadaan delusi , mengembangkan semua ajaran realitas para Buddha, memapankan semua makhluk hidup , memurnikan  buddhakṣetra dan dengan dengan cekatan  memenangkan kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi. Berkaitan dengan bentuk , ini yang dikenal  sebagai seorang bodhisattva yang  telah menginstruksikan dengan tepat  .

[0860c12] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  cinta kasih [maitrī]  , apakah kelima ini ?  cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik  ajaran kebenaran yang baik  [saddharmopasaṃhārā], ?  cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik suka cita keduniawian  [laukikasukhopasaṃhārā], cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik suka cita melampaui keduniawian [lokottarasukhopasaṃhārā], cinta kasih [maitrī], cinta kasih agung [mahāmaitrī]

[0860c15] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna], Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek dari  cinta kasih , apakah kelima ini ?  cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik  ajaran kebenaran yang baik  ?  cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik suka cita keduniawian  cinta kasih yang memilliki aktivitas dalam  menarik suka cita melampaui keduniawian, cinta kasih, cinta kasih agung .

[0860c20] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  welas asih [karuṇā]  , apakah kelima ini ?  welas asih yang terbebaskan dari kemelekatan [asaṃgrahakaruṇā],   welas asih yang  berasosiasi dengan  objek yang disukai [saṃyogakaruṇā],  welas asih yang  tidak berasosiasi dengan  objek yang disukai [asaṃyogakaruṇā],  welas asih [karuṇā], welas asih agung [mahākaruṇā]

[0860c22] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek dari  welas asih , apakah kelima ini ?  welas asih yang terbebaskan dari kemelekatan,   welas asih yang  berasosiasi dengan  objek yang disukai,  welas asih yang  tidak berasosiasi dengan  objek yang disukai,  welas asih, welas asih  agung.

[0860c27]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  empati [muditā], empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam  terhadap kemurnian ajaran kebenaran yang baik  [saddharmaprasādābhiṣyandanā nugrahānumodanā], empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam terhadap  keduniawian [laukikasukhābhiṣyandanānugrahānumodanā], empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam terhadap  melampaui keduniawian [lokottarasukhābhiṣyandanānugrahānumodanā], empati [muditā] , empati agung [mahāmuditā]

[0861a02] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari dari  empati [muditā] , apakah kelima ini ?  empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam  terhadap kemurnian ajaran kebenaran yang baik  , empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam terhadap  keduniawian , empati yang berkaitan dengan sukacita dalam bersimpati dengan menunjukkan  aliran tertinggi dari suka cita mendalam terhadap  melampaui keduniawian, empati, empati agung .

[0861a07] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  ekuanimitas [upekṣā], ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan   semua kondisi mental yang tidak bermanfaat dari ikatan terhadap pandangan keliru [pasaddṛṣṭyasaṃkleśopasaṃhāropekṣā], ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan   semua kondisi mental yang tidak bermanfaat terhadap penghindaran semua kesalahan   [sarvadoṣaparivarjanāsaṃkleśopasaṃhāropekṣā] , ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan  semua kondisi mental yang tidak bermanfaat terhadap mempertahankan dengan baik semua kualitas kebajikan  [sarvaguṇaparigrahāsaṃkleśopasaṃhāropekṣa] , ekuanimitas [upekṣā] ekuanimitas agung [mahopekṣā]

[0861a11]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  ekuanimitas [upekṣā], apakah kelima ini ?  ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan   semua kondisi mental yang tidak bermanfaat dari ikatan terhadap pandangan keliru , ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan   semua kondisi mental yang tidak bermanfaat terhadap penghindaran semua kesalahan  , ekuanimitas dalam  yang berkaitan dengan peninggalan  semua kondisi mental yang tidak bermanfaat terhadap mempertahankan dengan baik semua kualitas kebajikan  , ekuanimitas ,  ekuanimitas agung .

[0861a16] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan pemberian [dānapāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari pemberian [dāna] , pemberian yang berkaitan dengan aspirasi [pratijñādānam], melatih diri  dalam  pemberian yang berkaitan dengan makanan , keperluan hidup dan ketidaktakutan [āmiṣābhayapratipattidānaṃ], melatih diri  dalam  pemberian yang berkaitan dengan ajaran kebenaran  [dharmapratipattidānaṃ], pemberian [dāna], pemberian agung  [mahādāna]

[0861a19]   Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari dari pemberian [dāna], apakah kelima ini ? pemberian yang berkaitan dengan aspirasi, melatih diri  dalam  pemberian yang berkaitan dengan makanan , keperluan hidup dan ketidaktakutan, melatih diri dalam pemberian yang berkaitan dengan ajaran kebenaran, pemberian, pemberian agung .

[0861a23]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena], kesempurnaan moralitas [śīlapāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari moralitas [śīla], moralitas  yang  mencakup  pertanda dari  ketetapan ataupun keteguhan [samādānasāṃketikaśīla], moralitas yang berkaitan dengan pengekangan komtemplasi [dhyānasaṃvaraśīla], moralitas yang berkaitan dengan pengekangan  ketidakbocoran  [anāsravasaṃvaraśīla] ,  moralitas[śīla],  moralitas agung [mahāśīla]

[0861a26]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek  dari moralitas [śīla], apakah kelima ini ? moralitas  yang  mencakup  pertanda dari  ketetapan ataupun keteguhan,  moralitas yang berkaitan dengan pengekangan komtemplasi, moralitas yang berkaitan dengan pengekangan  ketidakbocoran  ,  moralitas,  moralitas agung 

[0861b01] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan  kesabaran [kṣāntipāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  kesabaran [kṣānti], kesabaran dalam pengujian terhadap perilaku yang tidak layak dari makhluk hidup [sattvāpakāramarṣaṇā], kesabaran dalam kediaman tertinggi terhadap penderitaan [duḥkhādhivāsana], kesabaran dalam mengkontemplasi ajaran kebenaran  [dharmanidhyāna], kesabaran [kṣānti], kesabaran agung [mahākṣānti]

[0861b04] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari kesabaran [kṣānti], apakah kelima ini ? kesabaran dalam pengujian terhadap perilaku yang tidak layak dari makhluk hidup, kesabaran dalam kediaman tertinggi terhadap penderitaan, kesabaran dalam mengkontemplasi ajaran kebenaran  , kesabaran, kesabaran yang agung .

[0861b08] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena], kesempurnaan  usaha dengan penuh semangat [vīryapāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  usaha dengan penuh semangat [vīrya], usaha dengan penuh semangat dalam  selalu  mengkontemplasi  pada kesadaran yang mengarah pada objek   [uddeśasvādhyāyacitta],  usaha dengan penuh semangat dalam menghindari semua kesalahan  [sarvadoṣaparivarjana],  usaha dengan penuh semangat dalam mempertahankan dengan baik semua kualitas kebajikan [sarvaguṇaparigraha] usaha dengan penuh semangat [vīrya], usaha dengan penuh semangat agung [ mahāvīrya]

[0861b12] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari dari  usaha dengan penuh semangat [vīrya], apakah kelima ini ? usaha dengan penuh semangat dalam  selalu  mengkontemplasi  pada kesadaran yang mengarah pada objek   ,  usaha dengan penuh semangat dalam menghindari semua kesalahan,  usaha dengan penuh semangat dalam mempertahankan dengan baik semua kualitas kebajikan , usaha dengan penuh semangat, usaha dengan penuh semangat agung .

[0861b17]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena], kesempurnaan kontemplasi [dhyānapāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  kontemplasi [dhyāna],kontemplasi   kualitas kebajikan yang berkaitan dengan  ekspresi verbal [vyañjanasāpekṣakuśala], kontemplasi   kualitas kebajikan  kemurnian keduniawian  yang tidak berkaitan dengan ekspresi verbal  [vyañjananirapekṣādiviśuddhalaukikakuśala], kontemplasi kualitas kebajikan yang melampaui keduniawian [lokottarakuśala]  kontemplasi[dhyāna], kontemplasi agung [mahādhyāna]

[0861b20] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari kontemplasi [dhyāna], apakah kelima ini ? kontemplasi   kualitas kebajikan yang berkaitan dengan  ekspresi verbal, kontemplasi   kualitas kebajikan  kemurnian keduniawian  yang tidak berkaitan dengan ekspresi verbal, kontemplasi kualitas kebajikan yang melampaui keduniawian ,   kontemplasi, kontemplasi agung .

[0861b25] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena], kebijaksanaan melampaui [prajñāpāramitā], dengan mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  kebijaksanaan [prajñā], kebijaksanaan  dalam pencapaian  kontemplasi kualitas kebajikan  yang berkaitan dengan  ekspresi verbal [ vyañjanasāpekṣakuśaladhyānāśritā],  kebijaksanaan  dalam pencapaian kontemplasi kemurnian keduniawian  yang tidak berkaitan dengan ekspresi verbal [vyañjananirapekṣādiviśuddhalaukikadhyānāśritā],   kebijaksanaan  dalam pencapaian kontemplasi yang melampaui keduniawian [lokottaradhyānāśritā],  kebijaksanaan [prajñā]  kebijaksanaan agung [mahāprajñā] 

[0861b29] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari kebijaksanaan [prajñā], , apakah kelima ini ? kebijaksanaan  dalam pencapaian  kontemplasi kualitas kebajikan  yang berkaitan dengan  ekspresi verbal,  kebijaksanaan  dalam pencapaian kontemplasi kemurnian keduniawian  yang tidak berkaitan dengan ekspresi verbal,   kebijaksanaan  dalam pencapaian kontemplasi yang melampaui keduniawian,  kebijaksanaan,   kebijaksanaan agung [mahāprajñā] 

[ akhir dari parivarta ketiga]

[ Parivarta keempat]

[0861c15]   Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena]  penghargaan [sevā] terhadap para sahabat spiritual [kalyāṇamitra] , dengan lima aspek [pañcākārā] penghargaan [sevā], penghargaan dalam mendengarkan [śravaṇasevaya], penghargaan dalam menghormati , melayani dan mengikuti metoda dari pelatihan diri   [upasthānaparicaryāśikṣānuvidhānasevayā],  penghargaan dengan memberikan  bantuan  dalam  pelatihan diri [pratipattyārādhanasevayā], penghargaan  [sevayā], penghargaan agung [mahāsevayā]

[0861c18] sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran ,  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā] dari  penghargaan [sevā], apakah kelima ini ? penghargaan dalam mendengarkan, penghargaan dalam menghormati , melayani dan mengikuti metoda dari pelatihan diri,  penghargaan dengan memberikan  bantuan  dalam  pelatihan diri, penghargaan, penghargaan agung.

Para bodhisattvaa mahāsattva yang menghargai sahabat spiritual dengan demikian , akan mencapai makna dari pembebasan, membawa banyak  hasil dari kualitas kebajikan sehingga dapat dengan cekatan [kṣipra] mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0861c25]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena]  puja kepada Tathāgata, dengan memuja  Tathāgata melalui  lima aspek [pañcākāra]  pujaan kepada Tathāgata ini , pujaan dengan persembahan melalui  beragam pujian [vicitrastotropahāra],  pujaan dengan akumulasi  penghormatan kepada jasmani dan pencapaian  pengetahuan [lābhasatkāropasaṃhāra] pujaan kepada  kesempurnaan pencapaian dalam pelatihan diri [pratipattyārādhana] , pūjaan [pūjayā] pujaan agung [mahāpūjayā]

[0861c28]  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva harus mengembangkan lima aspek [pañcākārā]  pujaan kepada Tathāgata ini, apakah kelima ini ?, pujaan dengan persembahan melalui  beragam pujian,  pujaan dengan akumulasi  penghormatan kepada jasmani dan pencapaian  pengetahuan, pujaan kepada  kesempurnaan pencapaian dalam pelatihan diri  , pūjaan ,  pujaan agung.

[0862a03] Para bodhisattva mahāsattva yang memuja Tathāgata dengan demikian, akan dipuji oleh semua Buddha dan bodhisattva dalam sepuluh penjuru ranah eksistensi yang tidak terbatas dan tidak terhitung jumlahnya, juga akan memperoleh penghormatan  dalam ranah eksistensi termasuk  para deva, manusia dan asura, memapankan semua makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya, memurnikan semua buddhakṣetra, kebajikan sehingga dapat dengan cekatan [kṣipra] mencapai  kesempurnaan pencerahan tertinggi dan tidak tertandingi , memperoleh  pengetahuan sempurna yang tertinggi.

[0862a09]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan pemberian [dānapāramitā], mengembangkan pemberian [dāna]  dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan  kesempurnaan pemberian [dānapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan pemberian [dāna] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan pemberian  dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan pemberian [dāna] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] pemberian [dāna],  mempersepsi  pemberian [dāna] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun pemberian yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan pemberian [dāna] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] pemberian [dāna], tidak mempersepsi sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa]  tidak mempersepsi eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā],  tidak mempersepsi esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak mempersepsi pemberian [dāna] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun pemberian yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan pemberian [dāna] dengan  ketiadaan nimitta.

[0862a22]  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan  kesempurnaan pemberian , mengembangkan pemberian  dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan  menyempurnakan  kesempurnaan pemberian  dengan menyeluruh , tetapi jika mengembangkan pemberian  dengan ketiadaan nimitta maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan pemberian  dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva mengembangkan pemberian  dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek  pemberian, mempersepsi pemberian yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun pemberian yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan mengembangkan pemberian  dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual  menetapkan objek pemberian , tidak mempersepsi sifat intrinsik  dari  kesadaran,  tidak mempersepsi eksistensi sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi , kemudian juga tidak mempersepsi pemberian  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun pemberian yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan pemberian  dengan  ketiadaan nimitta.

[0862b07]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan moralitas [śīlapāramitā], mengembangkan  moralitas [śīla] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan  kesempurnaan moralitas [śīlapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan moralitas [śīla] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan pemberian  dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan moralitas [śīla] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [mano] menetapkan objek [adhimokṣa] moralitas [śīla], mempersepsi moralitas [śīla] yang seharusnya ditetapkan sevagai objek ataupun moralitas [śīla] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan moralitas [śīla] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] moralitas [śīla], tidak mempersepsi sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk ,  tidak mempersepsi eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā], tidak mempersepsi esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak mempersepsi moralitas [śīla] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun moralitas [śīla] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan moralitas [śīla] dengan  ketiadaan nimitta.

[0862b20] sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan kesempurnaan moralitas , mengembangkan moralitas dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan moralitas dengan menyeluruh , tetapi jika mengembangkan moralitas  dengan ketiadaan nimitta maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan moralitas dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva mengembangkan moralitas dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek  moralitas , mempersepsi moralitas yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun moralitas yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan moralitas  dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek moralitas , tidak mempersepsi sifat intrinsik  dari  kesadaran,  tidak mempersepsi eksistensi  sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi , kemudian juga tidak mempersepsi moralitas yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun moralitas  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan moralitas dengan  ketiadaan nimitta.

[0862c06] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan  kesabaran [kṣāntipāramitā], mengembangkan  kesabaran [kṣānti] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan  kesempurnaan  kesabaran [kṣāntipāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan kesabaran dengan menyeluruh.
 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [mano] menetapkan objek [adhimokṣa] kesabaran [kṣānti], mempersepsi kesabaran [kṣānti] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesabaran [kṣānti] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] kesabaran [kṣānti], tidak mempersepsi  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa],  tidak mempersepsi eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā], tidak mempersepsi esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak mempersepsi kesabaran [kṣānti] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesabaran [kṣānti] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan  ketiadaan nimitta.

[0862c19]  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena]  kesempurnaan  kesabaran [kṣāntipāramitā], mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan  kesempurnaan  kesabaran [kṣāntipāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan kesabaran dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva mengembangkan kesabaran  dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual  menetapkan objek kesabaran , mempersepsi  kesabaran  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesabaran  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kesabaran  dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek kesabaran , tidak mempersepsi sifat intrinsik  dari  kesadaran,  tidak mempersepsi eksistensi  sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi , kemudian juga tidak mempersepsi kesabaran yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kesabaran  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kesabaran [kṣānti] dengan  ketiadaan nimitta.

[0863a04] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan usaha dengan penuh semangat [vīryapāramitā], mengembangkan  usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kesempurnaan usaha dengan penuh semangat [vīryapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan usaha dengan penuh semangat dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [mano] menetapkan objek [adhimokṣa] usaha dengan penuh semangat [vīrya],  mempersepsi usaha dengan penuh semangat [vīrya] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun usaha dengan penuh semangat [vīrya] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] usaha dengan penuh semangat [vīrya], tidak mempersepsi  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa],  tidak mempersepsi eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā], tidak mempersepsi esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak mempersepsi usaha dengan penuh semangat [vīrya] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun pemberian yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan  ketiadaan nimitta.

[0863a17]  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena]  kesempurnaan usaha dengan penuh semangat [vīryapāramitā], mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kesempurnaan usaha dengan penuh semangat [vīryapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan usaha dengan penuh semangat dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  bodhisattva mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek usaha dengan penuh semangat , mempersepsi usaha dengan penuh semangat  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun usaha dengan penuh semangat yng merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual  menetapkan objek  usaha dengan penuh semangat [vīrya], tidak menggengam erat pada  sifat intrinsik  dari  kesadaran,  tidak menggengam erat pada eksistensi sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi  , kemudian juga tidak mempersepsi usaha dengan penuh semangat yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun usaha dengan penuh semangat yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan usaha dengan penuh semangat [vīrya] dengan  ketiadaan nimitta.

[0863b03]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan kontemplasi [dhyānapāramitā], mengembangkan  kontemplasi [dhyāna] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kesempurnaan kontemplasi [dhyānapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan  kontemplasi dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual  menetapkan objek kontemplasi , mempersepsi kontemplasi  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kontemplasi  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kontemplasi dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek kontemplasi [dhyāna], tidak menggengam erat pada  sifat intrinsik [svabhāva] dari bentuk [rūpa],  tidak menggengam erat pada eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā], tidak menggengam erat pada esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak menggengam erat pada kontemplasi [dhyāna] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kontemplasi [dhyāna] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan  ketiadaan nimitta.

[0863b16]  Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kesempurnaan kontemplasi [dhyānapāramitā], mengembangkan  kontemplasi [dhyāna] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kesempurnaan kontemplasi [dhyānapāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan  kesempurnaan  kontemplasi dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan  kesadaran,  bodhisattva mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek  kontemplasi , mempersepsi kontemplasi  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kontemplasi  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan  kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran  bodhisattva melalui konseptual  menetapkan objek  kontemplasi [dhyāna], tidak mempersepsi  sifat intrinsik  dari  kesadaran,  tidak menggengam erat pada eksistensi  sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi  , kemudian juga tidak mempersepsi kontemplasi  yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kontemplasi yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kontemplasi [dhyāna] dengan  ketiadaan nimitta.

[0863c02] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kebijaksanaan melampaui [prajñāpāramitā], mengembangkan  kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kebijaksanaan melampaui [prajñāpāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan kebijaksanaan melampaui dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual [mano] menetapkan objek [adhimokṣa] kontemplasi [dhyāna], mempersepsi kebijaksanaan [prajñā] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kebijaksanaan [prajñā] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan bentuk,  bodhisattva melalui konseptual menetapkan objek kebijaksanaan , tidak mempersepsi sifat intrinsik  dari bentuk ,  tidak mempersepsi eksistensi sebagaimana ada adanya , tidak mempersepsi esensi , kemudian juga tidak mempersepsi kebijaksanaan yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kebijaksanaan  yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan bentuk, dikenal sebagai yang mengembangkan kebijaksanaan  dengan  ketiadaan nimitta.

[0863c15] Sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, Subhūti, berkaitan dengan kesadaran [vijñāna],  Subhūti, , bodhisattva mahāsattva  yang melatih diri  dalam menyempurnakan [prayuktena] kebijaksanaan melampaui [prajñāpāramitā], mengembangkan  kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta, tidak akan dengan cekatan [kṣipra] menyempurnakan kebijaksanaan melampaui [prajñāpāramitā] dengan menyeluruh [paripūrayati], tetapi jika mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan ketiadaan nimitta [animitta] maka akan dengan cekatan menyempurnakan kebijaksanaan melampaui dengan menyeluruh. 

Bagaimana , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta dan dengan ketiadaan nimitta ? Jika , Subhūti, berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual [mano] menetapkan objek [adhimokṣa] kontemplasi [dhyāna],  mempersepsi kebijaksanaan [prajñā] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kebijaksanaan [prajñā] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan nimitta.

Subhūti,  jika berkaitan dengan kesadaran,  bodhisattva melalui konseptual [ mano] menetapkan objek [adhimokṣa] kebijaksanaan [prajñā], tidak mempersepsi sifat intrinsik [svabhāva] dari kesadaran,  tidak mempersepsi eksistensi [bhāvā] sebagaimana ada adanya [tathā], tidak mempersepsi esensi  [prakṛti], kemudian juga tidak mempersepsi kebijaksanaan [prajñā] yang seharusnya ditetapkan sebagai objek ataupun kebijaksanaan [prajñā] yang merupakan objek yang seharusnya ditetapkan. Bodhisattva yang demikian, berkaitan dengan kesadaran, dikenal sebagai yang mengembangkan kebijaksanaan [prajñā] dengan  ketiadaan nimitta.

[0864a01] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, samādhi  kekosongan [śūnyatāsamādhi] harus mengetahui dengan pasti oleh para bodhisattva mahāsattva, apakah Subhūti, samādhi  kekosongan [śūnyatāsamādhi]  yang berkaitan dengan bentuk ini ? ini  adalah ,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, kekosongan terhadap ketiadaan eksistensi [abhāvaśūnyatāṃ], kekosongan  terhadap ketiadaan eksistensi demikian apa adanya  [tathābhāvaśūnyatāṃ], kekosongan terhadap esensi primer [prakṛtiśūnyatām] dan juga aktivitas dari objek pengamatan [ālambanīkṛtya]  dengan kesadaran yang penuh perhatian yang terfokus pada satu bidang kecil  [cittasyaikāgratāyaṃ] ini adalah samādhi  kekosongan [śūnyatāsamādhi] yang berkaitan dengan bentuk.

[0864a05]  Subhūti,  berkaitan dengan bentuk , samādhi  kekosongan [śūnyatāsamādhi] ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva, sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian.

 [0864a08]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, samādhi ketiadaan nimitta [animitta samādhi] harus mengetahui dengan pasti oleh para bodhisattva mahāsattva, apakah Subhūti, samādhi ketiadaan nimitta [animitta samādhi] yang berkaitan dengan bentuk ini ? ini  adalah ,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti, kekosongan  dari ketidak munculan [abhāvaśūnyatāṃ] bentuk [rūpa],  kekosongan  dari ketiadaan eksistensi demikian ada adanya [tathābhāvaśūnyatāṃ] kekosongan dari esensi primer  [prakṛtiśūnyatām] dimana pada saat ,  berkaitan dengan bentuk , dengan aktivitas mengarah pada penghentian dari nimitta,  dengan kesadaran [vijñāna] yang mengakses [ānusārin] nimitta dari  ketiadaan eksistensi [abhāvanimittā] telah ditinggalkan [virahitā], demikian juga kesadaran [vijñāna] yang mengakses [ānusārin] nimitta dari ketiadaan eksistensi demikian ada adanya    [tathābhāvanimittā]  telah ditinggalkan ,  demikian juga kesadaran [vijñāna] yang mengakses [ānusārin] nimitta dari ketiadaan eksistensi ataupun eksistensi   [bhāvābhāvanimittā]  telah ditinggalkan [virahitā],  dengan kesadaran yang penuh perhatian yang terfokus pada satu bidang kecil  [cittasyaikāgratāyaṃ] ini adalah samādhi  kekosongan [śūnyatāsamādhi] yang berkaitan dengan  bentuk. 

[0864a16]  Subhūti,  berkaitan dengan bentuk , samādhi ketiadaan nimitta [animttasamādhi] ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva, sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian.

[0864a18] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk, Subhūti,  samādhi ketiadaan keinginan  [apraṇihitasamādhi] ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva, Subhūti, apakah samādhi tanpa keinginan  [apraṇihitasamādhi] berkaitan dengan bentuk ini ? setelah para bodhisattva mencapai samādhi  kekosongan dan ketiadaan nimitta [śūnyatānimittasamādhi],  kemudian berkaitan dengan bentuk , nimitta dari ketiadaan eksistensi [abhāvanimitta] menjadi  objek pengamatan [alambana] yang tidak menyenangkan [pratikūla], nimitta dari eksistensi demikian apa adanya [tathābhāvanimitta] menjadi objek pengamatan [alambana] yang tidak menyenangkan [pratikūla], nimitta dari eksistensi dan ketiadaan eksistensi [bhāvābhāvanimitta] menjadi objek pengamatan [alambana] yang tidak menyenangkan [pratikūla], kesadaran yang  berdiam dalam ketenangan dengan satu titik fokus pada bidang kecil [cittasyaikāgratā] yang demikian, disebut sebagai samādhi tanpa keinginan  [apraṇihitasamādhi]  yang berkaitan dengan bentuk.

[0864a24]  Subhūti,  berkaitan dengan bentuk , samādhi ketiadaan keinginan  [apraṇihitasamādhi] ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva, sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian.

[0864a27]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  tiga makna ketidakkonstanan [anityatā] harus diketahui dengan pasti oleh  para bodhisattva , apakah ketiga ini ? makna dari bukan realitas  [asadartha]  makna dari  penghancuran [vināśārtha]  makna dari keduanya , dengan dan tanpa kemurnian [samalāmalārtha]

[0864a29] Subhūti,  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, tiga makna ketidakkonstanan [anityatā]  ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva

[0864b03] Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  tiga makna ketidakpuasan [duḥkhatā]  harus diketahui dengan pasti oleh  para bodhisattva , apakah ketiga ini ? makna dari ketidak terikatan [abhiniveśārtha], makna dari tiga karakteristik [trividhalakṣaṇārtha], makna dari koneksi  [sambandhārtha]

[0864b05]  Subhūti,  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, tiga makna ketidakpuasan [duḥkhatā]  ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva

[0864b08]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  tiga makna ketiadaan diri [anātma]  harus diketahui dengan pasti oleh  para bodhisattva , apakah ketiga ini ?  makna  dari ketiadaan diri  terhadap ketiadaan eksistensi, [abhāvānātmārtha], makna dari  ketiadaan diri terhadap eksistensi demikian apa adanya [tathābhāvānātmārtha],  makna ketiadaan diri terhadap esensi primer [prakṛtyanātmārtha].

[0864b11]  Subhūti,  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, tiga makna ketiadaan diri [anātma]  ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva

[0864b13]  Sekali lagi,  berkaitan dengan bentuk , Subhūti,  tiga makna  ketenangan dari nirvāṇa [nirvāṇaśāntatā] harus diketahui dengan pasti oleh  para bodhisattva , apakah ketiga ini ?  makna dari  ketenangan menyeluruh terhadap ketiadaan eksistensi [abhāvātyantaśāntyartha], makna dari  ketenangan terhadap  eksistensi demikian apa adanya [ tathābhāvaśāntyartha],  makna dari  ketenangan terhadap  terhadap esensi primer [prakṛtiviśuddhiśāntyartha]

[0864b16] Subhūti,  sensasi, persepsi , formasi mental,  kesadaran juga demikian, tiga makna  ketenangan dari nirvāṇa [nirvāṇaśāntatā]  ini harus diketahui dengan pasti oleh para bodhisattva

[0864b17]  Demikianlah uraian dari Bhagavān, Sthavira Subhūti diliputi oleh suka cita mendalam setelah mendengarkan  uraian ajaran kebenaran ini , demikian juga para bhikṣu bhikṣuṇi upāsaka upāsikā dan semua ranah eksistensi dari  para deva manusia, asura,  gandharva. 

[Akhir dari parivarta keempat]
[Akhir dari Pañcaśatikā prajñāpāramitā]

Catatan kaki 
1. Penerjemahan ini menggunakan manuscript sanskrit yang diedit oleh Li Xuezhu and Fujita Yoshimichi, dipublikasikan oleh China Tibetology Publishing House tahun 2017 dengan baris yang telah disesuaikan berdasarkan susunan baris dari  Taisho no 260





Karma JIgme

Instagram